ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARCOMA
10:12
1. DEFINISI
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget.
Osteosarkoma sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang mengalami penyakit paget.
2. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, bebrapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringanlunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
3. GAMBARAN KLINIS
Rasa sakit (nyeri)
Pembengkakan
Keterbatasan gerak
Menurunnya berat badan
Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah.
Untuk Selengkapnya Silahkan Download disini Format Pdf
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma adalah merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Osteosarkoma merupakan tumor tulang maligna primer yang paling lazim dan seringkali berakibat fatal dan dapat timbul sebagai metastase sekunder dari ekstrimitas tungkai pada 50% kasus. Biasanya terdapat pada lokasi bekas radiasi atau lebih sering sebagai penyerta pada penyakit paget.
Osteosarkoma sering terjadi pada laki-laki pada kelompok usia 10-25 tahun dan pada orang tua yang mengalami penyakit paget.
2. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, bebrapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia.
Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringanlunak sekitarnya;garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
3. GAMBARAN KLINIS
Rasa sakit (nyeri)
Pembengkakan
Keterbatasan gerak
Menurunnya berat badan
Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah.
Untuk Selengkapnya Silahkan Download disini Format Pdf
Tips Tidur Nyenyak Saat Hamil
09:48
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Antusius, semangat dan bisa jadi kecapaian menantikan saat-saat kelahiran sang buah hati mungkin membuat Ibu jadi sulit tidur.
Namun, hal itu janganlah dibiarkan. Saat hamil, para ibu kerap kebingungan menentukan posisi tidur agar tak memengaruhi janin. Padahal sebenarnya itu tak perlu karena tubuh perempuan diciptakan begitu unik sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap janin dalam kandungan. Untuk itu, Anda pun dapat menciptakan suasana lain agar tidur lebih nyaman bagi tubuh. Berikut beberapa tips yang Anda dapat aplikasikan agar tidur semasa kehamilan lebih nyenyak.(Yulia Permata Sari)
1. Ciptakan suasana nyaman
Sebelum tidur, ciptakanlah suasana yang nyaman. Tempat tidur yang empuk tentu akan membuat tubuh lebih relaks. Selain, itu jaga suhu kamar agar tetap sejuk karena suhu tubuh saat hamil cenderung lebih tinggi. Untuk itu, sediakanlah kipas angin atau pendingin udara yang membantu menyejukkan suhu kamar.
2. Tentukan posisi tidur
Menemukan posisi tidur yang nyaman merupakan masalah terbesar saat hamil. Anda tentu tak mungkin tidur dalam posisi tengkurap dan memasuki bulan keempat juga tak dimungkinkan untuk tidur terlentang. Tidur terlentang dapat mempersempit pembuluh darah utama dan menekan usus sehingga menyebabkan sembelit atau wasir. Untuk itu, Anda pun harus tidur menyamping. Gunakanlah bantal di antara kaki atau di bawah perut supaya tidur menyamping lebih nyaman. Merentangkan kaki juga dapat membuat tidur lebih nyaman.
3. Batasi konsumsi cairan sebelum tidur
Hal yang cukup mengganggu saat tidur pada masa hamil yakni harus kerap terbangun pada malam hari untuk buang air kecil. Itu tentu tak dapat dihindari, tapi bila Anda membatasi konsumsi cairan beberapa jam sebelum tidur, tentu akan megurangi intensitas ke kamar kecil. Tetapi, jangan sampai Anda mengalami dehidrasi. Untuk itu, pastikan untuk mengonsumsi banyak cairan keesokan harinya.
4. Atur cahaya kamar
Cahaya temaram membuat Anda tak harus menyalakan lampu saat terbangun untuk ke kamar kecil pada tengah malam. Cahaya temaram, juga menjaga kantuk sehingga Anda tak kesulitan tidur saat kembali ke tempat tidur.
5. Relaksasikan pikiran
Bila Anda sulit tidur karena selalu memikirkan kondisi bayi dan segala perubahan yang segera terjadi pada hidup Anda, cobalah berlatih beberapa teknik relaksasi tubuh
Sebelum tidur. Makanan ringan, mandi air hangat, atau sedikit gerakan yoga dapat membantu relaksasikan pikiran sehingga dapat tidur lebih tidur.
6. Jangan paksakan tidur
Jika merasa sulit tidur, bangun dan lakukan sesuatu selain membolak-balikkan badan di tempat tidur. Biarkan tubuh merasa letih dengan sendirinya hingga mengantuk. Semoga beberapa tips di atas berhasil membantu Anda tidur saat hamil!
Source: MediaIndonesia
Namun, hal itu janganlah dibiarkan. Saat hamil, para ibu kerap kebingungan menentukan posisi tidur agar tak memengaruhi janin. Padahal sebenarnya itu tak perlu karena tubuh perempuan diciptakan begitu unik sehingga dapat memberikan perlindungan terhadap janin dalam kandungan. Untuk itu, Anda pun dapat menciptakan suasana lain agar tidur lebih nyaman bagi tubuh. Berikut beberapa tips yang Anda dapat aplikasikan agar tidur semasa kehamilan lebih nyenyak.(Yulia Permata Sari)
1. Ciptakan suasana nyaman
Sebelum tidur, ciptakanlah suasana yang nyaman. Tempat tidur yang empuk tentu akan membuat tubuh lebih relaks. Selain, itu jaga suhu kamar agar tetap sejuk karena suhu tubuh saat hamil cenderung lebih tinggi. Untuk itu, sediakanlah kipas angin atau pendingin udara yang membantu menyejukkan suhu kamar.
