KHAIDIR MUHAJ BLOG'SITE
Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah Keperawatan

ASKEP MENINGITIS

22:46
Definisi
Meningitis adalah radang umum araknoidia,leptomeningitis.(perawatan anak sakit,1984:232).
Meningitis adalah suatu peradangan selaput otak yang biasanya diikuti pula oleh peradangan otak.(penyakit dalam dan penanggulangan,1985).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).

Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu:durameter, arachnoid,dan piameter.cairan otak dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan subarchnoid.
Organisme ( virus/ bakteri ) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melalui aliran darah didalam pembuluh darah otak. Cairan hidung ( secret hidung ) atau secret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar ), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan kecairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. Eksudat yang dibentuk akan menyebar, baik kecranial maupun kesaraf spinal yang dapat menyebabkan kemunduran neurologis selanjutnya, dan eksudat ini dapat menyebabkan sumbatan aliran normal cairan otak dan dapat menyebabkan hydrocephalus.

Klasifikasi meningitis
1. Meningitis purulenta
adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa.
Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna / pengobatan yang terlambat . pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua pulu empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.

2. Meningitis serosa ( tuberculosa )
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada anak dan orang dewasa. Meningitis tuberculosa terjadi akibat komplikasi penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru paru. Meningitis bukan terjadi karena terinpeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen, tetapi biasanya skunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga archnoid.
Tuberkulosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium tuberculosa. Pada meningitis tuberkulosa dapat terjadi pengobatan yang tidak sempurna atau pengobata yang terlambat. Dapat terjadi cacat neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus akibat sumbatan , reabsorbsi berkurang atau produksi berlebihan dari likour serebrospinal. Anak juga bias menjadi tuli atau buta dan kadang kadang menderita retardasi mental.

Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan. Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses dan kerusakan saraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah hemofilus influenza, diplococcus pneumonia, streptococcus grup A, stapilococcus aurens, E.coli, klebsiela, dan pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan leukosit terbentuk diruangan subarachnoid ini akan terkumpul didalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intra cranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak
akan mengalami infark.

Meningitis virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptic meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti :herpes simplek dan herpes zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh kortek serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.
pencegahan
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik factor predisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas (seperti TBC ) dimana dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah pengobatan tuntas (antibiotic) walau gejala gejala infeksi tersebut telah hilang.
Setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk mengidentifikasi factor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang serius.

Manifestasi Klinik
• Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku
• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor
• Sakit kepala
• Sakit sakit pada otot
• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien.
• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, VI
• Pergerakan motorik pada awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan biasa terjadi hemiparesis, hemiplagia, dan penurunan tonus otot
• Reflex brudzinski dan reflex kernig positif
• Nausea
• Vomiting
• Takikardia
• Kejang
• Pasien merasa takut dan cemas

Pemeriksaan Diagnostic
1. analisa CSS dan fungsi lumbal
• Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri
• Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus

2.Glukosa serum : meningkat

3. LDH serum : meningkat pada meningitis bakteri
• Sel darah putih : meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)
• Elektrolit darah : abnormal

4.LED : meningkat
 Kultur darah / hidung / tenggorokan / urine dapat mengindikasikan daerah “pusat” infeksi /mengidentifikasikan tipe penyebab infeksi
5. MRI /CT Scan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel ; hematum daerah serebral, hemoragik maupun tumor

Penatalaksanaan
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik :

ANTIBIOTIK:
Penicillin G

ORGANISME:
Pneumococci
Meningococci
Streptococci

ANTIBIOTIK:
Gentamycin

ORGANISME:
Klebsiella
Pseodomonas
Proleus

ANTIBIOTIK:
Chlorampenikol

ORGANISME:
Haemofilus influenza


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MENINGITIS
PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MENINGITIS :
 Keluhan utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, koma, kejang dan penurunan kesadaran.

 Riwayat penyakit sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.
pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang memungkinkan masuknya kuman kemeningen terutama tindakan melalui pembuluh darah.

 Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya.
Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosia.
Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).

 Pengkajian psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

 Pemeiksaan fisik
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : perasaan tidak enak (malaise ), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara
Umum, keterbatasan dalam rentang gerak.

2. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung
Conginetal ( abses otak ).
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat (berhubungan
Dengan peningkatan TIK dan pengaruh dari pusat vasomotor ). Takikardi, distritmia
( pada fase akut ) seperti distrimia sinus (pada meningitis )

3. Eleminasi
Tanda : Adanya inkotinensia dan retensi.

4. Makanan dan Cairan
Gejala : Kehilangan napsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut )
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut )

6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala ( mungkin merupan gejala pertama dan biasanya berat ) . Pareslisia,
Terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan
Pada saraf cranial ). Hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas ( minimitis ) . Timbul
Kejang ( minimitis bakteri atau abses otak ) gangguan dalam penglihatan, seperti
Diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi ). Fotopobia ( pada minimtis ). Ketulian
( pada minimitis / encephalitis ) atau mungkin hipersensitifitas terhadap kebisingan,
Adanya hulusinasi penciuman / sentuhan.
Tanda : - status mental / tingkat kesadaran ; letargi sampai kebingungan yang berat hingga
Koma, delusi dan halusinasi / psikosis organic ( encephalitis ).
-Kehilangan memori, sulit mengambil keputusan ( dapat merupakan gejala
Berkembangnya hidrosephalus komunikan yang mengikuti meningitis bacterial )
-Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.
- Mata ( ukuran / reaksi pupil ) : unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya
( peningkatan TIK ), nistagmus ( bola mata bergerak terus menerus ).
-Ptosis ( kelopak mata atas jatuh ) . Karakteristik fasial (wajah ) ; perubahan pada
Fungsi motorik da nsensorik ( saraf cranial V dan VII terkena )
-Kejang umum atau lokal ( pada abses otak ) . Kejang lobus temporal . Otot
Mengalami hipotonia /flaksid paralisis ( pada fase akut meningitis ). Spastik
( encephalitis).
-Hemiparese hemiplegic ( meningitis / encephalitis )
- Tanda brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya
Iritasi meningeal ( fase akut )
-Regiditas muka ( iritasi meningeal )
- Refleks tendon dalam terganggu, brudzinski positif
- Refleks abdominal menurun.

7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala ( berdenyut dengan hebat, frontal ) mungkin akan diperburuk oleh
Ketegangan leher /punggung kaku ,nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah menangis / mengeluh.

8. Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (tahap awal ), perubahan mental ( letargi sampai
Koma ) dan gelisah.
9. Keamanan
Gejala : - Adanya riwayat infeksi saluran napas atas atau infeksi lain, meliputi mastoiditis
Telinga tengah sinus, abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan,
Fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
- Imunisasi yang baru saja berlangsung ; terpajan pada meningitis, terpajan oleh
Campak, herpes simplek, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.
-Gangguan penglihatan atau pendengaran
Tanda : - suhu badan meningkat,diaphoresis, menggigil
-Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau plastic
- Gangguan sensoris

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap ( penyebaran ) infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh.
Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak ; mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
Intervensi
a. Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan baik pasien, pengunjung, maupun staf.
Rasional ; menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi ( mis : individu yang mengalami infeksi saluran napas atas )
b. Pantau dan catat secara teratur tanda-tanda klinis dari proses infeksi.
Rasional : Terapi obat akan diberikan terus menerus selama lebih 5 hari setelah suhu turun ( kembali normal ) dan tanda-tanda klinisnya jelas. Timbulnya tanda klinis terus menerus merupakan indikasi perkembangan dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai berminggu minggu / berbulan bulan atau penyebaran pathogen secara hematogen / sepsis.
c. Ubah posisi pasien dengan teratur tiap 2 jam.
Rasionalisasi ; Mobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernapasan.
d. Catat karakteristik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
Rasionalisasi ; Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatkan resiko terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis.
e. Kolaborasi tim medis
Rasional : Obat yang dipilih tergantung pada infeksi dan sensitifitas individu. Catatan ; obat cranial mungkin diindikasikan untuk basilus gram negative, jamur, amoeba.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena.
Hasil yang diharapkan / kriteria pasien anak : mempertahankan tingkat kesadaran , mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil, melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala, mendemontrasikan adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi
a. Perubahan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal.
Rasional : perubahan tekanan CSS mungkin merupakan adanya resiko herniasis batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.

b. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS.
Rasional : pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menntukan lokasi, penyebaran / luas dan perkembangan dari kerusakan serebral.

c. Pantau masukan dan keluaran . catat karakteristik urine, turgor kulit, dan keadaan membrane mukosa.
Rasional : hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun / munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.

d. Berikantindakan yang memberikan rasa nyaman seperti massage punggung, lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
Rasional : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan.

e. Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : terjadinya asidosis dapat menghambat masuknya oksigen pada tingkat sel yang memperburuk / meningkatkan iskemia serebral.

f. Berikan obat sesuai indikasi.

3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kelemahan umum.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : tidak mengalami kejang atau penyerta atau cedera lain.

Intervensi
a. Pantau adanya kejang / kedutan pada tangan, kaki dan mulut atau otot wajah yang lain.
Rasional : mencerminkan pada iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.

b. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantuan pada penghalang tempat tidur dan pertahankan tetap terpasang dan pasang jalan napas buatan plastik atau gulungan lunak dan alat penghisap.
Rasional : melindungi pasien jika kejang. Catatan ; masukan jalan napas bantuan / gulungan lunak jika hanya rahangnya relaksasi, jangan dipaksa memasukkan ketika giginya mengatup dan jaringan lunak akan rusak.
c. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Pindahkan .gerakkan dengan bantuan sesuai membaiknya keadaan.
Rasional : menurunkan resiko terjatuh / trauma jika terjadi vertigo, sinkope atau ataksia.

d. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin ( dilantin ), diazepam , fenobarbital.
Rasional : merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang .catatan : fenobarbital dapat menyebabkan defresi pernapasan dan sedative serta menutupi tanda / gejala dari peningkatan TIK.

4. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan adanya proses inflamasi / infeksi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien anak : melaporkan nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan poster rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat.

Intervensi
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat / relaksasi.
b. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan yang penting .
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.

c. Berikan latihan rentang gerak aktif / pasif secara aktif dan massage otot daerah leher /bahu.
Rasional : dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang menimbulkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.

d. Berikan analgetik, seperti asetaminofen dan kodein
Rasional : mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
Catatan : narkotik merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam pemeriksaan neurologis.

5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan pemisahan dari system pendukung ( hospitalisasi ).

Hasil yang diharapkan / criteria evaluasi pasien anak : mengikuti dan mendiskusikan rasa takut, mengungkapkan kekurang pengetahuan tentang situasi, tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Intervensi
a. Kaji status mental dan tingkat ansietas dari pasien / keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau non verbal.
Rasional : gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu.

b. Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi rasa takut karena ketidaktahuan dan dapat membantu dan menurunkan ansietas.

c. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit.
Rasional : penting untuk menciptakan kepercayan karena diagnosa meningitis mungkin menakutkan, ketulusan dan informasi yang akurat dapat memberikan keyakinan pada pasien dan juga keluarga

d. Libatkan pasien / keluarga dalam perawatan, perencanaan kehidupan sehari-hari, membuat keputusan sebanyak mungkin.
Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap diri dan meningkatkan kemandirian.

e. Lindungi privasi pasien jika terjadi kejang.
Rasional : memperhatikan kebutuhan privasi pasien memberikan peningkatan akan harga diri pasien dan melindungi pasien dri rasa malu.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard. E. 1992. Ilmu Kesehatan. Bagian 2. Jakarta : EGC
Carpebito,Lynda Juall. 2006. Diagnosa Keperawatan. Ed. 10. Jakarta : EGC
Nelson. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Read On 2 komentar

ASKEP EFUSI PLEURA

22:42
PENGERTIAN
Efusi pleura adalah terdapatnya penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.

ETIOLOGI
1.Transudat, dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif, sindrom
nefrotik, asites.
2.Eksudat, dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, infark paru.
3.Effusi hemorragis, dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark
paru, tuberkulosis.

PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan tetap dengan tekanan hidrostatis pleura parietal 9 cm H2O. Akumulasi cairan terjadi bila tekanan osmotik koloid menurun, misalnya hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi atelektasis paru.

Penumpukan cairan pleura akibat proses :
 Hambatan drainase limfatik dari rongga pleura
 Gagal jantung menyebabkan tekanan kapiler paru perifer sangat tinggi
 Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma
 Adanya proses infeksi pada permukaan pleura yang memecahkan membran kapiler dan pengaliran protein plasma secara cepat.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
 Ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan (Torakosentesis) dengan indikasi : menghilangnya sesak nafas oleh akumulasi cairan, terapi sfesifik pada penyakit primer tidak efektif, dan reakumulasi cairan.


PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola nafas bd menurunnyaekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Dalam 2 x 24 jam setelah tindakan pasien mampu mempertahankan fungsi paru normal, ditandai ; irama, frekuensi, kedalaman nafas batas normal, pemeriksaan sinar x tidak akumulasi cairan , bunyi nafas terdengar jelas.

Intervensi Keperawatan :
1. dentifikasi faktor penyebab
2. Kaji kualitas, frekuensi, kedalaman nafas dan laporkan setiap perubahan.
3. Baringkan posisi duduk atau miringkan ke arah sisi yang sakit.
4. Observasi tanda-tanda vital (nadi, RR).
5. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.
6. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
7. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 dan foto thorax
8. Kolaborasi untuk tindakan torakosintesis.
2.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd sekresi mukus yang kental, kelemahan upaya batuk, edema trakeal/faringeal.

Tujuan :
Kebersihan jalan nafas kembali efektif, ditandai ; mampu batuk efektif, nafas 16-20 x/menit tanpa obat bantu, bunyi nafas normal, ronche negatif, gerak nafas normal.

