KHAIDIR MUHAJ BLOG'SITE
Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PERAWATAN BALITA SEHAT DAN MANFAAT POSYANDU

10:23
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu stategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “ Indonesia Sehat 2010 “ adalah menerapkan pembangunan berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “ Paradigma Sehat “ yaitu pembangunan kesehtaan yang memberikan prioritas utama pada perlayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit ( preventif ) dibandingkan dengan upaya pelayanan perngobatan ( kuratif ) dan pemulihan ( rehabilitative ) secara menyeluruh dan terpadu sertta berkesinambungan ( Depkes RI, 2005 ).

Selaras untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 secara umum dan Visi Kalimantan Selatan Sehat 2010 secara khusus adalah dengan melaksanakan salah satu Misi Program Pembangunan Kesehatan di Kalimantan Selatan yaitu Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Salah satu upaya yang dilakukan dalam menigkatkan pelayanan kesehatan adalah melaksanakan kegiatan posyandu.
Posyandu merupakan kegiatan rutin bulanan yang bertujuan untuk memantau peertumbuhan berat badan anak balita dengan menggunakan kartu menuju sehat ( KMS ) ; memberikan konseling gizi ; memberikan pelyanan kesehatan dasar ( imunisasi dan penanggulangan diare ). Dengan diadakannya posyandu setiap bulan maka dapat dipantau pertumbuhan dan perkembangan kesehatan balita setempat sehingga diharapkan kesehatannya terpantau dan terpelihara agar menjadi sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas serta mencegah sedini mungkin terjadinya gizi kurang/buruk.
( Sutadi Heri, 2007 ).

Pentingnya pertumbuhan pada anak balita mendorong pemerintah melakukan integrasi penimbangan rutin kedalam kegiatan posyandu bersama program lain. Fakta menunjukkan keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring pertumbuhan anaknya diposyandu semakin hari semakin menurun.

Dari penjajakan awal pada tanggal 7 September 2009 posyandu bulan Juli jumlah Balita hadir sebanyak 25 Balita (22,7%) dari 110 Balita yang ada, bulan Agustus 37 Balita (41%) yang hadir dari 90 jumlah Balita yang ada, sedangkan bulan September sebanyak 25 Balita (27%) dari 90 Balita yang ada dan terdapat 6 orang balita ( 0,04% ) BGM ( bawah garis merah ). Sedangkan dari studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan observasi hanya 26 orang (21,3%) balita saja yang dibawa ibunya keposyandu
Dari 90 orang balita yang ada didesa pariok kecamatan candi laras utara.
Masalah tersebut disebabkan oleh banyak faktor seperti tingkat pengetahuan ibu balita yang kurang dalam merawat balitanya dikarenakan kurang memanfaakan kegiatan posyandu. Sangat pentingnya perawatan balita yaitu dengan melakukan penimbangan dan konsultasi kesehatan serta pemanfaatan posyandu agar diketahui adanya kelainan atau penyakit sedini mungkin.

Adanya Balita BGM dan kurangnya junlah kunjungan ibu balita dalam posyandu mungkin disebabkan ketidaktahuan ibu balita dalam merawat balitanya serta kurang memahami manfaat posyandu, padahal dari pengetahuan seseorang akan dapat diketahui bagaimana dengan pengetahuan yang dimiliki ia bisa mencegah tidak terjadinya Balita BGM ataupun kematian balita, karean dari pengetahuan yang baik akan menghasilkan sikap dan tindakan yang baik pula.

Untuk Selengkapnya silahkan Download Format Zip. SEMOGA BERMANFAAT!
Read On 0 komentar

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN

10:12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Hal tersebut sejalan dengan tujuan sistem kesehatan nasional yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat, melalui upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Mutu pelayanan keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat (Aditama, 2004: 45).

Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Achir Yani, 2007: 1).