2. Tentukan posisi tidur
Menemukan posisi tidur yang nyaman merupakan masalah terbesar saat hamil. Anda tentu tak mungkin tidur dalam posisi tengkurap dan memasuki bulan keempat juga tak dimungkinkan untuk tidur terlentang. Tidur terlentang dapat mempersempit pembuluh darah utama dan menekan usus sehingga menyebabkan sembelit atau wasir. Untuk itu, Anda pun harus tidur menyamping. Gunakanlah bantal di antara kaki atau di bawah perut supaya tidur menyamping lebih nyaman. Merentangkan kaki juga dapat membuat tidur lebih nyaman.
3. Batasi konsumsi cairan sebelum tidur
Hal yang cukup mengganggu saat tidur pada masa hamil yakni harus kerap terbangun pada malam hari untuk buang air kecil. Itu tentu tak dapat dihindari, tapi bila Anda membatasi konsumsi cairan beberapa jam sebelum tidur, tentu akan megurangi intensitas ke kamar kecil. Tetapi, jangan sampai Anda mengalami dehidrasi. Untuk itu, pastikan untuk mengonsumsi banyak cairan keesokan harinya.
4. Atur cahaya kamar
Cahaya temaram membuat Anda tak harus menyalakan lampu saat terbangun untuk ke kamar kecil pada tengah malam. Cahaya temaram, juga menjaga kantuk sehingga Anda tak kesulitan tidur saat kembali ke tempat tidur.
5. Relaksasikan pikiran
Bila Anda sulit tidur karena selalu memikirkan kondisi bayi dan segala perubahan yang segera terjadi pada hidup Anda, cobalah berlatih beberapa teknik relaksasi tubuh
Sebelum tidur. Makanan ringan, mandi air hangat, atau sedikit gerakan yoga dapat membantu relaksasikan pikiran sehingga dapat tidur lebih tidur.
6. Jangan paksakan tidur
Jika merasa sulit tidur, bangun dan lakukan sesuatu selain membolak-balikkan badan di tempat tidur. Biarkan tubuh merasa letih dengan sendirinya hingga mengantuk. Semoga beberapa tips di atas berhasil membantu Anda tidur saat hamil!
Source: MediaIndonesia
ASUHAN KEPERAWATAN OBSTRUKSI SALURAN KEMIH
07:05
A. PENGERTIAN.
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran urine baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu (massa), tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
B. PENYEBAB.
1. Faktor Intrinsik.
a. Batu.
Pembentukan batu mulai dari kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH urine, konsentrasi zat terlarut urine, statis urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium dan dimineralisasi tulang serta hyperparathyroid. Batu dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang bentuknya bulat, lonjong dan tidak beraturan. Dalam hal ukuran dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.
b. Striktura.
Kelainan ini dapat berupa kelainan bawaan, yaitu penyempitan yang berlebihan daripada penyempitan fisiologik atau dapat juga di dapat akibat dari trauma operasi.
2. Faktor Ekstrinsik.
a. Kehamilan.
Pada wanita hamil sering terjadi obstruksi ureter. Penyebabnya belum jelas, mungkin karena hormonal, mungkin pula akibat tekanan oleh uterus yang membesar.
b. Tumor.
Tumor-tumor yang terdapat di sekitar ureter dapat mendesak ureter, misal : tumor rektum, prostat, kandung kemih dan alat-alat dirongga panggul.
Untuk Selengkapnya Silahkan Download disini Format Pdf
Obstruksi saluran kemih adalah suatu keadaan dimana terhambatnya aliran urine baik secara permanen atau tidak akibat adanya hambatan yang berupa batu (massa), tumor, striktura, maupun oleh karena pengaruh infeksi.
B. PENYEBAB.
1. Faktor Intrinsik.
a. Batu.
Pembentukan batu mulai dari kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu termasuk pH urine, konsentrasi zat terlarut urine, statis urine, beberapa infeksi, diet tinggi kalsium dan dimineralisasi tulang serta hyperparathyroid. Batu dapat bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang bentuknya bulat, lonjong dan tidak beraturan. Dalam hal ukuran dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter.
b. Striktura.
Kelainan ini dapat berupa kelainan bawaan, yaitu penyempitan yang berlebihan daripada penyempitan fisiologik atau dapat juga di dapat akibat dari trauma operasi.
2. Faktor Ekstrinsik.
a. Kehamilan.
Pada wanita hamil sering terjadi obstruksi ureter. Penyebabnya belum jelas, mungkin karena hormonal, mungkin pula akibat tekanan oleh uterus yang membesar.
b. Tumor.
Tumor-tumor yang terdapat di sekitar ureter dapat mendesak ureter, misal : tumor rektum, prostat, kandung kemih dan alat-alat dirongga panggul.
Untuk Selengkapnya Silahkan Download disini Format Pdf
Tips Hentikan Pipis Berlebih
20:30
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Jika Anda penderita pipis berlebih, sebenarnya ada banyak pilihan serta cara untuk mengatasinya dengan mengubah beberapa hal dalam kebiasaan Anda sehari-hari.
Berikut beberapa tips yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi hasrat ingin buang kecil berlebih:
1. Perhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi
Anda tentunya tak mau mengalami dehidrasi, tapi terlalu banyak minum juga kurang baik. Minumlah sesuai dengan kapasitas tubuh. Air yang Anda minum sebaiknya sesuai dengan rasa haus Anda. Maka itu, minumlah apabila Anda memang merasa haus.