Intervensi Keperawatan :
1. Kaji fungsi nafas (bunyi, kecepatan, irama, kedalaman).
2. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter dan volume sputum.
3. Berikan posisi semi fowler dan bantu latihan nafas dalam dan batuk efektif.
4. Pertahankan asupan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan.
5. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea, bila perlu lakukan penghisapan (suction).
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi ; antibiotik, agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid.

Materi kuliah KMB II
Read On 0 komentar

ASKEP CA LAMBUNG

22:38
PENGERTIAN
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung.

PENYEBAB
• Tidak diketahui pasti
• Ada kaitannya dengan : diet, genetic, komposisi tanah, lambung kronis

PATOFISIOLOGI
• Ca lambung paling sering timbul dari lapisan mucus lambung. Ca lambung menyebar dengan cara :
-- Dengan ekstensi langsung ke dalam pancreas
-- Melalui limfatik
-- Melalui infiltrasi hematogen pada hati, paru dan tulang.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Kemoterapi dan terapi radiasi
• Reseksi bedah.
• Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
• Hiperalimentasi (nutrisi intravena).

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang direncanakan.
Tujuan :
• Ansietas berkurang dan klien dapat memilih cara koping yang efektif.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan relaksasi, suasana yang tidak mengancam.
• Dukung tindakan koping positif.
• Anjurkan dan diskusikan tentang adanya prosedur dan tindakan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan :
• Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Intervensi Keperawatan :
• Dorong pemberian makan sedikit dan sering serta tidak mengiritasi.
• Menjamin makanan suplemen tinggi kalori, vitamin A, C dan besi.
• Berikan vitamin B12 parenteral secara pasti.
• Pantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena.
• Catat masukan, haluaran dan BB setiap hari.
• Tinjau tanda dehidrasi.
• Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium harian untuk memperhatikan
abnormalitas metabolic.
• Berikan antiemetik sesuai ketentuan.

3. Nyeri berhubungan dengan adanya sel-sel
epitel abnormal.
Tujuan :
• Klien mengalami nyeri terkontrol atau mengalami peredaan nyeri.
Intervensi Keperawatan :
• Berikan analgetik sesuai ketentuan.
• Kaji frekuensi, intensitas dan durasi nyeri.
• Kerja sama dengan klien untuk membantu mengatasi nyeri.
• Dorong periode istirahat dan relaksasi.

4. Berduka yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa kanker.
Tujuan :
• Klien mampu memahami dan mendiskusikan penyakit dan pilihan pengobatan.
Intervensi Keperawatan :
• Bantu mengekspresikan rasa takut dan masalah tentang diagnosis.
• Beri kebebasan untuk berduka ; jawab pertanyaan klien dengan jujur.
• Dorong berpartisipasi dalam keputusan pengobatan.
• Dukung ketidakyakinan dan waktu yang diperlukan untuk menerima diagnosis.
• Berikan dukungan emosional dan libatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
• Berikan pelayanan professional sesuai kebutuhan.

Materi Kuliah KMB II
Read On 0 komentar

ASKEP ULKUS PEPTIKUM

22:34
PENGERTIAN
Ulserasi jaringan mukosa dan struktur dibawahnya disebabkan oleh getah asam pepsin lambung yang berlebihan.
PATOFISIOLOGI
ULKUS LAMBUNG
 Terjadi pada bagian antrum dan lekukan dalam lambung. Daya tahan/barier pada mukosa lambung tidak ada sehingga terjadi destruksi mukosa lambung oleh asam pepsin mengakibatkan ulkus.
ULKUS DUODENUM
 Terjadi pada bagian tonjolan duodenum dekat pylorus. Hiperasiditas tidak seimbang dengan daya tahan mukosa pada duodenum mengakibatkan iritasi mukosa.
ULKUS KARENA STRESS
 Ulkus Curling, dialami oleh klien dengan luka baker, trauma atau sepsis yang menyerangmukosa sehingga penurunan produksi mukosa dan resistensi asam clorida akibatnya mukosa menjadi erosi.
 Ulkus Cushing, pada klien traumaserebri yang merangsang nervus vagus sehingga menambah keasaman cairan lambung dan menyebabkan erosi mukosa.
GEJALA
 ULKUS LAMBUNG
 Nyeri epigastrium
 Nyeri tambah berat dengan makan
 Mual, muntah dan anoreksia
 Berat badan cenderung turun.
 ULKUS DUODENUM
 Nyeri dapat hilang setelah makan
 Nyeri dapat terjadi tengah malam
 BB normal
 Konstipasi
 ULKUS KARENA STRESS
 Nyeri epigastrium
 Nausea
 Vomitus.

ETIOLOGI
 Ketidakseimbangan produksi asam pepsin dan resistensi mukosa
 Iritasi
 Suplai darah ke sel-sel mukosa tidak adekuat
 Stress
 Obat-obatan
 Herediter
 Inflamasi bakteri
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
 Pengobatan
 Netralisir asam
 Anti sekretoris :
 Anti kolinergik
 Atropine
 Pirenzepin
 Antagonis reseptor H2
 Ranitidin
 Meningkatkan up take O2 pada jaringan yang rusak
 Solkoseril
 Sitoprotektif
 Menyembuhkan tukak : prostaglandin, sematidin.
 Rontgen terapi
 Terapi pembedahan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ; nyeri epigastrium bd adanya iritasi mukosa ditandai dengan nyeri epigastrium, nyeri setelah makan
 Tujuan :
 Gangguan rasa nyaman berkurang
 Intervensi :
 Beri kompres panas
 Beri makanan porsi kecil sering dan tidak merangsang
 Beri obat-obatan mengurangi rasa sakit dan mencegah iritasi.
2. Gangguan pola nutrisi bd rusaknya mukosa lambung ditandai dengan anoreksia dan BB menurun
Tujuan :
 Kebutuhan nutrisi tercukupi
Intervensi :
 Beri diet TKTP secara teratur
 Beri makanan yang disukai dan tidak merangsang
 Beri makanan lunak porsi kecil dan sering
 Timbang BB klien
3. Gangguan pola istirahat bd adanya rasa nyeri ditandai
dengan rasa nyeri epigastrium, tegang pada lambung
dan duodenum, klien gelisah
Tujuan :
 Gangguan pola istirahat teratasi
Intervensi :
 Beri makan sebelum klien tidur
 Beri posisi tubuh yang menyenangkan
 Memijat punggung dan otot-otot untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit
 Beri kesempatan klien untuk istirahat
 Beri kompres hangat.
4. Intoleransi terhadap aktifitas bd adanya rasa nyeri
ditandai dengan klien selalu berbaring, klien tampak
lemah
Tujuan :
 Gangguan toleransi terhadap aktifitas teratasi
Intervensi :
 Anjurkan pada klien agar tetap istirahat dalam lingkungan yang tenang dan posisi yang menyenangkan klien
 Beri pengertian pada klien agar tetap melaksanakan aktifitas sehari-hari yang tidak melelahkan
 Berikan latihan aktif/pasif pada klien.
5. Resiko terjadi komplikasi bd rusaknya mukosa lambung
dan duodenum.
Tujuan :
 Tercegah terjadinya komplikasi
Intervensi :
 Observasi dan melaporkan tanda-tanda hematemesis, melena, pucat, TD menurun, sakit perut akut dan kekakuan.
 Bantu klien dan keluarga mengambil keputusan untuk tidak merokok dan menghindari pekerjaan yang melelahkan.
 Berikan penyuluhan agar klien menjaga kebiasaan hidup sehat seperti : program aktifitas/istirahat, makanan bergizi.

