A. Pengertian
Aldosteronisme adalah keadaan klinis yang diakibatkan oleh produksi aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih. Efek metabolik aldosteron berkaitan dengan keseimbangan elektrolit dan cairan. Aldosteron meningkatkan reabsorsi natrium tubulus proksimal ginjal dan menyebabkan ekskresi kalium dan ion hidrogen. Konsekuensi klinis kelebihan aldosteron adalah retensi natrium dan air.
Aldosteronisme Primer yaitu keadaan klinis yang disebabkan oleh produksi aldosteron (hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal ) secara berlebihan sebagai akibat dari adenoma/tumor/hiperplasia pada kortek adrenal.
Aldosteronisme Sekunder yaitu pengeluaran aldosteron oleh karena rangsangan dari sistem renin angiotensin
B. Etiologi
1. Aldosteronisme Primer
Adenoma adrenal (sindroma conu)
Hiperplasia adrenal
Karsinoma adrenal
2. Aldosteronisme Skunder
Hipertensi
- Esensiel
- “Accelerated”
Terapi Diuretik
Sindroma Nefrotik
Sirosis
Gagal Jantung Kongestif
“Salt – Losing Nephropathy”
Asidosis Tubular Ginjal
Sindroma Bartter
Hipersekresi Renin
Tumor Ginjal
Hipokalemi
C. Patofisiologi
Peningkatan aldosteron menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium, jumlah total natrium dalam tubuh dan hiperpolemia. Edema jarang ditemukan karena adanya mekanisme pengalihan, dimana terjadi reabsorbsi natrium pada tubulus proksimal terhalang dengan adanya sitem regulator ginjal.
Hipertensi arteri terjadi karena peningkatan volume cairan, kadar natrium pada arterior dan pembuluh darah serta reaktifitas simfatis penurunan kalium pada intra dan ekstra seluler terjadai karena peningkatan ekresi kalium pada tubulus ginjal. Hipokalemiaberakibat kelemahan otot, patique. Polinuktoria (karena peningkatan konsentrasi urin). Perubahan konduktifitas elektrik pada miokard dan penurunan toleeransi glukosa. Sekresi ion hiidrogen meningkat dengan adanya hiper aldosteronisme sehingga mengakibatkan alkalosis metabolik. Alkalosis berhubungan dengan derajat hipokalemia. Alkalosis ditunjukan dengan tanda chvostek dan trousseav (+), aktivitas renin plasma ditekan. Pemeriksaan lab akan menunjukan derajat penurunan renin setelah pasien berada pada kondisi hiperaldosteronisme. Peningkatan serentak dari sekresi aldosteron juga dapat terlihat pada pasien ini :
D. Tanda dan Gejala
Hipertensi dengan tekanan diastolik antara 100-130 mmHg
Hipokalemia
Alkalosis Metabolik
Nyeri Kepala, Edema
Kelemahan Otot Berat
Polinukturia, Haus
Tampak bingung dan sering kesemutan
II. Asuhan Keperawatan dengan pasien/klien aldosteronisme
A. Keluhan Utama
Klien dengan aldosteronisme biasanya mengeluh badan terasa lemah, banyak minum, banyak kencing, sering kencing malam, sakit kepala.
B. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan sejak kapan klien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan yang dilakukan untuk menanggulanginya.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan tentang adanya riwayat penyakit atau pemakai obat-obatan bebas yang bisa mempengaruhi.