2. Catat jenis minuman yang dikonsumsi
Setidaknya selama dua hari, tulislah semua jenis minuman yang Anda konsumsi, seperti kopi, teh, soda, susu, atau air mineral, beserta kuantitasnya. Catat pula waktu Anda meminumnya dengan jarak waktu Anda pergi ke kamar kecil. Anda akan melihat adanya suatu pola. Contohnya, Anda akan menyadari bahwa meminum kopi untuk sarapan menyebabkan Anda harus lebih sering buang air kecil. Dengan catatan tersebut, Anda dan dokter dapat mengenali berbagai faktor yang berhubungan dengan penyebab pipis berlebih sehingga dapat mengupayakan perubahan kebiasaan untuk mencegah hal yang lebih buruk.
3. Hindari kafein dan alkohol
Kafein dan alkohol merupakan zat diuretik atau obat pendorong produksi air seni. Menghindari kafein dan alkohol dalam daftar menu Anda adalah salah satu cara terefektif mengatasi pipis berlebih.
4. Konsumsi makanan berserat
Ketika perut Anda sudah terasa penuh, kandung kemih Anda juga akan penuh dan dapat menyebabkan masalah pada sistem buang air kecil. Konsumsilah makanan berserat untuk melancarkan sistem pencernaan dan mencegah konstipasi.
5. Jagalah berat badan
Kelebihan berat badan dapat membuat kandung kemih tertekan dan menyebabkan serimg pipis.
6. Pakailah pembalut
Produk ini dapat membantu Anda terhindar dari kejadian yang memalukan, tapi pakailah pembalut yang benar-benar nyaman. Pilih yang dapat menyerap banyak cairan, tak membuat iritasi pada kulit, dan nyaman dipakai. Lebih baik mencegah sebelum kejadian memalukan terjadi bukan?
7. Bawa celana dalam tambahan
Bawalah pakaian dalam tambahan ke mana pun Anda pergi untuk berjaga-jaga agar celana dalam Anda tetap kering dan bersih.
8. Ketahui toilet terdekat
Dengan mengetahui lokasi toilet terdekat, Anda nantinya tak perlu tergesa-gesa mencari toilet saat hendak pipis. Bila Anda tengah berada di restoran ataupun biokop, pastikan Anda tahu jalan menuju terdekat.
9. Lakukan senam kegel
Senam kegel telah dikenal dapat mengencangkan otot-otot panggul sehingga membantu penderita inkontinensia mulai dari tahap rimgam hingga berat. Kuncinya adalah berlatih dengan teratur dan konsisten. Apabila Anda merasa ingin buang air kecil, tetap tenang dan lakukan kontraksi otot panggul. Jika Anda langsung berdiri dan berlari, justru Anda akan mengompol. Latihan otot panggul dapat membantu mengatasi pipis berlebih bahkan melebihi obat yang diresepkan doketr. Maka itu, jadikanlah senam kegel sebagai bagian dari rutinitas Anda.
10. Cari dukungan
Sebenarnya, pipis berlebih merupakan hal umum yang terjadi pada banyak orang maka Anda tak perlu malu. Bicarakanlah dengan dokter Anda tanpa sungkan, dokter pun pasti sudah sering mendengar kasus itu dan akan membrikan pengobatan terbaik bagi kesehatan Anda
Source: MediaIndonesia
Berikut beberapa tips yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi hasrat ingin buang kecil berlebih:
1. Perhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi
Anda tentunya tak mau mengalami dehidrasi, tapi terlalu banyak minum juga kurang baik. Minumlah sesuai dengan kapasitas tubuh. Air yang Anda minum sebaiknya sesuai dengan rasa haus Anda. Maka itu, minumlah apabila Anda memang merasa haus.
2. Catat jenis minuman yang dikonsumsi
Setidaknya selama dua hari, tulislah semua jenis minuman yang Anda konsumsi, seperti kopi, teh, soda, susu, atau air mineral, beserta kuantitasnya. Catat pula waktu Anda meminumnya dengan jarak waktu Anda pergi ke kamar kecil. Anda akan melihat adanya suatu pola. Contohnya, Anda akan menyadari bahwa meminum kopi untuk sarapan menyebabkan Anda harus lebih sering buang air kecil. Dengan catatan tersebut, Anda dan dokter dapat mengenali berbagai faktor yang berhubungan dengan penyebab pipis berlebih sehingga dapat mengupayakan perubahan kebiasaan untuk mencegah hal yang lebih buruk.
3. Hindari kafein dan alkohol
Kafein dan alkohol merupakan zat diuretik atau obat pendorong produksi air seni. Menghindari kafein dan alkohol dalam daftar menu Anda adalah salah satu cara terefektif mengatasi pipis berlebih.
4. Konsumsi makanan berserat
Ketika perut Anda sudah terasa penuh, kandung kemih Anda juga akan penuh dan dapat menyebabkan masalah pada sistem buang air kecil. Konsumsilah makanan berserat untuk melancarkan sistem pencernaan dan mencegah konstipasi.
5. Jagalah berat badan
Kelebihan berat badan dapat membuat kandung kemih tertekan dan menyebabkan serimg pipis.
6. Pakailah pembalut
Produk ini dapat membantu Anda terhindar dari kejadian yang memalukan, tapi pakailah pembalut yang benar-benar nyaman. Pilih yang dapat menyerap banyak cairan, tak membuat iritasi pada kulit, dan nyaman dipakai. Lebih baik mencegah sebelum kejadian memalukan terjadi bukan?
7. Bawa celana dalam tambahan
Bawalah pakaian dalam tambahan ke mana pun Anda pergi untuk berjaga-jaga agar celana dalam Anda tetap kering dan bersih.
8. Ketahui toilet terdekat
Dengan mengetahui lokasi toilet terdekat, Anda nantinya tak perlu tergesa-gesa mencari toilet saat hendak pipis. Bila Anda tengah berada di restoran ataupun biokop, pastikan Anda tahu jalan menuju terdekat.