Materi Kuliah KMB II
Read On 0 komentar

ASKEP PERITONITIS

22:28
PENGERTIAN
Inflamasi membran peritoneul Peritonium adalah kantung dua lapis semipermeabel sekitar 1500 ml cairan yang menutupi organ di dalam rongga abdomen. Dipersarafi oleh saraf somatik, maka stimulasi peritoneum parietal yang membatasi rongga abdomen dan pelvis menyebabkan nyeri tajam dan terlokalisasi.
PATOFISIOLOGI
Peritonitis menimbulkan efek sistemik. Perubahan sirkulasi, perpindahan cairan, masalah pernafasan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sistem sirkulasi mengalamin tekanan dari beberapa sumber. Respon inflamasi mengirimkan darah ekstra ke area usus yang terinflamasi. Cairan dan udara ditahan dalam lumen ini, meningkatkan tekanan dan sekresi cairan ke dalam usus. Sedangkan volume sirkulasi darah berkurang, meningkatkan kebutuhan oksigen, ventilasi berkurang dan meninggikan tekanan abdomen yang meninggikan diafragma.
PENATALAKSANAAN MEDIKAL
1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan dapat diupayakan.
3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap abses.
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri bd proses inflamasi, demam dan kerusakan jaringan.
Tujuan :
Persepsi klien tentang nyeri menurun, ditandai penurunan skala nyeri, dan tidak meringis.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji dan catat karakter dan beratnya nyeri setiap 1-2 jam
2. Setelah diagnosis, berikan narkotik, analgetik dan sedatif sesuai program untuk meningkatkan kenyamanan dan istirahat.
3. Pertahankan tirah baring ; istirahat, lingkungan yang tenang.
4. Pertahankan posisi nyaman ; semifowler.
2. Ketidakefektifan pola nafas bd penurunan kedalaman pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.
Tujuan :
Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi O2 normal, TD batas dalam rentang dasar.
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau hasil analisa gas darah dan indikator hiposemia ; hipotensi, takhikardi, hiperventilasi, gelisah, depresi SSP, dan sianosis.
2. Auskultasi paru untuk mengkaji ventilasi dan mendeteksi komplikasin pulmoner.
3. Pertahankan pasien pada posisi semifowler.
4. Berikan O2 sesuai program.
3. Perubahan syok septik sekunder akibat proses inflamasi.
Tujuan :
Pasien bebas dari gejala peritonitis yang memburuk, ditandai normoterni, TD rentang normal, haluaran 30 ml/jam, CVP 2-6 mmHg, penurunan lingkar abdomen, nyeri tekan minimal pada palpasi.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji abdomen setiap 1-2 jam selama fase akut dan 4 jam bila stabil.
2. Bila diprogramkan, pasang selang gastrik dan sambungkan pada pengisap untuk mencegah atau menurunkan distensi.
3. Pantau tanda vital, waspadai tanda-tanda syok.
4. Berikan antibiotik sesuai program.
5. Pantau Pemeriksaan darah lengkap.
6. Pertahankan teknik steril pada penggantian balutan dan semua prosedur invasif.
7. Ajarkan tanda dan gejala berulangnya peritonitis ; demam, menggigil, muntah, nyeri abdomen, dan distensi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd muntah dan penghisapan usus.
Tujuan :
Nutrisi pasien adekuat, ditandai BB stabil, albumin serum 3,5 s/d 5,5 g/dl.
Intervensi Keperawatan :
1. Pertahankan pasien puasa sesuai program selama fase akut.
2. Bila mengalami ileus, selang NG akan dipasang untuk dekompresi abdomen.
3. Berikan cairan secara bertahap bila motilitas telah kembali, dibuktikan bising usus, penurunan distensi dan pasase flatus.
4. Bila diprogramkan dukung pasien dengan nutrisi parenteral
5. Berikan pengganti cairan, elektrolit dan vitamin sesuai program.
Read On 0 komentar

ASKEP APENDIKSITIS

13:49
A. PENGERTIAN
Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil. yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.

B. B.ETIOLOGI
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.
1. Ulserasi pada mukosa.
2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing.
5. Tumor.
6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

C. TANDA DAN GEJALA
 Anoreksia biasanya tanda pertama
 Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian
menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).
 Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
 postekal/nyeri terbuka → diare.
 Muntah, demam → derajat rendah, kecuali ada perforasi.
 Lekositosis → bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan

D. DIAGNOSA BANDING
 Adenisitis Mensentrik.
 Kista ovari
 Koletiasis
 Batu ginjal/uretra.
 Diverkulitis

E. KOMPLIKASI
 Perforasi dengan pembentukan abses
 Peritonitis generalisata
 Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

F. PENATALAKSANAAN
Tidak ada penataksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase
G. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid )
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
INSIDEN
Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia pubertas.Dan usia 25 tahun lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2.
PENCEGAHAN
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan peritonitis.

PRIORITAS MASALAH
1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral
RENCANA KE PERAWATAN
1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi

TUJUAN
Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
-tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat
1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler
3.Dorong ambulasi dini
4.Berikan aktivitas hiburan
5. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika

RASIONAL
1.Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.
2. Menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang
3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ
4. meningkatkan relaksasi
5. Menghilangkan nyeri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri

TUJUAN
Toleransi aktivitas dengan kriteria :
-klien dapat bergerak tanpa pembatasan
-tidak berhati-hati dalam bergerak

INTERVENSI
1. catat respon emosi terhadap mobilitas
2.Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien
3. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif
4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan

RASIONAL
1.Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan
2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan
3. Memperbaiki mekanika tubuh
4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

TUJUAN
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
-tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

INTERVENSI
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4. Observasi luka insisi

RASIONAL
1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mempermudah dalam
3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral

TUJUAN
Kekurangan volume cairan tidak terjadi

INTERVENSI
1.Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh
2.Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
3.Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena

RASIONAL
1.Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.
2.Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
3.Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

Daftar Pustaka

1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta
2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.
3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta.
4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta.
Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara Jakarta
Read On 1 komentar

ASKEP GASTRITIS

06:50
PENGERTIAN
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, 2001)

Gastritis adalah suatu peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan. ( J. Reves, 1999 )

Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat – obatan, zat kimia, stres, dan bakteri.