Hasil beberapa survei menunjukkan bahwa kepuasan pasien banyak dipengaruhi secara langsung oleh mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit terutama yang berhubungan dengan fasilitas rumah sakit, proses pelayanan dan sumber daya yang bekerja di rumah sakit. Suryawati, dkk. (2008: 2) mengatakan bahwa sebagian besar keluhan pasien dalam suatu survei kepuasan menyangkut tentang keberadaan petugas yang tidak profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan diantaranya masih terdengar keluhan akan petugas yang tidak ramah dan acuh terhadap keluhan pasiennya. Selain itu juga masih sering terdengar tentang sulitnya meminta informasi dari tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat, sulitnya untuk berkomunikasi dua arah dengan dokter, dan lain sebagainya yang mencerminkan betapa lemahnya posisi pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan.

Penelitian Pardani di rumah sakit Pemerintah kelas A di Surabaya tahun 2001, dengan menggunakan 100 orang pasien rawat inap menunjukkan bahwa 50% mengatakan puas terhadap pelaksanaan asuhan keperwatan; 25% cukup puas 25% dan tidak puas sebesar 25%. Penelitian Wirawan tahun 2000 tentang tingkat kepuasan pasien rawat inap terhadap asuhan keperawatan di sebuah rumah sakit di Jawa Timur juga menunjukkan hanya 17% dari seluruh pasien rawat inap yang mengatakan puas terhadap asuhan keperawatan, sedangkan 83% menyatakan tidak puas. Penelitian tersebut juga memberikan informasi bahwa keluhan utama pasien terhadap pelayanan keperawatan adalah kurangnya komunikasi perawat (80%), kurang perhatian (66,7%) dan kurang ramah (33,3%).

Kemudian penelitian Damayanti tentang harapan dan kepuasan pasien di sebuah rumah sakit pemerintah di Surabaya pada tahun 2000 yaitu dengan mengambil sampel 48 responden di UPF interna dan Paviliun menunjukkan bahwa pasien lebih mengharapkan kesabaran dan perhatian dari kinerja tenaga keperawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 41% responden mengatakan kurang puas dengan pelayanan rumah sakit dan sebanyak 59% sisanya menyatakan puas. Khusus terhadap kinerja perawat, keluhan terbesar adalah perawat jarang menengok pasien bila tidak diminta dan bila dipanggil tidak segera datang (perawat datang sekitar 10 menit).

Hasil beberapa survey dan riset tersebut menunjukkan kondisi ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Hal itu terjadi nampaknya karena dinamika tuntutan pasien yang demikian cepat berubah namun tidak diimbangi dengan kecepatan perubahan pola kerja dan tindakan perawat. Perawat lebih banyak berfokus pada kinerja medik atau teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi dependen atau fungsi pelimpahan dari dokter) padahal pasien nampaknya justru mengharapkan kinerja perawat sesuai normatifnya yaitu lebih berfokus pada aspek yang berkaitan dengan dimensi non teknik keperawatan (pelaksanaan fungsi independent). Nightingale dalam Potter dan Perry, (2001) merumuskan bahwa sebagai fokus dari nursing care adalah lingkungan, dimana perawat harus lebih berorientasi pada pemberian ketenangan, kenyamanan dan nutrisi yang memadai kepada pasien bukan pada proses penyakitnya atau pada pengobatannya.


Untuk Selengkapnya silahkan Download Format Zip. Semoga Bermanfaat!
Read On 2 komentar

FAKTOR TERJADINYA ISPA PADA BALITA

09:52
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di Indonesia penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun. Ini berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Sebagai kelompok penyakit, ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40 % - 60 % kunjungan berobat di puskesmas dan 15 % - 30 % kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dep.Kes.RI, 2002 : 9-10).

Word Healt Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15 % - 20 % pertahun. Menurut WHO ± 13 juta anak balita didunia meninggal setiap tahun dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (http:// syair.worpress.com/2009/04/26/faktor-resiko-kejadian-ISPA-pada-balita, diakses tanggal 13 0ktober 2009).


Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA berat, paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru-paru atau pneumonia. Sebagian besar keadaan ini terjadi karena penyakit ISPA ringan yang diabaikan. Jika penyakitnya telah menjalar ke paru-paru dan anak tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang tepat, anak tersebut bisa meninggal.
Terjadinya ISPA dipengaruhi atau disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti virus, keadaan daya tahan tubuh, umur, jenis kelamin, status gizi, imunisasi, dan keadaan lingkungan (pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, polusi udara, ditambah dengan perubahan iklim terutama suhu, kelembaban, curah hujan) merupakan ancaman kesehatan bagi masyarakat terutama penyakit ISPA. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku dan tingkat jangkauan ke pelayanan kesehatan yang masih rendah.