9. Lakukan senam kegel
Senam kegel telah dikenal dapat mengencangkan otot-otot panggul sehingga membantu penderita inkontinensia mulai dari tahap rimgam hingga berat. Kuncinya adalah berlatih dengan teratur dan konsisten. Apabila Anda merasa ingin buang air kecil, tetap tenang dan lakukan kontraksi otot panggul. Jika Anda langsung berdiri dan berlari, justru Anda akan mengompol. Latihan otot panggul dapat membantu mengatasi pipis berlebih bahkan melebihi obat yang diresepkan doketr. Maka itu, jadikanlah senam kegel sebagai bagian dari rutinitas Anda.
10. Cari dukungan
Sebenarnya, pipis berlebih merupakan hal umum yang terjadi pada banyak orang maka Anda tak perlu malu. Bicarakanlah dengan dokter Anda tanpa sungkan, dokter pun pasti sudah sering mendengar kasus itu dan akan membrikan pengobatan terbaik bagi kesehatan Anda
Source: MediaIndonesia
Tips Cegah Kaki Beraroma Tidak Sedap
13:15
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Aroma tak sedap pada kaki, meski tak tergolong penyakit akut, tentunya akan membuat Anda kerap merasa malu dan tak percaya diri, terlebih saat bertandang ke suatu tempat yang mengharuskan Anda melepas alas kaki.
Apa sih sebenarnya yang menyebabkan timbulnya bau kaki? Aroma tak sedap pada kaki diketahui berasal dari bakteri yang mengendap pada kaki karena keringat dan kurangnya udara sehingga pori-pori kaki Anda pun tak bisa bernapas. Namun, tenang ada beberapa cara untuk menghindari bau kaki yang tidak sedap itu di antaranya:
1. Beli sepatu yang berkualitas bagus. Sebaiknya, hindari memilih bagian dalam sepatu yang berasal dari bahan sintesis. Selain itu, pilih sepatu sesuai dengan ukuran kaki, jangan terlalu sempit agar kaki bisa bernapas.
2 Setiap kali mandi, sempatkan membersihkan kaku dengan sikat kecil untuk mengangkat sel kulit mati penyebab bau kaki.
3. Rutinlah mengganti kaus kaki setiap hari. Pakai kaus kaki berbahan katun yang mampu menyerap keringat berlebih pada kaki. Oh ya, jangan taruh kaus kaki yang telah dipakai di dalam sepatu karena bisa membuat bagian dalam sepatu menjadi bau.
4. Jangan gunakan sepatu yang sedang basah dalam kurun waktu yang lama.
5. Kurangi bakteri peneyebab bau tak sedap pada sepatu dengan sering mencuci bagian dalamnya. Anda bisa juga memasukkan kertas koran yang telah diberi parfum untuk menetralisasi bau tak sedap.
6. Bisa juga tambahkan bantalan khusus untuk menyerap keringat yang sudah banyak dijual di toko-toko kesehatan.
7. Pakai bedak atau deodoran kaki yang sudah dijual di pasaran dengan berbagai bentuk. Bedak kaki dapat menyerap bau kaki yang disebabkan keringat yang tak terserap. Untuk deodoran, pilihlah yang mengandung mint agar Anda tidak cepat panas dan berkeringat. Bahan aktif daun mint membuat kaki dingin sehingga meminimalkan timbulnya keringat berlebih.
Source: MediaIndonesia
Apa sih sebenarnya yang menyebabkan timbulnya bau kaki? Aroma tak sedap pada kaki diketahui berasal dari bakteri yang mengendap pada kaki karena keringat dan kurangnya udara sehingga pori-pori kaki Anda pun tak bisa bernapas. Namun, tenang ada beberapa cara untuk menghindari bau kaki yang tidak sedap itu di antaranya:
1. Beli sepatu yang berkualitas bagus. Sebaiknya, hindari memilih bagian dalam sepatu yang berasal dari bahan sintesis. Selain itu, pilih sepatu sesuai dengan ukuran kaki, jangan terlalu sempit agar kaki bisa bernapas.
2 Setiap kali mandi, sempatkan membersihkan kaku dengan sikat kecil untuk mengangkat sel kulit mati penyebab bau kaki.
3. Rutinlah mengganti kaus kaki setiap hari. Pakai kaus kaki berbahan katun yang mampu menyerap keringat berlebih pada kaki. Oh ya, jangan taruh kaus kaki yang telah dipakai di dalam sepatu karena bisa membuat bagian dalam sepatu menjadi bau.
4. Jangan gunakan sepatu yang sedang basah dalam kurun waktu yang lama.
5. Kurangi bakteri peneyebab bau tak sedap pada sepatu dengan sering mencuci bagian dalamnya. Anda bisa juga memasukkan kertas koran yang telah diberi parfum untuk menetralisasi bau tak sedap.
6. Bisa juga tambahkan bantalan khusus untuk menyerap keringat yang sudah banyak dijual di toko-toko kesehatan.
7. Pakai bedak atau deodoran kaki yang sudah dijual di pasaran dengan berbagai bentuk. Bedak kaki dapat menyerap bau kaki yang disebabkan keringat yang tak terserap. Untuk deodoran, pilihlah yang mengandung mint agar Anda tidak cepat panas dan berkeringat. Bahan aktif daun mint membuat kaki dingin sehingga meminimalkan timbulnya keringat berlebih.
Source: MediaIndonesia
Tips Gigi Putih Cemerlang
23:01
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Apakah akhir-akhir ini saat berkaca, Anda baru menyadari bahwa gigi Anda telah kehilangan sinar putih cemerlangnya karena terhalang oleh berbagai noda dan plak? Berikut empat tips cara mendapatkan gigi putih dan bersih sehingga senyuman Anda akan terlihat cemerlang kembali.