PENYEBAB
• Indisekresi diet : makan terlalu banyak, cepat, terlalu berbumbu, atau makanan yang terinfeksi.
• Penyebab lain : alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.

PATOFISIOLOGI
• Gastritis akut dapat menjadi tanda infeksi sistemik. Bentuk yang lebih berat disebabkan oleh asam kuat atau alkalis sehingga mukosa menjadi gangrene atau perporasi.
• Gastritis kronis dihubungkan dengan ulkus atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

MANIFESTASI KLINIS
Gastritis akut :
• Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
• Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
• Muntah serta cegukan
• Dapat terjadi kolik dan diare.

Gastritis kronis :
Tipe A :
• Asimtomatis
Tipe B :
• Mengeluh anoreksia
• Sakit ulu hati setelah makan
• Bersendawa
• Rasa pahit dalam mulut
• Mual dan muntah

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
• Menghindari alcohol dan makan sampai gejala berkurang
• Diet tidak mengiritasi
• Bila diperlukan berikan cairan intravena
• Bila akibat asam atau alkalin kuat encerkan dengan antacid (Aluminium hidroksida)
• Bila akibat alkali kuat gunakan jus lemon encer atau cuka yang diencerkan
• Bila korosi berat, hindari emetic dan lavase karena adanya bahaya perforasi
• Modifikasi diet, istirahat, reduksi stress dan farmakologi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan tindakan
Tujuan :
- Ansietas berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Tindakan kedaruratan untuk klien yang mencerna
asam atau alkali
- Berikan terapi pendukung setelah kegawatdaruratan
- Siapkan untuk pemeriksaan diagnostic
- Gunakan pendekatan yang tenang
- Jelaskan semua prosedur dan tindakan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
nutrient tidak adekuat.
Tujuan :
- Pasien dapat meningkatkan masukan nutrisi adekuat dan menghindari
makanan pengiritasi.
Intervensi Keperawatan :
- Berikan dukungan fisik dan emosional
- Hindari makanan dan cairan lewat mulut sampai
gejala akut berkurang
- Berika terapi IV sesuai kebutuhan
- Hindari minuman kafein
- Hindari alcohol dan nikotin.
3. Risiko terjadi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakcukupan masukan cairan dan kehilangan cairan berlebihan akibat muntah.
Tujuan :
- Keseimbangan cairan dipertahankan
Intervensi Keperawatan :
- Pantau masukan dan haluaran setiap hari terhadap
dehidrasi
- Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk keseimbangan
cairan
- Waspadai terhadap indicator gastritis hemorragis
(hematemesis, takhikardia, hipotensi).
4. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa
Tujuan :
- Nyeri berkurang
Intervensi Keperawatan :
- Instruksikan menghindari makanan dan minuman yang mungkin
mengiritasi mukosa lambung
- Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan melalui obat.


Materi Kuliah KMB II
Read On 1 komentar

ASKEP HERNIA

06:27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HERNIA

PENGERTIAN
Keluarnya isi rongga tubuh atau abdomen lewat suatu celah pada dinding yang mengelilinginya
TIPE HERNIA
-Hernia Redusible :
Jaringan yang keluar mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen.
-Hernia Iredusible :
Jaringan yang keluar tidak mudah dikembalikan kedalam rongga abdomen karena adanya plengketan pada kantong tsb.
-Hernia Stranggulata :
Leher kantong sebagai torniquet menyumbat aliran darah shg lumen usus dan usus menjadi kematian jaringan beberapa jam.

MACAM HERNIA
-H. Diafragmatika
-H. Inguinalis/Scrotalis
-H. Femoralis
-H. Umbilikalis
-H. Insisional
-H. Epigastrika

ETIOLOGI
-Kongenital
-Kegemukan
-Kehamilan
-Batuk kronis
-Mengangkat benda berat

PATOFISIOLOGI
-Defek dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal atau karena trauma.
-Tekanan intraabdominal meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan, mengangkat berat, batuk dan cedera traumatik tekanan tumpul.
-Bila kedua faktor ini bersama dengan kelemahan otot, maka mengalami hernia.

PENATALAKSANAAN MEDIKAL
-Pemberian penyokong atau bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk.
-Insisi untuk membuang kantung hernia dan otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Pada insufisiensi massa otot digunakan graft mata jala tembaga (steel mesh) utk menguatkan area herniasi.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri (saat mengejan) bd kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan :
Nyeri menurun dalam 1 jam intervensi, ditandai penururunan skala nyeri, tidak meringis.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat keadaa nyeri ; jenis, lokasi, durasi, pencetus, yang menurunkan nyeri.
-Beri tahu untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat berat. Anjurkan menekan insisi dengan tangan atau bantal selama batuk.
-Ajarkan tentang pemasangan penyokong skrotal tau kompres es untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
-Gunakan tindakan distraksi, interaksi verbal, gosokan punggung dan latihan relaksasi.
-Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi kemih bd nyeri, trauma dan penggunaan anestesi selama pembedahan abdomen bawah.
Tujuan :
Pasien berkemih tanpa kesulitan, ditandai haluaran 100 ml setiap berkemih dan 1000-1500 ml lebih dalam 24 jam.

Intervensi Keperawatan :
-Kaji dan catat distensi suprapubik atau tidak bisa berkemih
-Pntau haluaran urine.
-Permudah berkemih dengan posisi.

3. Kurang pengetahuan ; komplikasi GI bd adanya hernia dan tindakan untuk mencegah kekambuhan.
Tujuan :
-Pengetahuan meningkat, ditandai pasien mengungkapkan tanda dan gejala komplikasi GI.

Intervensi Keperawatan :
-Ajarkan untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, mual dan muntah, demam, distensi abdomen yang memperberat serangan inkarserata atau strangulasi usus.
-Anjurkan diet atau suplemen tinggi serat dan masukkan cairan 2-3 liter perhari.
-Ajarkan mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

Materi Kuliah Semester II KMB II
Read On 0 komentar

ASKEP PADA BAYI DENGAN RDS

22:48
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS

I.DEFINISI
Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue lebih 60 x/mnt, retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986).

II.PATOFISIOLOGI
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid 75% dan protein 10%. Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris transudasi kedalam
alveoli terbentuk fibrinfibrin dan jaringan epitel yang nekrotik krlapisan
membrane hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis.
Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar.

GAMBARAN KLINIS
RDS mungkin terjadi pada bayi premature dengan berat badan 1000
Tanda-tanda gangguan pernafasan berupa :
-Dispnue/hipernue.
-Sianosis.
-Retraksi suprasternal / epigastrik / intercostals Grunting expirasi
Didapatkan gejala lain seperti :
-Bradikardi.
-Hipotensi.
-Kardiomegali
-Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki
-Hipotermi
-Tonus otot yang menurun
Gambaran radiology : bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular disertai dengan air bronkogram.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inefektif pola nafas b.d adanya penumpukan lendir pada jalan nafas.
2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi keotak
3. Defisit volume cairan b.d meningkatnya metabolisme
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
5. Resiko terjadinya infeksi pada tali pusat b.d invasi kuman patogen kedalam
tubuh
6. Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan ortu tentang kondisi bayi.