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama (aldosteronisme)
C. Pengkajian
1. Observasi atau temuan
Neurologis
Kelemahan otot
Keletihan
Parestesi
Paravisis lengan dan tungkai
Tanda chvestek (+)
Tetani dan disfungsi autoimun
Kardiovasculer
Hipertensi
Hipotensi postural tanpa reflek tachicardi
Peningkatan nadi ketika berjongkok
Cardiomegali
Penurunan konduksi melalui myocardium
Ginjal
Poliuri
Polidipsi
Azotemia
2. Pemeriksaan diagnostik atau laboratorium
Peningakata aldosteron plasma
Aktivitas renin plasma ditekan atau tidak dapt dirangsang
Gagal untuk menekan aldosteron dengan manuver biasa
Hipernatremia (normal : 135 – 150 mEg/L)
Hipokalemia (normal : 3,5 –5 mEg/L)
Hiperpolemia
Alkolosis metabolik
Eksresi urine (24 jam) 18 – glukoronid
EKG
♦ Segmen ST dan gelombang T tertekan, terlihat gelombang U
♦ Kontraksi ventrikel prematur
Scan lodokolesterol
Scan CT kelenjar adrenal untuk menentukan letak adenoma atau untuk membedakan hiperplasia dari adenoma
Kateterisasi vena adrenal
D. Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipernatremia sekunder terhadap hiperaldosteronisme.
Intervensi
♦ Timbang pasien tiap hari pada waktu yang sama, timbangan pakaian yang sama, laporkan bila terjadi penambahan berat badan > 0,5 kg / hari.
♦ Ukur intake dan output setiap 8 jam.
♦ Pertahankan diet rendah natrium.
♦ Pantau kadar natrium serum setiap 8 jam.
♦ Pantau tanda dan gejala kelebihan cairan, edema pulmoner (dipsnea, ortopnea, krekels pada lapang paru).
♦ Pantau hasil pemeriksaan sinar X dada.
♦ Pantau tanda vital setiap 4 jam, observasi peningkatan nadi, perkembangan gallop S3 dn pernapasan labored.
♦ Pantau efektivitas dan efek samping diuretic.
Rasional
Untuk mengetahui adanya penambahan berat badan karena udema
Mengetahui apakah masukan dan keluaran cairan seimbang
Menghindari terjadinya hipernatremia
Mengetahui keseimbangan kadar natrium di dalam tubuh
Mengetahui apakah ada udema pulmoner
Mengetahui apakah ada kelainan pada daerah dada
Memastikan tanda vital stabil
Mengetahui apakah ada efek tertentu dari diuretik
Evaluasi
Dalam waktu 2 x 24 jam kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria :
Edema berkurang
Intake dan output seimbang
Tanda-tanda vital stabil
Hasil penyinaran sinar X dada tidak ada kelainan.
2. Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan ekskresi urine berlebih dan polidipsia.
Intervensi
♦ Ukur intake dan output setiap 8 jam
♦ Anjurkan klien untuk miksi dalam 1 jam sekali
♦ Anjurkan klien untuk makan dengan pola seimbang
♦ Berikan susana senyaman mungkin pada klien pada saat miksi
Rasionalisasi
Mengetahui apakah masukan dan keluaran cairan seimbang
Memastikan pola nutrisi klien teratur untuk kenyamanan
Menghindari terjadinya obesitas pada klien
Memberi rasa nyaman pada klien
Evaluasi
Dalam waktu 2 x 24 jam perubahan kenyamana dapat teratasi dengan kriteria :
Intake dan output seimbang
Klien miksi dalam 1 jam sekali
Klien dapat makan dengan pola seimbang
Klien merasakan kenyamanan saat miksi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai proses penyakit, pengobatan dan perawatan diri.
Intervensi
♦ Jelaskan konsep dasar proses penyakit
♦ Jelaskan mengenai obat-obatan
♦ Jelaskan perlunya untuk menghindari obat-obatan yang dijual bebas
♦ Berikan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan proses penyakit.
Rasional
Agar klien mengetahui proses dan penyebab terjadinya penyakit
Agar klien mengetahui jenis obat yang boleh di konsumsi dan tidak untuk penyakitnya
agar klien tidak menemukan masalah yang berhubungan dengan pemberian obat yang salah
klien dapat memahami pentingnya penkes bagi kesembuhannya
Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit
Klien mengetahui jenis obat-obatan yang baik untuk penyakit yang diderita
4. Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan, kardiovaskuler berhubungan dengan disritmia karena hipokalemia.