Dengan diketahuinya faktor-faktor yang bisa menyebabkan penyakit ISPA, maka diharapkan penyakit ISPA penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan saat ini, diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor resiko terjadinya ISPA pada balit.

Untuk Selengkapnya Silahkan Download formaf zip. Semoga Brmanfaat!
Read On 0 komentar

ASKEP KELUARGA DENGAN TB PARU

09:40
1. Pengertian TB Paru
Penyakit TBC adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa.

2. Tanda Dan Gejala Penyakit TB Paru
- Batuk yang lama
- Batuk disertai bercak darah
- Berkeringat dingin terutama jika malam hari.
- Badan terasa lemah
- Berat badan berkurang
- Nafsu makan menurun
- Panas badan berulang-ulang
- Dada menjadi bungkuk
- Kepala pusing
- Nafas sesak

Untuk Selengkapnya silahkan Download format zip
Read On 0 komentar

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT KUSTA DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENDERITA KUSTA

14:14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kusta adalah penyakit yang masih banyak dijumpai pada masyarakat yang ekonominya menengah kebawah. Dengan pendidikan tentang kesehatan yang masih sangat kurang dan ekonomi keluarga yang sangat rendah. Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan masalah yang sangat kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya (http://wardiatiyusuf.blogspot.com/2009/05/kusta.html Akses 15 Nopember 2009)

Dalam kenyataan sehari – hari kita bisa menyaksikan beragam tanggapan masyarakat tentang kusta. Ada yang biasa saja, namun lebih banyak yang takut, sinis, atau merasa jijik sehingga menghindarkan diri untuk bersinggungan dengan mereka. Kurangnya informasi yang benar tentang kusta turut membentuk persepsi keliru tentang mereka. Persepsi tersebut melahirkan stigma menyakitkan yang mengakibatkan terbentangnya jurang pemisah antara masyarakat umum dengan para penyandang kusta yang dipandang berbahaya. Padahal dari sisi medis penyakit kusta tidak lebih berbahaya daripada penyakit flu atau penyakit menular lainnya (Surbakti dkk, 2009)

Pandangan menyudutkan ini berdampak negatif bagi para penyandang kusta. Walaupun petugas kesehatan mengatakan seorang penderita kusta telah sembuh, tetapi masyarakat tetap menganggapnya sebagai penderita kusta. Bahkan penyandang kusta sendiri seringkali memandang cacat fisik permanen yang mereka alami sebagai tanda bahwa mereka memang mengidap penyakit kusta. Persepsi ini berlaku seumur hidup, sehingga kusta bukan semata – mata merupakan masalah kesehatan, melainkan juga masalah sosial (Surbakti dkk, 2009:43)

Masyarakat memahami bahwa para penyandang dan bekas penyandang kusta identik dengan golongan masyarakat miskin dan sebagian besar cacat fisik permanen. Kebanyakan anggota masyarakat masih mengalami ketakutan berinteraksi dengan mereka. Itulah sebabnya, mereka mengalami kesulitan ketika ingin bekerja secara mandiri. Banyak usaha pemerintah, lembaga sosial, maupun perorangan yang berupaya membantu mereka, misalnya menyediakan pelatihan atau dana untuk usaha. Tetapi umumnya upaya ini berakhir dengan kegagalan, karena para penyandang/bekas penyandang kusta tidak leluasa mengembangkan usaha, karena kesulitan mendapatkan konsumen. Oleh karena itu selama para penyandang/bekas penyandang kusta belum diterima masyarakat sama seperti warga lainnya, akan tetap sulit bagi mereka mendapatkan kehidupan sosial ekonomi yang baik.

