Khaidirmuhaj.blogspot.com - Banyak orangtua yang masih takut melakukan imunisasi anaknya karena beredar kabar vaksin yang digunakan tidak aman. Hal ini tidaklah benar, karena vaksin yang digunakan pemerintah aman dan dipakai di beberapa negara lain.
Vaksin dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita terutama penyakit menular. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah pemberian vaksin. Selain itu usaha ini juga termasuk dalam memenuhi hak dari anak yaitu memberikan perlindungan.
"Vaksin yang selama ini digunakan untuk vaksin masal adalah vaksin buatan Indoensia yang juga diekspor ke beberapa negara. Tapi kenapa justru orang Indonesia sendiri yang tidak percaya," ujar Dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dalam acara Pfizer Journalist Class dengan tema Hak Anak Untuk Sehat dan Cerdas di wisma GKBI, Jakarta, Rabu (30/6/2010).
Dr Soedjatmiko menuturkan sebelum vaksin tersebut digunakan secara luas, telah dilakukan penelitian bertahap selama 10-15 tahun. Awalnya vaksin ini dirancang oleh sekelompok ahli, lalu diujikan pada hewan percobaan, diuji pada manusia dengan 3 tahap yaitu keamanan, daya kekebalan serta perlindungan. Selain itu vaksin ini juga diawasi dan telah disetujui oleh Badan kesehatan dunia (WHO).
"Kalau vaksin ini dipakai di negara-negara lain, maka sudah pasti vaksin ini aman untuk digunakan," ungkap dokter yang menjadi Satgas Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).
Vaksinasi atau imunisasi yang diberikan pada anak merupakan pencegahan yang spesifik, efisien dan juga efektif terhadap penyakit menular dan berbahaya, seperti tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak dan penyakit lainnya. Biasanya 2-4 minggu setelah anak diimunisasi, maka sudah tumbuh kekebalan di dalam diri si kecil.
Vaksin yang diberikan bisa berisi bakteri yang dilemahkan (vaksin BCG, tifoid oral), bakteri mati (DPT, Hib, penumokokus, tifoid), virus yang dilemahkan (polio, campak, cacar, MMR, rotavirus), virus yang mati (hepatitis A dan B, influenza, kanker leher rahim, rabies) atau toksoid (racun yang dilemahkan untuk vaksin tetanus dan difteri).
Cara kerja dari vaksin ini adalah merangsang sistem kekebalan tubuh yaitu limfosit (sel darah putih) T untuk kekebalan seluler dan limfosit B untuk menghasilkan antibodi. Bila ada infeksi dari bakteri atau virus, maka limfosit T dan B ini akan bekerja sama, antibodi akan mengikat bakteri atau virus dan sel pengingat akan merangsang pembentukan antibodi. Selanjutnya limfosit T aktif akan menyerang bakteri atau virus tersebut.
"Imunisasi ini terbukti bermanfaat karena bisa memberikan perlindungan sekitar 85-95 persen. Jadi kalaupun si anak terkena infeksi tersebut, tidak akan terlalu parah. Tapi kalau tidak diimunisasi risiko kematian atau kecacatannya akan lebih tinggi," ujar konsultan tumbuh kembang, pediatri sosial.
Tak ada salahnya bagi orangtua untuk memberikan imunisasi bagi anaknya. Kalaupun terlambat atau lupa, maka tidak perlu mengulang vaksinasi tapi cukup melanjutkan seusai urutan yang ada.
Sumber: DetikHealth
Posting Komentar