Diagnosa Keperawatan
1. Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret.

TUJUAN
Pola nafas efektif Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt
-Sianosis tidak ada
-Sesak tidak ada
-Ronchi tidak ada
-Whezing tidak ada

PERENCANAAN
-Observasi pola nafas
-Observasi frekuensi bunyi nafas
-Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Observasi adanya sianoIsis.
-Lakukan suction.
-Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Beri O2 sesuai program.
-Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
-Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

INTERVENSI KEPERAWATAN
-Mengobservasi pola nafas
-Mengbservasi frekuensi bunyi nafas
-Menempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
-Mengobservasi adanya sianosis.
-MeLakukan suction.
-MeMonitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
-Menberi O2 sesuai program.
-MengAtur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
-MengObservasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
-Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya

2. Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi ke otak.

TUJUAN
Gangguan perfusi jaringan teratasi Kriteria hasil :
-RR 30-60 x/mnt.
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis tidak ada
-Ekstremitas hangat


PERENCANAAN
-Observasi frekwensi dan bunyi jantung.
-Observasi adanya sianosis.
-Beri oksigen sesuai kebutuhan
-Kaji kesadaran bayi
-Observasi TTV
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

-MengObservasi frekwensi dan bunyi jantung.
-MengObservasi adanya sianosis.
-MengBeri oksigen sesuai kebutuhan
-MengKaji kesadaran bayi
-MengObservasi TTV
-MengKolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

3.Resiko Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake yang tidak adekuat.

TUJUAN
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
-Tidak terjadi penurunan BB lebih 15 %.
-Muntah tidak ada
-Bayi dapat minum dengan baik

PERENCANAAN
-Observasi intake dan output.
-Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
-Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
-Pasang NGT bila diperlukan
-Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi.
-Timbang BB tiap hari.
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
-Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi

4. Kecemasan Ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.
TUJUAN
Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
-Orang tua tampak tenang.
-Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan.

PERENCANAAN
-Jelaskan tentang kondisi bayi.
-Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
-Libatkan orang tua dalam perawatan bayi.
-Berikan support mental.
-Berikan reinforcement atas pengertian orang tua.

5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen.
TUJUAN
-Infeksi tali pusat tidak terjadi.
-Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Tali pusat kering dan tidak berbau.
-Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

PERENCANAAN
-Lakukan tehnik aseptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
-Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
-Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
-Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
-Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
-Observasi suhu bayi.

6. Devisit volume cairan b.d metabolisme yang meningkat.
TUJUAN
Volume cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil :
-Suhu 36-37 C
-Nadi 120-140 x/mnt
-Turgor kulit baik.

PERENCANAAN
-Observasi suhu dan nadi.
-Berikan cairan sesuai kebutuhan.
-Observasi tetesan infus.
-Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi.
-Kolaborasi pemberian therapy.
Read On 1 komentar

ASKEP PADA KLIEN DENGAN INFERTILITAS

07:46
I. Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
A. Pada wanita
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
o Riwayat infeksi genitourinaria
o Hypertiroidisme dan hypotiroid
o Infeksi bakteri dan virus, exs : toksoplasma
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Riwayat penyakit menular seksual
o Riwayat kista

b) Riwayat kesehatan sekarang
o Endometriasis dan endometritis
o Vaginismus (kejang pada otot vagina)
o Gangguan ovulasi
o Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan serviks
o Autoimun

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

d) Riwayat obstetric
o Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
o Mengalami aborsi berulang
o Sudah pernah melahirkan tetapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

B. Pada pria
a) Riwayat kesehatan dahulu
o Riwayat terpajan benda – benda yang membahayakan reproduksi (panas, radarasi, rokok, narkkotik, alkohol, infeksi)
o Status gizi dan nutrisi terutama protein dan vitamin tertentu
o Riwayat infeksi genitourianaria
o Hipertiroidisme dan hipotiroid
o Tumor hipofisis atau prolaktinoma
o Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
o Konsumsi obat – obatan yang mengganggu spermatogenesis
o Pernah mengalami operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi, exs : operasi prostat, operasi tumor saluaran kemih
o Riwayat vasektomi


b) Riwayat kesehatan sekarang
o Disfungsi ereksi berat
o Ejakulasi retrograt
o Hypospadia / epispadia
o Mikropenis
o Andesensus testis (testis masuk dalam perut / lipatan paha)
o Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk, dan mortilitas sperma)
o Saluran sperma yang tersumbat
o Hernia scrotalis
o Varikhokel (varises pembuluh darah balik testis)
o Abnormalitas cairan semen

c) Riwayat kesehatan keluarga
o Memiliki riwayat saudara / keluarga dengan aberasi genetik

II. Pemerikasaan fisik
berbagai kelainan pada organ genital, pria atau wanita

III. Pemeriksaan penunjang
A. Pada wanita
a) Deteksi ovulasi
o Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature)
o Uji lender serviks metode berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan serviks ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma

b) Analisa hormone
o Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hyphotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi

c) Sitologi vagina
o Pemeriksaan usao forniks vagina untuk mengetahui keadaan epitel vagina

d) Uji pasca senggama
o Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca coital)

e) Histerosalpinografi
o Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebalikanya dilakukan 2 – 3 hari sebelum haid

f) Laparoskopi
o Standar untuk mengetahui kelainan tuba dan peritonium
g) Pemeriksaan pelvis ultrasound
o Untuk memvisualisasikan jaringan pelvis, misalnya untuk mengidentifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uteri

B. Pada pria
a) Analisa semen
b) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hypotalamus, hipofisis. Jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormone testosteron
c) USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminaris, atau saluaran ejakulasi
d) Biopsy testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sempel jaringan testis memakai metode invasive untuk mengidentifikasi adanya kelainan patolaogi
e) Uji penetrasi sperma
f) Uji hemizona

IV. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
TUJUAN : Mengurangi ansietas / rasa takut

INTERVENSI
RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah. Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri
Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

Kriteria evalausi :
 Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
 Klien memperlihatkan adanya peningkatan control diri terhadap diagnose infertile
 Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
 Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
 Mengidentifikasi aspek positif diri

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
TUJUAN : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran
Diri

INTERVENSI
RASIONAL
Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil
Menunjukan keopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping pasien dan seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya Membantupasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari penyakit / kondisi
Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi secara tiba- tiba atau kemudian

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
TUJUAN : Memfasilitasi proses berduka

INTERVENSI
RASIONAL
Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa bebas untuk dapat mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitas kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas dan berhadapan dengan perasaan

Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar – menawar, depresi, penerimaan Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada waktu induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda

Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika diperlukan Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul pada suatu kesempatan yang lain

Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon – respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek – aspek fisik dari rasa berduka
Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsional akan mengidentifikasi intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi sesuai petunjuk Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka, membuat rencana, dan menghadapi masa depan

Kriteria evaluasi, pasien akan:
 Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk masa depan
 Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

4. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
TUJUAN : nyeri dapat teratasi