Menurut Depkes RI (2005) Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan adalah melalui pembangunan kesehatan. Upaya perbaikan kesehatan antara lain dilakukan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan pemukiman dan perbaikan gizi masyarakat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan telah di upayakan oleh pemerintah bersama masyarakat, namun penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit kusta. Penyakit kusta tersebar diseluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003 menunjukkan India sebagai negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar (http://syair79.wordpress.com/20/09/09/01/skrining-dan-studi-epidemiologi-penyakit-kusta-di-puskesmas-kulisusu-kabupaten-buton-utara-sulawesi-tenggara-tahun-2009/ Akses 24 Oktober 2009)

Menurut Depkes RI (2005) Pada tahun 2003, distribusi kusta menurut waktu yaitu Penderita terdaftar di Indonesia pada akhir tahun Desember 2003 sebanyak 18.312 penderita yang terdiri dari 2.814 tipe Paucibasillary (PB) dan 15.498 tipe Multibacillary (MB) dengan Prevalensi Rate 0,86 per 10.000 penduduk terdapat di 10 provinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, NAD, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Maluku dan Nusa Tenggara Timur (http://syair79.wordpress.com/20/09/09/01/skrining-dan-studi-epidemiologi-penyakit-kusta-di-puskesmas-kulisusu-kabupaten-buton-utara-sulawesi-tenggara-tahun-2009/ Akses 24 Oktober 2009)

Dari hasil survei di Propinsi Kalimantan Selatan hingga Juni 2007, tercatat jumlah penderita kusta tipe Paucibasillary (PB) mencapai 24 orang dan penderita kusta tipe Multibacillary (MB) mencapai 281 orang. Secara keseluruhan, Prevalensi Kusta di Kalimantan Selatan tergolong rendah yakni kurang dari satu penderita per 10.000 penduduk. Namun di beberapa kabupaten seperti Hulu Sungai Tengah, Barito Kuala, Tapin dan Balangan, penyakit ini tergolong masih tinggi yakni lebih dari satu penderita per 10.000 penduduk (http://hasanzainuddin.wordpress.com/2008/03/02/kusta-masih-jadi-persoalan-serius-di-kalsel/)


Untuk Selengkapnya..DOWNLOAD Password khaidirmuhaj
SEMOGA BERMANFAAT!
Read On 0 komentar

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG IMUNISASI TT DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

13:46
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Penyakit tetanus merupakan masalah yang serius dan dapat berakibat pada kematian. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, tetapi lebih sering terjadi pada bayi baru lahir atau disebut dengan tetanus neonatorum. Saat ini tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi di Indonesia, yang timbul sebagai akibat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal dan imunisasi TT. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pengetahuan dan sikap yang termasuk sebagai faktor predisposisi yang menunjang ibu hamil untuk berperilaku.

Salah satu tujuan khusus dari program imunisasi adalah tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal & Neonatal (insiden dibawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam 1 tahun). (Depkes RI, 2006).

Untuk mencapai eliminasi tetanus pada ibu dan bayi, salah satu upaya pelayanan kesehatan yang perlu ditingkatkan adalah peningkatan cakupan program imunisasi khususnya imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal dapat diberikan pada ibu hamil 2 dosis primer dengan interval minimal 4 minggu dan untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka dianjurkan untuk diberikan 5 dosis imunisasi Tetanus Toxoid (TT).


Tingkat kematian bayi 38 per 1000 kelahiran hidup. Penelitian Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan bahwa penyebab kematian utama bagi bayi adalah infeksi saluran pernafasan (36%), diare (11%), tetanus neonatorum (9,8%), gangguan kelahiran sebelum waktunya (4,3%), dipteri, pertusis dan morbili (3,3%). ( Materi Kesehatan Komunitas, 2009).


Untuk Selengkapnya Silahkan.. Download Password khaidirmuhaj
Semoga bermanfaat!
Read On 0 komentar

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BERDASARKAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA ANAK

13:14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007.

Secara keseluruhan, kesehatan ibu membaik dengan turunnya AKI, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat 20% dalam kurun 10 tahun, peningkatan yang besar terutama di daerah perdesaan, sementara persalinan di fasilitas kesehatan meningkat dari 24,3% pada tahun 1997 menjadi 46% pada tahun 2007. Namun masih ditemui disparitas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan cakupan imunisasi antar wilayah masih tinggi. Cakupan pemeriksaan kehamilan tertinggi 97,1% dan terendah 67%, sementara itu cakupan imunisasi lengkap tertinggi sebesar 73,9% dan cakupan terendah 17,3% (Depkes RI,2009).