1. Gunakan pasta gigi berpemutih
Selain dengan membersihkan gigi secara rutin enam bulan sekali ke klinik gigi, menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung zat pemutih dua kali sekali merupakan langkah pertama untuk mendapatkan gigi putih bersinar.
Meski tak mengandung cukup peroksida yang dapat memutihkan, pasta gigi berpemutih dapat mengikis plak. Direkomendasikan pula untuk menggosok gigi dengan sikat gigi elektronik guna menghilangkan noda-noda membandel pada gigi.
Pastikan tidak menggunakan obat kumur yang mengandung alkhohol karena dapat mengeringkan mulut yang menyebabkan bau napas tak sedap dan berkurangnya bakteri pada saliva.
2. Atur menu makan dan minum
Kegemaran mengunyah permen karet bebas gula yang mengandung zat xylitol yang dapat mengurangi plak juga bermanfaat untuk menghasilkan saliva atau air liur. Saliva akan membersihkan gigi dari berbagai sisa makanan di mulut.
Memakan buah dan sayur yang renyah juga dapat membuat lapisan gigi terkelupas secara alami, terutama stroberi, karena selain menyikat gigi, serat pada buah itu juga mengandung asam malat yang mengahancurkan noda. Adapun buah yang kurang baik bagi gigi, di antaranya lemon, jeruk nipis, dan anggur karena mengandung banyak zat asam sitrat yang dapat mengukis enamel.
3. Coba perawatan pemutih gigi di rumah
Seperti halnya kulit, gigi juga memiliki pori-pori. Karena itu, saat menembus lapisan permukaan gigi, noda dapat menyumbat pori-pori sehingga menutupi gigi putih Anda. Jika Anda mengingingkan warna putih itu lagi yang tak dapat dikembalikan dari membersihkan gigi secara rutin, cobalah gunakan pemutih gigi yang dapat dipakai di rumah. Dengan kandungan peroksida berkisar 7-9 persen, perawatan memutihkan gigi di rumah akan lebih berhasil ketimbang menggunakan pasta gigi dan obat kumur.
4. Dapatkan perawatan gigi ala bintang
Jika sudah melakukan berbagai usaha, tapi tetap saja Anda merasa warna putih gigi belum maksimal seperti yang diharapkan, cobalah perawatan gigi yang lebih profesional.
Seperti dengan metode pencahayaan sinar ultraviolet. Ultraviolet digunakan untuk mengaktifkan komponen dalam larutan pemutih yang membantu mempercepat proses pemutihan gigi.
Prosedur perawatan ini memakan waktu 45 menit melakui tiga sesi dengan gel pemutih yang diganti setiap 15 menit sekali. Dengan perawatan profesional seperti itu, gigi Anda akan lebih putih 10 kali lipat.(Prita Daneswari)
1. Gunakan pasta gigi berpemutih
Selain dengan membersihkan gigi secara rutin enam bulan sekali ke klinik gigi, menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung zat pemutih dua kali sekali merupakan langkah pertama untuk mendapatkan gigi putih bersinar.
Meski tak mengandung cukup peroksida yang dapat memutihkan, pasta gigi berpemutih dapat mengikis plak. Direkomendasikan pula untuk menggosok gigi dengan sikat gigi elektronik guna menghilangkan noda-noda membandel pada gigi.
Pastikan tidak menggunakan obat kumur yang mengandung alkhohol karena dapat mengeringkan mulut yang menyebabkan bau napas tak sedap dan berkurangnya bakteri pada saliva.
2. Atur menu makan dan minum
Kegemaran mengunyah permen karet bebas gula yang mengandung zat xylitol yang dapat mengurangi plak juga bermanfaat untuk menghasilkan saliva atau air liur. Saliva akan membersihkan gigi dari berbagai sisa makanan di mulut.
Memakan buah dan sayur yang renyah juga dapat membuat lapisan gigi terkelupas secara alami, terutama stroberi, karena selain menyikat gigi, serat pada buah itu juga mengandung asam malat yang mengahancurkan noda. Adapun buah yang kurang baik bagi gigi, di antaranya lemon, jeruk nipis, dan anggur karena mengandung banyak zat asam sitrat yang dapat mengukis enamel.
3. Coba perawatan pemutih gigi di rumah
Seperti halnya kulit, gigi juga memiliki pori-pori. Karena itu, saat menembus lapisan permukaan gigi, noda dapat menyumbat pori-pori sehingga menutupi gigi putih Anda. Jika Anda mengingingkan warna putih itu lagi yang tak dapat dikembalikan dari membersihkan gigi secara rutin, cobalah gunakan pemutih gigi yang dapat dipakai di rumah. Dengan kandungan peroksida berkisar 7-9 persen, perawatan memutihkan gigi di rumah akan lebih berhasil ketimbang menggunakan pasta gigi dan obat kumur.
4. Dapatkan perawatan gigi ala bintang
Jika sudah melakukan berbagai usaha, tapi tetap saja Anda merasa warna putih gigi belum maksimal seperti yang diharapkan, cobalah perawatan gigi yang lebih profesional.
Seperti dengan metode pencahayaan sinar ultraviolet. Ultraviolet digunakan untuk mengaktifkan komponen dalam larutan pemutih yang membantu mempercepat proses pemutihan gigi.
Prosedur perawatan ini memakan waktu 45 menit melakui tiga sesi dengan gel pemutih yang diganti setiap 15 menit sekali. Dengan perawatan profesional seperti itu, gigi Anda akan lebih putih 10 kali lipat.(Prita Daneswari)
Kekuatan Sebuah Doa
08:54Khaidirmuhaj.blogspot.com - Anda percaya akan kekuatan doa? Ketika rasa putus asa dan kepedihan datang menghampiri, tidak sedikit orang yang akan berdoa dengan harapan mendapatkan ketenangan sehingga dapat mengatasi segala tekanan serta masalah yang dihadapi.