INTERVENSI

RASIONAL
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff terhadap karakteristik nyeri
Memberikan kesemapatn untuk pemberian analgesik sesuai waktu
Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat
Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik
Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang control terhadap prognosis

TUJUAN : mengembalikan kemandirian pasien

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji kemampuan dan tingkat kekeurangan untuk melaukan kebutuhan sehari – hari Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara induvidual

Hindari melaukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan Pasien ini mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan bermamfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri

Sadari prilaku / aktivitas impulsive karena gangguan dalam mengambil keputusan
Dapat menunjukan kebutuhan intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatakan keamanan pasien

Pertahan kan dukungan, sikap yang tegas, beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya Pasien akan memerlukan empati tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara konsisten

Kriteria evalausi :
 Mendemonstrasikan teknik / perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawtan diri
 Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
 Mengidentifikasi sumber pribadi / komunitas memberikan bantuan sesuai kebutuhan


6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

TUJUAN : Mendorong kemampuan koping yang efektif dari pasien / keluarga

INTERVENSI

RASIONAL
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku, misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseoarang, mengatasi hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari – hari
Bantu klien untuk mengidentifikasi sterssor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respons seseorang terhadap stressor
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimal dalam rencana pengobatan Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “ apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
Focus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang apa yang di inginkan
Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan, dibanding membatalkan tujuan dari / keluarga.
Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya

Kriteria evalausi :
 Mengidentifikasi tingkah laku koping yang tidak efektif dan konsekuensi
 Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi / kemampuan memecahkan masalah
 Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan pengguanaan sumber – sumber
 Membuat keputusan dan menunjukan kepuasaan dengan pilihan yang diambil.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta : EGC
Lion, Elizabeth M. 1982.Human sexuality in Nursing Prosess.New York ; Wiley medical
Read On 0 komentar

Askep Kanker Hati

15:44
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
a. Tumor ganas primer pada hati yang berasal dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan lainnya.
b. Sinonim dari hepatoma adalah carcinoma hepatoselluler.
c. Merupakan tomur ganas nomor 2 diseluruh dunia , diasia pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tomur-tomur ganas lainnya.laki :wanita 4-6: 1.
d. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anak-anak.

2. PATOFISIOLOGI
a. Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
b. Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
c. Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas.
d. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.


3. PATOLOGI
a. Ada 3 type :
1. Type masif - tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule - tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak sama.
3. Type difus - secara makroskpis sukar ditentukan daerah massa tumor.
b. Penyebarannya :
1. Intrahepatal.
2. Ekstrahepatal.

4. ETIOLOGI
a. Virus Hepatitis B dan Virus Hepatitis C
b. Bahan-bahan Hepatokarsinogenik :
 Aflatoksin
 Alkohol
 Penggunaan steroid anabolic
 Penggunaan androgen yang berlebihan
 Bahan kontrasepsi oral
 Penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati (Hemochromatosis)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium:
 Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein  500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
2. Radiologi :
 Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography.
3. Biopsi jaringan liver.




6. PENGOBATAN
Pengobatan tergantung dari saat diagnosa ditegakkan.
1. Fase dini
Dimana pembedahan adalah pilihan utama yaitu reseksi segmen atau lobus hati
2. Pemberian kemoterapi secara infus
3. Penyinaran .

7. PROGNOSA
Tumor ganas liver memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian. Dan proses ini berlangsung antara 5-6 bulan atau beberapa tahun


ASUHAN KEPERAWATAN
B. KONSEP DASAR
1. PENGKAJIAN
 GEJALA KLINIK
Fase dini : Asimtomatik.
Fase lanjut :Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
1. Ascites
2. Ikterus
3. Hipoalbuminemia
4. Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1. Gangguan metabolisme
2. Perdarahan
3. Asites
4. Edema
5. Hipoproteinemia
6. Jaundice/icterus
7. Komplikasi endokrin
8. Aktivitas terganggu akibat pengobatan

II.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.tidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.

TUJUAN :

1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi
2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .

INTERVENSI :
1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang makanan sesuai indikasi
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi bagi selama sehari.
3. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah pemberian agent antineoplastik yang sesuai .

RASIONAL :
1. Keefektifan penilaian diet individual dalam penghilangan mual pascaterapi. Pasien harus mencoba untuk menemukan solusi/kombinasi terbaik.
2. Kebutuhan jaringan metabolek ditingkatkan begitu juga cairan ( untuk menghilangkan produksi sisa ). Suplemen dapat memainkan peranan penting dlm mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
3. Mual/muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis kemoterapi yang menimbulkan stess.

B. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )

TUJUAN :
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi nyeri.
2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal pada AKS

INTERVENSI :
1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10 ) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.
3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai

RASIOANAL :
1. memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan / keefektifan intervensi misalnya : nyeri adalahindividual yang digabungkan baik respons fisik dan emesional
2. meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian
3. kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.


A. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

TUJUAN :
1. dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.

INTERVENSI :
1. dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.
2. pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/ frekuensi jantung / pernapasan.
3. beri oksigen sesuai indikasi

RASIONAL :
1. meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
2. teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.
3. adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan memperberat keletihan.

D. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus,edema dan asites

TUJUAN :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.
2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan penyembuhan

INTERVENSI :
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau perlambatan penyembuhan .
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak kecuali seijin dokter

RASIONAL :
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.


Tuhas mata kuliah KMB II
Read On 0 komentar

Askep ISPA

15:07
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT ( ISPA )
1. PENGERTIAN

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotic.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

2. JENIS – JENIS ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).

• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.

• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

3. TANDA – TANDA BAHAYA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis

• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.

• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.

• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

• hypoxemia,

• hypercapnia dan

• acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing


4. PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

 Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

 Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :
• Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
• Meningkatkan makanan bergizi
• Bila demam beri kompres dan banyak minum
• Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
• Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
• Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek

Pengobatan antara lain :

• Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh
dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.


DAFTAR PUSTAKA

• DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

• Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992

• Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien

• Alih bahasa I Made Kariasa. Ed 3. Jakarta: EGC.1999


PENGKAJIAN :

I. IDENTITAS PASIEN

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Tanggal MRS :
Pengkajian :
Penanggung jawab :
Regester :
Diagnosa masuk :
Alamat :


II. RIWAYAT KESEHATAN

 Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan

 Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan
Dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

 Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

 Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

 Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya


III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik di fokuskan pada pengkajian sistem pernapasan :

 Pengkajian tanda – tanda vital dan kesadaran klien
 Inspeksi :

• Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
• Tonsil tanpak kemerahan dan edema
• Tampak batuk tidak produktif
• Tidak ada jaringna parut pada leher
• Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi


 Palpasi
• Adanya demam
• Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
• Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

 Perkusi
• Suara paru normal (resonance)

 Auskultasi
• Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru


IV. PEMERIKSAASN PENUNJANG

• Tanggal :
• HB :
• LED :
• Hematokrit :
• Trombosit :
• MCV :
• MCH :
• MCHC :
• Diff Count :
• Urien PH :
• Ureum :
• Kreatinin :
• SGOT :
• SGPT :
• Na :
• Kalium :
• Cl :
• AGD :
• PCO2 :
• Radiologi :
• ECG :





DIAGNOSA KEPERAWATAN :

I. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi

Tujuan : Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 5 ‘ C

INTERVENSI

1.Observasi tanda – tanda vital

2.Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres dingin ( air biasa) pada kepala / axial.