Hingga kini imunisasi masih menjadi andalan dalam mengendalikan penyebaran berbagai penyakit infeksi, khususnya penyakit yang banyak menjangkiti anak-anak. Menurut para pakar imunisasi dunia, sedikitnya sebanyak 10 juta jiwa dapat diselamatkan pada tahun 2006 melalui kegiatan imunisasi. Bahkan hingga tahun 2015 sebanyak 70 juta jiwa anak-anak di negara miskin dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit infeksi yang umumnya menjangkiti mereka.(Depkes RI, 2006).

Vaksin BCG sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah anak lahir (usia 0-11 bulan), ini mengingat prevalensi penyakit tuberkulosis di Indonesia masih tinggi dan kekebalan terhadap penyakit itu tidak diturunkan dari ibu karena jenisnya adalah imunitas seluler.Berdasarkan program bahwa cakupan BCG harus mencapai target 90 % pertahun sehingga anak terbebas dari penyakit TBC.


Untuk Selengkapnya Silahkan.... Download SEMOGA BERMANFAAT
Read On 0 komentar

KHASIAT JENGKOL DAN PETE

11:14
Mendengar nama jengkol dan pete mungkin sebagian dari kita langsung mengerutkan dahi, sepertinya sangat alergi mendengar kedua nama buah itu.
Terlebih lagi golongan anak muda sekarang yang mengaku generasi metropolis yang bergaya metroseksual, mungkin langsung berekspresi muntah-muntah begitu mendengar atau diajak temannya mengkonsumsi buah ini, sambil berkata “payah lo men, ga’ modern”.

Karena itulah buah ini seakan-akan menjadi makanan orang-orang kelas bawahan alias kere. Padahal mungkin kita juga sudah maklum kalau kedua makanan ini adalah salah satu dari beberapa jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, mungkin termasuk anda dan juga saya pernah memakannya, tetapi begitu ditanya orang mungkin kita akan berkata yang sebaliknya karena malu, gengsi atau seribu alasan lain pasti keluar agar tidak ketahuan. Yang lebih menggelikan lagi sewaktu ditanya temannya “lu makan jengkol”, dia jawab “engga”, tapi waktu menjawab keluar bau naga dari mulutnya, walah pasti malu banget deh. Sebenarnya tidak perlu malu kalau kita memang menyukai kedua jenis buahan atau makanan ini, karena selera makan orang memang berbeda-beda.
Tapi tahukah anda khasiat dari buah jengkol dan pete, setelah anda mengetahui khasiat dari kedua jenis buah ini mungkin pola pikir dan prasangka negative kita terhadap kedua jenis buahan khas Asia tenggara ini akan berubah.

Pertama jengkol, setelah diteliti dan diuji labolatorium, ternyata mengandung serat yang tinggi, asam jengkolat, vitamin (meskipun belum jelas jenisnya) dan juga mineral. Adapun khasiat dari jengkol menurut para ahli kesehatan yang saya ketahui dari situs wikipedia adalah sebagai berikut:
- Dapat memperlancar proses buang air besar / cuci perut, ini dikarenakan jengkol mengandung serat yang tinggi.
- Kemudian jengkol juga dapat mencegah penyakit diabetes / kencing manis, mungkin karena kandungan asam dan mineralnya.
- Dan yang ketiga ternyata jengkol dapat mencegah penyakit jantung koroner
Dan mungkin masih banyak lagi khasiatnya yang belum diketahui. Tetapi yang perlu diperhatikan disini adalah jangan terlalu banyak memakannya, kenapa? Karena jengkol juga ada efek negativenya, pertama yang biasa di timbulkan adalah penyakit yang disebut kejengkolan alias susah buang air kecil dan terasa sakit sekali sewaktu keluarnya, ada juga yang bilang penyakit ini anyang-anyangan.