Intervensi
♦ Pertahankan diet tinggi kalium
♦ Berikan kalium dan suplemen sesuai pesanan
♦ Pantau kadar kalium serum setiap 8 jam
♦ Pantau terhadap tanda dan gejala hipokalemia
♦ Antisipasi kebutuhan untuk memberikan bantuan saat melakukan aktivitas
♦ Bantu saat melakukan latihan rentang gerak setiap 8 jam sekali bila pasien menjalani tirah baring
Rasional
Agar kadar kalium dalam tubuh normal
Untuk menambah masuk kalium yang tidak di dapatkan
Mengetahui kadar kalium normal
Mengetahui adanya gejala hipokalemia
Agar klien tidak mengalami kerusakan jaringan tubuh karenatirah baring yang lama.
Evaluasi
Kadar kalium dalam tubuh normal
Tidak ada tanda dan gejala hipokalemia
Terpenuhinya diet tinggi kalium
5. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan otot, parestesi, disfungsi autonomik dan tetani.
Intervensi
♦ Kaji fungsi neuromuskular setiap 4 – 8 jam, laporkan perubahan yang menandakan potensial terjadinya tetani, peningkatan kelamahan / parastesi
♦ Bantu dan berikan dorongan untuk melakukan ambulasi bila pasien mampu
♦ Berikan bantuan untuk memberikan ambulasi
♦ Pertahankan tempat tidur dalam posisi rendah dan pagar tempat tidur tetap terpasang
♦ Singkirkan benda-benda dan objek lain yang secara potensial membahayakan diri lingkungan pasien
Rasional
Agar mengetahui lebih awal terhadap terjadinya kelemahan otot
Agar klien tidaak merasa lelah daaan bosan dalam posisi yang sama pada proses penyembuhan
Untik menghindari terjadinya cedera atau trauma yang akan terjadi saat klien menjalani proses penyembuhan
Menjaga agar terjadi hal-hal yang membahayakan bagi klien
Evaluasi
Tidak terjadi cedera yang berhubungan dengan kelemahan otot
Mobilitas terpenuhi
Tidak terjadi intoleren aktivitas
6. Resiko terhadap katidak efektifan penata laksanaan program terapeutik berhubungn dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi tindakan bedah dan efek terapi.
Intervensi
♦ Tekankan pentingnya latihan secara teratur dibarengi dengan waktu istirahat
♦ Ajarkan nama-nama obat-obatan, dosis, waktu dan cara pemberian
♦ Berikan informasi diet terapeutik rendah natrium, tinggi kalium.
Rasional
Agar tidak terjadi kelemahan otot yang berakibat terbatas ruang geraknya
Agar klien dapat memahami dosis, waktu dan cara pemberian obat.
Evaluasi
Klien mengetahui pentingnya latihan secara teratur
Klien mengetahui tentang diet terapeutik
Klien dapat memahami dan mengerti jenis obat-obatan, dosis, waktu dan cara pemberian.
DAFTAR PUSTAKA
C.Long, Barbara . 1996 . Perawatan Medikal Bedah . Bandung : I APK
Pajajaran Bandung.
Carpenito, Lynda Juall . 2001 . Diagnosa Keperawatan Edisi 8 . Jakarta : EGC
C. Pearce, Evelyn . 2002 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis .
Jakarta : Gramedia.
Effendi, Dr. Harjim . 1981 . Fisiologi Sistem Hormonal dan Reproduksi dengan Patofisiologinya . Bandung : Alumni.
S Teverson, John c . dan Pripal Chahal . 1993 . Segi Praktis Endokrinologi . Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Price, Sylvia A . dan Lorrane M. Wilson . 1995 . Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit . Jakarta : EGC.
Posting Komentar