A. PENGERTIAN.
Peradangan kronik (menahun) folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. dengan gambaran khas komedo, papul, pustul, nodus dan kista pada tempat-tempat predeliksinya, biasanya pada punggung, dada dan wajah.
B. ETIOLOGI.
Etiologi dari penyakit ini belum jelas, berbagai penyelidikan yang lebih medium untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih banyak dilakukan, beberapa faktor yang disangka menjadi penyebab timbulnya acne vulgaris adalah :
Faktor genetik herediter.
Faktor ras, dimana orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada orang kulit putih.
Faktor iklim/musim dimana pada daerah beriklim tropis lebih banyak karena sinar UV, temperatur dan kelembaban udara mempengaruhi aktivitas kelenjar sebasea.
Faktor makanan, namun masih diperdebatkan.
Stress emosional.
Hormonal
Kadar hormon androgen pada kulit pasien ternyata lebih tinggi daripada kadar orang normal. Yang disangka mempunyai peran pada proses keratinitis sel epidermis, komposisi sebum-sebum permeabelitas saluran pilosebasea.
Infeksi bakteri corybacreium acnes, staphylococcus albus / pytyrosporum ovale mempengaruhi banyak terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukkan komedo.
Keaktivan kelenjar sebasea sendiri menentukan timbulnya penyakit, kebanyakan pada orang dengan kulit berminyak.
C. TANDA DAN GEJALA.
Erupsi pada kulit ditempat predileksi yaitu muka, bahu, punggung bagian atas, leher, dada dan lengan bagian atas.
Dapat disertai rasa gatal.
Erupsi kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus atau kista. Isi komedo ialah sebum yang kental dan padat sedang isi kista adalah pus dan darah.
D. PATOFISIOLOGI.
Dipengaruhi oleh banyak faktor dan kadang-kadang masih kontroversial, asam lemak bebas masih terbentuk dari trigliserida dalam sebum sehingga kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea serta reaksi radang disekitarnya {komedogenik}. Pembentukkan pus, nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
E. PENGOBATAN
1. Topikal :
Bahan-bahan iritasi, misalnya resorsinol 3%, asam salisilat 3-5%, asam vit. A 0,05%.
Anti bakteri, misal : tetrasiklin 1%, eritromisin 1%, peroksida benzoil 2,5%.
Lain-lain : sulfur 4-20%, kortikosteroid, etil laktat 10% dalam gliserin 5-10% dan etanol 80%.
2. Sistemik :
Anti bakteri : tetrasiklin, minosiklin, kotrimoksasol, lingkomisin, klindamisin.
Hormon : estrogen, anti androgen, kortikosteroid { intolesi }.
Retinol dan vitamin A.
Lain-lain : anti inflamasi non steroid { ibuprofen }, dapson.
Perawatan kebersihan kulit dan diet bagi yang memerlukan dapat dianjurkan.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit ditandai dengan :
Adanya papul,pustul, nodus dan kista padatempet-tempat predileksi.
Intervensi :
Observasi terhadap eritema dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan
Kurangi atau hilangkan faktor yang menunjang perluasan kerusakan ; jangan lakukan masase pada setiap area kemerahan.
Hindarkan memecahkan nodul.
Motivasi pasien untuk tetap mengkonsumsi obat dan makanan yang baik guna memperlancar proses penyembuhan.
Anjurkan pasien untuk dapat merawat kulit dengan bersih dan benar.
2. Ganguan konsep diri berhubungan dengan penampilan dan respon orang lain ditandai dengan :
Pasien mengeluh adanya jerawat.
Intervensi :
Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan persepsi tentang efek penyakitnya.
Dorong individu untuk bertanya masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan diperkuat informasi yang telah diberikan.
Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional. Dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang terdekat, anjurkan untuk berbagi dengan individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting untuk mereka
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai penatalaksanaan perawatan kulit.
Intervensi :
Ajarkan pasien agar dapat mengidentifikasikan perubahan yang terjadi pada klit sedini mungkin.
Demonstrasikan perawatan kulit dan tekankan pentingnya tehnik aseptik.
Tekankan pentingnya diet nutrisi untuk meningkatkan pemulihan.
Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan infeksi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Sularsito, et all, 1986, Dermatologis Praktis Edisi 1, Perkumpulan Ahli Dermato – Venerelogi Indonesia, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 1983, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi III, FKUI, Jakarta.
Harahap, Mawarli, 1990. Penyakit Kulit. Jakarta.
Selasa, 02 November, 2010
ACNE SOLUTIONS
Jumat, 18 Maret, 2011
MANTAP !!
thanx before ....
Posting Komentar