Hal ini disebabkan karena kandungan asamnya, tetapi tidak semua yang mengkonsumsinya lantas mengalami kejengkolan, menurut ahli kesehatan tergantung kadar asam yang dikandung biji jengkol itu dan juga kadar asam yang terdapat di tubuh kita dan factor genetika dari kita mempengaruhi. Tetapi kalau kita mengalami kejengkolan jangan khawatir obatnya adalah banyak minum air putih dan soda. Kemudian yang paling umum dari akibat memakan jengkol adalah penyakit mulut naga alias bau mulut dan kencing kebo alias pesing. Ada yang bilang untuk mengatasinya dengan makan buah ketimun, minum kopi hitam atau mengunyah pucuk cengkeh, tapi mungkin yang paling mujarab dengan sikat gigi dan kumur-kumur dengan obat kumur.
Kedua pete, setelah mengalami uji klinis di labolatorium ternyata buah khas Indonesia ini mengandung protein dan lemak yang cukup tinggi bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada tempe. Wah kalau begitu mungkin kita bisa membuat tempe dari bahan pete ya. Adapun khasiat dari buah pete yang penulis ketahui setelah melihat acara asal-usul di salah satu tv swasta adalah:

- Bisa membuat tubuh awet muda, mungkin disebabkan kandungan proteinnya yang bisa untuk regenerasi kulit, bahkan kabarnya pete Indonesia sebagian sudah diekspor ke Jepang dan dijadikan salah satu bahan kosmetik di sana.

- Menambah nafsu makan.
- Bagi sebagian orang biasanya untuk makanan pelengkap.
Adapun efek negative dari pete tidak beda jauh dengan saudaranya yaitu jengkol seperti bau mulut, kencing pesing, tetapi pete tidak mengakibatkan susah buang air kecil.
Lalu bagaimana hukumnya memakan jengkol dan pete dari segi agama? Menurut jumhur (sebagian besar) ulama memakannya adalah makruh (tidak berdosa tetapi kurang disukai) karena menimbulkan bau tidak sedap. Alasannya adalah hadits nabi yang artinya kurang lebih seperti ini (maaf kalau terdapat kesalahan) : “Orang yang memakan bawang putih atau bawang merah hendaknya jangan mendekati kami dan rumah ibadah kami”. (H.R. Imam Muslim). Menurut ulama maksud hadits ini adalah kalau memakan bawang putih atau merah dalam jumlah banyak dan menimbulkan bau mulut hendaknya jangan melakukan ibadah di masjid/musholla karena dikhawatirkan jama’ah yang lain akan terganggu, jadi cukup beribadah di rumah saja. Akan tetapi kalau sedikit dan tidak menimbulkan bau itu diperbolehkan karena tidak menggangu orang lan, dan kalau tidak menimbulkan bau menurut ulama hukum makruhnya pun dengan sendirinya menjadi hilang. Dan rasanya lucu juga ya, kalau sampai ada fatwa MUI hanya karena masalah jengkol dan pete.
Karena sama-sama dapat menimbulkan bau itulah pete dan jengkol dikiaskan (disamakan hukumnya) dengan memakan bawang putih atau merah.

sumber aslinya:
klik lihat
Read On 0 komentar
blog-indonesia.com
Health Blogs
SANG JUARA PERINGKAT WEBLOGS INDONESIA
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
blogarama - the blog directory
[Make Your Own] by Khaidir Muhaj | [Close]

Selamat Datang !!

selamat berkunjung di blog saya yang sederhana ini, semoga yang teman cari ada disini, silahkan copy paste artikel dalam blog ini, dgn menyertakan atau tdk menyertakan sumbernya, dan jangan lupa sebagai tanda persahabatan & terimakasih isilah buku tamu.

My Family

My Family
Alumni SPK Kesdam VI/TPR Banjarmasin. Alumnus Politeknik kesehatan Banjarmasin program khusus PKM Rantau. Seorang PNS PemKab. Tapin, Unit Kerja Puskesmas Lokpaikat - Rantau - Kalsel .

Yang Sedang Berkunjung

Anda Pengunjung Yang Ke

TERIMA KASIH

Telah berkunjung, mohon maaf jika terdapat kekurangan dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan tidak dapat memenuhi permintaan & pertanyaan teman teman, karena saya juga dalam proses pembelajaran dan terus akan belajar. dan seandainya artikel ini bermanfaat itu semata-mata hanya karena Allah SWT guna tercapainya keperawatan yang profesional. serta jangan lupa isi buku tamu, semoga sukses!

Pengikut