Dan ternyata, doa tak hanya akan menyembuhkan secara spiritual saja, menurut Dr.Somporn Kantharadussadee Triamchaisri, Ketua Departement of Public Health Nursing, Faculty of Public Health di Mahidol University, Thailand, berdoa juga mampu meningkatkan kesehatan secara fisik. Dan pernyataan ini tidak ada kaitnya dengan alasan supernatural, tapi berdasarkan fakta. “Berdoa adalah salah satu bentuk meditasi. Meditasi bisa menjadi senjata yang ampuh dalam menjaga fisik dan mental kita.
Sejak tahun 1930, para ilmuwan sudah meneliti pengaruh doa terhadap jantung dan gelombang otak. Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir, sudah ada banyak studi yang memantau praktek meditasi dalam berbagai agama, seperti Hindu, Budha, dan Islam.
Dr. Andrew Newberg, profesor di bidang radiologi, psikologi, dan studi religi di University of Pennsylvania dan salah satu pendiri Penn’s Center for Spirituality and the Mind, juga menggungkapkan, “Ilmu pengetahuan telah berhasil membuktikan, agama benar-benar dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan.”
Para ahli menemukkan ketika tubuh dan pikiran berjalan dalam sebuah harmoni yang baik, hasilnya kita akan mendapatkan keseimbangan tubuh serta sel-sel saraf. Disamping apapun motif yang ada di belakang alasan kenapa orang berdoa, namun tidak ada penyangkalan bahwa banyak orang yang akan tetap melakukannya. Sebuah studi menunjukkan 36% orang menggunakan obat pengganti atau alternatif, dan angka tersebut meningkat dua kali lipat ketika doa dimasukkan.
Para relawan melakukan doa demi kesehatan pribadinya dan untuk menolong orang lain. Plus, dari mereka yang berdoa untuk alasan kesehatan, 70% menyatakan bahwa doa sangat membantu.Mengapa bisa begitu? Mungkin hal tersebut terjadi karena beberapa mekanisme yang berbeda, seperti :
1. Berdoa membuat relaks.
Apapun agama yang kita anut, berdoa merupakan salah satu bentuk meditasi. Selain akan memperlambat napas dan kerja otak, berdoa juga akan mengurangi detak jantung serta tekanan darah. Itu semua akan membuat kita relaks, jelas Dr. Mehmet OZ, direktur dari Cardiovascular Inst. Di New York dalam situsnya aks.droz.com.
2. Berdoa memberikan aura positif. Ketika dan setelah berdoa, biasanya kita akan merasa damai, tenang, dan bahagia. Dan ini merupakan bukti, bahwa berdoa akan memicu munculnya respon psikologis yang positif. Tingkat hormon stres kita juga akan ditekan dan siap-siap untuk ‘diam’. Hal yang paling penting, doa juga mampu menjaga sistem kekebalan tubuh kita.
Setelah satu bulan penuh diingatkan untuk tidak melupakan ritual berdoa, sebaiknya selepas Ramadhan dan seterusnya, kita tetap dapat menikmati syahdunya berdoa. Selamat beribadah dan menikmati manfaat doa bagi kesehatan spiritual dan fisik kita. (PreventionIndonesiaonline/Astrid Anastasia)
Source: kompas.com
Dan ternyata, doa tak hanya akan menyembuhkan secara spiritual saja, menurut Dr.Somporn Kantharadussadee Triamchaisri, Ketua Departement of Public Health Nursing, Faculty of Public Health di Mahidol University, Thailand, berdoa juga mampu meningkatkan kesehatan secara fisik. Dan pernyataan ini tidak ada kaitnya dengan alasan supernatural, tapi berdasarkan fakta. “Berdoa adalah salah satu bentuk meditasi. Meditasi bisa menjadi senjata yang ampuh dalam menjaga fisik dan mental kita.
Sejak tahun 1930, para ilmuwan sudah meneliti pengaruh doa terhadap jantung dan gelombang otak. Dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun terakhir, sudah ada banyak studi yang memantau praktek meditasi dalam berbagai agama, seperti Hindu, Budha, dan Islam.
Dr. Andrew Newberg, profesor di bidang radiologi, psikologi, dan studi religi di University of Pennsylvania dan salah satu pendiri Penn’s Center for Spirituality and the Mind, juga menggungkapkan, “Ilmu pengetahuan telah berhasil membuktikan, agama benar-benar dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan.”
Para ahli menemukkan ketika tubuh dan pikiran berjalan dalam sebuah harmoni yang baik, hasilnya kita akan mendapatkan keseimbangan tubuh serta sel-sel saraf. Disamping apapun motif yang ada di belakang alasan kenapa orang berdoa, namun tidak ada penyangkalan bahwa banyak orang yang akan tetap melakukannya. Sebuah studi menunjukkan 36% orang menggunakan obat pengganti atau alternatif, dan angka tersebut meningkat dua kali lipat ketika doa dimasukkan.
Para relawan melakukan doa demi kesehatan pribadinya dan untuk menolong orang lain. Plus, dari mereka yang berdoa untuk alasan kesehatan, 70% menyatakan bahwa doa sangat membantu.Mengapa bisa begitu? Mungkin hal tersebut terjadi karena beberapa mekanisme yang berbeda, seperti :
1. Berdoa membuat relaks.
Apapun agama yang kita anut, berdoa merupakan salah satu bentuk meditasi. Selain akan memperlambat napas dan kerja otak, berdoa juga akan mengurangi detak jantung serta tekanan darah. Itu semua akan membuat kita relaks, jelas Dr. Mehmet OZ, direktur dari Cardiovascular Inst. Di New York dalam situsnya aks.droz.com.