3.Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

4.Atur sirkulasi udara.

5.Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.

6.Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris penyakit.
7.Kolaborasi dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial
• antipiretika

RASIONALISASI

1.Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.

2.Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .

3.Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.

4.Penyedian udara bersih.

5.Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.

6.Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.


7.Untuk mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas


II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia

Tujuan : * klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.




INTERVENSI

1.Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari

2.Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat

3.Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.

4.Tingkatkan tirai baring.

5.Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien

RASIONALI

1.Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.


2.Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total

3.Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan menyenangkan.

4.Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic

5.Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.


III. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol





INTERVENSI

1.Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0 – 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan karakteristiknya.

2.Anjurkan klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia, asap,rokok. Dan mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.

3.Anjurkan untuk melakukan kumur air garam hangat

4.Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi
• Steroid oral, iv, & inhalasi


• analgesik

RASIONAL

1.Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.

2.Mengurangi bertambah beratnya penyakit.

3.Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.

4.Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi / menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan.

Analgesic untuk mengurangi rasa nyeri



IV. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)

Tujuan : * tidak terjadi penularan
* tidak terjadi komplikasi




INTERVENSI

1.Batasi pengunjung sesuai indikasi

2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas

3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup dengan tisu buang segera ketempat sampah

4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2 tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan berkurang

5.Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur

RASIONAL

1.Menurunkan potensial terpalan pada penyakit infeksius.

2.Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

3.Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

5.Dapat diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
Read On 4 komentar

MAKSUD DAN KEGIATAN-KEGIATAN PADA PROSES KEPERAWATAN

13:53
NO KOMPONEN DAN MAKSUD KEGIATAN
1. Pengkajian- Untuk menyusun data dasar · Mengumpulkan data· Memeriksa data yg bertentangan· Mengambil riwayat keperawatan· Melakukan pemeriksaan fisik· Meninjau catatan-catatan lab, dll· Konsultasi dg anggota team kes lain· Tinjauan literatur
2. Analisa (Diagnosa Keperawatan) § Validasi data§ Koreksi dan kelompok§ Interpretasi§ Memberi nama kelompok data pernyataan diagnostic
3. Perencanaan-Utk mengidentifikasi tujuan dan intervensi keperwtn yg sesuai § Menyusun prioritas§ Menulis tujuan dan kriteria hasil§ Memilih strategi keperawatan§ Konsultasi dg tenaga kesehatan lain§ Menulis rencana As.Kep
4. Implementasi- Utk melaksanakan intervensi keperwtn yg direncanakan untuk membantu klien mencapai tujuan Ø Pengkajian ulang klienØ Memperbaharui data dasarØ Meninjau & merevisi rencana asuhanØ Melaksanakan intervensi kep. Yg telah di rencanakan
5. Evaluasi - Untuk menentukan tingkat/ luasnya tujuan As.kep yg dicapai Ø Mengumpulkan data tentang respon klienØ Bandingkan respon klien dg kriteria evaluasiØ Analisa alasan-alasan untuk hasilØ Modifikasi rencana asuhan
PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN UNTUK
PROSES KEPERAWATAN

KOMPONEN PENGETAHUNAN KEMAMPUAN
PENGKAJIANo System biopsikososial & spiritualo Kebutuhan & perkembangno Sehat – sakito Patofisiologio System kelo Kultur & nilai diri > Observasi scr sistematis> Komunikasi verbal dan non verbal > Mendengar dg penuh perhatian> Membangun kepercayaan> Wawancara kesehatan> Melaksanakan pengkajian fisik keperawatan
ANALISA (DIAGNOSA KEP)· Masalah kes yg lazim · Factor penyebab masalah· Tanda & karakteristik msl· Faktor resiko · Standar ukuran normal· Mekanisme penanganan individu - Mengerti & mengevaluasi tanda- Berfikir kritis- Identifikasi pola - M’organisasi & mengelompokan data- Membuat kesimpulan- Mengg. alasan deduktif dan induktif- Membuat keputusan atau pertimbangan
PERENCANAANü Kekuatan & kelemahan klienü Nilai & kepercayaan pd klienü Lingkup praktek keperawatnü Sumber-sumber yg sesuai utk strategi implementasi kep.ü Peran tenaga As.kep lainnya - Memecahkan masalah- Mengambil keputusan- Menulis tujuan- Menulis kriteria hasil- Memilih & membuat strategi keperawatan- Menulis instruksi kep.- Kerjasama klien & tenaga medis
IMPLEMENTASI> Bahaya fisik & p’lindungan> Asepsis> Prosedur-prosedur> Organisasi> Pengelolaan belajar> Teori perubahan> Bimbingan> Hak-hak pasien Ø Observasi yg sistematisØ Komunikasi efektifØ M’p’tahankan hubungan saling BantuØ Melakukan teknik psikomotorØ Mengajarkan perawatan diri sendiriØ Melaksanakan asuhanØ Sebagai advocateØ Menasehati klienØ Supervise dan evaluasiØ Melaksanakn order medis





EVALUASI- Tujuan ps kriteria hasil- Respon terhadap intervensi Ø Mendapatkan data yg relevan utk m’bandingkan dg kriteria hasilØ Menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yg dicapaiØ Menghubungkan tindakan kep dg kriteria hasilØ Kaji ulang rencana As.Kep
Read On
blog-indonesia.com
Health Blogs
SANG JUARA PERINGKAT WEBLOGS INDONESIA
Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net
blogarama - the blog directory
[Make Your Own] by Khaidir Muhaj | [Close]

Selamat Datang !!

selamat berkunjung di blog saya yang sederhana ini, semoga yang teman cari ada disini, silahkan copy paste artikel dalam blog ini, dgn menyertakan atau tdk menyertakan sumbernya, dan jangan lupa sebagai tanda persahabatan & terimakasih isilah buku tamu.

My Family

My Family
Alumni SPK Kesdam VI/TPR Banjarmasin. Alumnus Politeknik kesehatan Banjarmasin program khusus PKM Rantau. Seorang PNS PemKab. Tapin, Unit Kerja Puskesmas Lokpaikat - Rantau - Kalsel .

Yang Sedang Berkunjung

Anda Pengunjung Yang Ke

TERIMA KASIH

Telah berkunjung, mohon maaf jika terdapat kekurangan dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan tidak dapat memenuhi permintaan & pertanyaan teman teman, karena saya juga dalam proses pembelajaran dan terus akan belajar. dan seandainya artikel ini bermanfaat itu semata-mata hanya karena Allah SWT guna tercapainya keperawatan yang profesional. serta jangan lupa isi buku tamu, semoga sukses!

Pengikut