2. Berdoa memberikan aura positif. Ketika dan setelah berdoa, biasanya kita akan merasa damai, tenang, dan bahagia. Dan ini merupakan bukti, bahwa berdoa akan memicu munculnya respon psikologis yang positif. Tingkat hormon stres kita juga akan ditekan dan siap-siap untuk ‘diam’. Hal yang paling penting, doa juga mampu menjaga sistem kekebalan tubuh kita.
Setelah satu bulan penuh diingatkan untuk tidak melupakan ritual berdoa, sebaiknya selepas Ramadhan dan seterusnya, kita tetap dapat menikmati syahdunya berdoa. Selamat beribadah dan menikmati manfaat doa bagi kesehatan spiritual dan fisik kita. (PreventionIndonesiaonline/Astrid Anastasia)
Source: kompas.com
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN MOLA HIDATIDOSA
15:54
A. PENGERTIAN.
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
Jonjot-jonjot khorion (chorionic villi) tumbuh berganda merupakan gelembung-gelembung kecil mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur atau mata ikan.
B. ETIOLOGI.
Belum diketahui dengan pasti, ada yang mengatakan akibat infeksi, defisiensi makanan dan genetik. Yang paling cocok adalah teori Acosta Sison yaitu defesiensi protein dan faktor resiko pada golongan ekonomi rendah, usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi.
C. PATOGENESIS.
Ada beberapa teori menerangkan patogenesis dari penyakit tropoblas. Teori Missed abortion, mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Menurut Reynolds kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari 13 – 21.
Teori neoplasma dari Park mengatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel tropoblas yang mempunyai fungsi abnormal pula dimana terjadi reabsorpi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung-gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
D. KLASIFIKASI.
Mola hidatidosa terbagi menjadi:
a. Mola Hidatidosa Komplit (Klasik), jika tidak ditemukan janin.
b. Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial), jika disertai janin / bagian janin.
Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua centimeter. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidati dosa ialah edema stoma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel tropoblas sedangkan gambaran sitogenetiknya pada umumnya xx 46.
Sedangkan pada mola hidatidosa parsialis. Secara makroskopik tampak gelembung mola disertai janin atau bagian dari janin. Pada pemeriksaan histopatologik tampak dibeberpa tempat villi yang edema dengan sel-sel tropoblas yang tidak begitu berfroliferasi, sedangkan pada tempat lain masih tampak villi yang normal.
Untuk Selngkapnya silahkan Download disini Format Pdf
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana seluruh villi korialisnya mengalami perubahan hidrofik.
Jonjot-jonjot khorion (chorionic villi) tumbuh berganda merupakan gelembung-gelembung kecil mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur atau mata ikan.
B. ETIOLOGI.
Belum diketahui dengan pasti, ada yang mengatakan akibat infeksi, defisiensi makanan dan genetik. Yang paling cocok adalah teori Acosta Sison yaitu defesiensi protein dan faktor resiko pada golongan ekonomi rendah, usia dibawah 20 tahun dan paritas tinggi.
C. PATOGENESIS.
Ada beberapa teori menerangkan patogenesis dari penyakit tropoblas. Teori Missed abortion, mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Menurut Reynolds kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari 13 – 21.
Teori neoplasma dari Park mengatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel tropoblas yang mempunyai fungsi abnormal pula dimana terjadi reabsorpi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga menimbulkan gelembung-gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
D. KLASIFIKASI.
Mola hidatidosa terbagi menjadi:
a. Mola Hidatidosa Komplit (Klasik), jika tidak ditemukan janin.
b. Mola Hidatidosa Inkomplit (Parsial), jika disertai janin / bagian janin.
Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau dua centimeter. Gambaran histopatologik yang khas dari mola hidati dosa ialah edema stoma villi, tidak ada pembuluh darah pada villi dan proliferasi sel-sel tropoblas sedangkan gambaran sitogenetiknya pada umumnya xx 46.
Sedangkan pada mola hidatidosa parsialis. Secara makroskopik tampak gelembung mola disertai janin atau bagian dari janin. Pada pemeriksaan histopatologik tampak dibeberpa tempat villi yang edema dengan sel-sel tropoblas yang tidak begitu berfroliferasi, sedangkan pada tempat lain masih tampak villi yang normal.
Untuk Selngkapnya silahkan Download disini Format Pdf
Oksigen Dapat Memperlambat Pembentukan Keriput
08:14
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Keriput biasanya akan terjadi seiring dengan usia. Tapi dengan terjadinya penipisan ozon, keriput bisa terjadi di usia muda. Sebuah studi menemukan bahwa dengan banyaknya oksigen bisa membantu mengurangi pembentukan kerutan.
Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa overdosis oksigen bisa membantu mengurangi pembentukan kerutan, yaitu dengan mengurangi kerusakan jaringan karena sinar UVB.
Tanda-tanda kerusakan kulit seperti keriput dan penebalan kulit biasanya akan mudah terlihat pada lapisan kulit terluar, yang disebut epidermis.
Dalam penelitian tersebut, seperti dilansir dari Medindia, Sabtu (18/9/2010), peneliti menemukan bahwa kulit yang terpapar banyak oksigen setelah terkena radiasi UVB, akan mengembangkan kerutan dan kerusakan jaringan lebih sedikit.
Ketika kulit berulang kali terpapar radiasi UVB, akan terbentuk pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah di kulit, yang disebut dengan kulit angiogenesis.
Beberapa faktor transkripsi protein yang mengikat urutan DNA tertentu, memainkan peran dalam angiogenesis, termasuk faktor hipoksia diinduksi (HIF-1) dan subunit HIF-1 dan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF).
Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa oksigen dan jumlah oksigen yang berlebih di dalam jaringan tubuh (hyperoxia) dapat mengurangi kerusakan kulit dan keriput yang disebabkan oleh radiasi UVB.
Penelitian ini juga memiliki satu hasil yang mengejutkan, yaitu melibatkan molekul yang disebut matriks metalloproteinases (MMP). Dua MMP khususnya, MMP-2 dan MMP-9, diperkirakan dapat mempercepat kerutan dengan menurunkan komponen luar sel kulit.
Namun dalam studi ini, tingkat MMP-2 cenderung menurun dan tingkat MMP-9 tetap sama, bahkan pada kulit yang tidak menerima oksigen.
Menurut peneliti, ini berarti bahwa MMP-2 dan MMP-9 bukan merupakan faktor utama dalam pembentukan kerutan dan angiogenesis, setidaknya pada tahap awal kerusakan kulit yang disebabkan oleh radiasi UVB.
Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Physiology-Regulatory, Integrative and Comparative Physiology.
Source: DetikHealth
Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa overdosis oksigen bisa membantu mengurangi pembentukan kerutan, yaitu dengan mengurangi kerusakan jaringan karena sinar UVB.
Tanda-tanda kerusakan kulit seperti keriput dan penebalan kulit biasanya akan mudah terlihat pada lapisan kulit terluar, yang disebut epidermis.
Dalam penelitian tersebut, seperti dilansir dari Medindia, Sabtu (18/9/2010), peneliti menemukan bahwa kulit yang terpapar banyak oksigen setelah terkena radiasi UVB, akan mengembangkan kerutan dan kerusakan jaringan lebih sedikit.
Ketika kulit berulang kali terpapar radiasi UVB, akan terbentuk pembuluh darah baru yang berasal dari pembuluh darah di kulit, yang disebut dengan kulit angiogenesis.
Beberapa faktor transkripsi protein yang mengikat urutan DNA tertentu, memainkan peran dalam angiogenesis, termasuk faktor hipoksia diinduksi (HIF-1) dan subunit HIF-1 dan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF).
Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa oksigen dan jumlah oksigen yang berlebih di dalam jaringan tubuh (hyperoxia) dapat mengurangi kerusakan kulit dan keriput yang disebabkan oleh radiasi UVB.
Penelitian ini juga memiliki satu hasil yang mengejutkan, yaitu melibatkan molekul yang disebut matriks metalloproteinases (MMP). Dua MMP khususnya, MMP-2 dan MMP-9, diperkirakan dapat mempercepat kerutan dengan menurunkan komponen luar sel kulit.
Namun dalam studi ini, tingkat MMP-2 cenderung menurun dan tingkat MMP-9 tetap sama, bahkan pada kulit yang tidak menerima oksigen.
Menurut peneliti, ini berarti bahwa MMP-2 dan MMP-9 bukan merupakan faktor utama dalam pembentukan kerutan dan angiogenesis, setidaknya pada tahap awal kerusakan kulit yang disebabkan oleh radiasi UVB.
Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam American Journal of Physiology-Regulatory, Integrative and Comparative Physiology.
Source: DetikHealth
ASKEP ULKUS PEPTIKUM
08:03
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus kronis dapat menembus dinding muskular. Pemulihan mengakibatkan pembentukan jaringan fibrosa dan akhirnya jaringan parut permanen. Ulkus dapat pulih atau sembuh beberapa kali sepanjang hidup seseorang.
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya adalah:
1. Hemoragi, dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak fesses positif.
2. Perporasi, dibuktikan oleh awitan tiba-tiba nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku seperti papan dan gejala syok.
3. Obstruksi. Komplikasi ini lebih umum pada ulkus duodenal yang terletak dekat pilorus. Ini disebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan jaringan parut dari ulkus yang berulang.
Pasien secara umum dapat rawat jalan. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk mengatasi komplikasi.
B. Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.
C. Patofisiologi
Asam lambung dalam kondisi yang normal akan membantu dalam pencernaan dengan produksi yang sesuai dengan keperluan sehingga akan berfungsi secara fisiologis tapi dalam keadaan sekresi yang berlebihan akan menjadikan lambung teriritasi atau walaupun sekresi asam lambung normal tapi daya tahan mukosa lambung rendah juga akan menyebabkan iritasi.
D. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri yang dirasakan setelah makan.
2. Nyeri tengah malam.
3. Hilang setelah makan.
4. Adanya perdarahan bila ulkus aktif.
E. Penatalaksanaan
Farmakoterapi:
Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin (Pepcid), Nizatidin (Axid).
Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
Sukralfat (Carafate).
Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
Modifikasi diet.
Penatalaksanaan stres.
Pembedahan bila komplikasi terjadi:
Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan peningkatan pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi setelah vagotomi).
F. Pertimbangan Pembedahan
1. Perfurasi.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.
G. Pertimbangan Pemulangan
1. Perawatan lanjutan.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.
4. Penatalaksanaan stres.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien.
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor register.
2. Riwayat Atau Adanya Faktor Resiko.
Riwayat garis pertama keluarga tentang ulkus peptikum.
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung (misal, aspirin, steroid atau indometasin).
Perokok berat.
Stres emosi kronis.
3. Pengkajian Fisik.
Nyeri epigastrik. Ini gejala paling menonjol selama periode eksaserbasi. Pada ulkus duodenal, nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah. Pada ulkus gastrik, nyeri terjadi dengan segera setelah makan. Nyeri dapat digambarkan sebagai nangging, tumpul, sakit, atau rasa terbakar. Ini sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
Selama remisi pasien asimtomatik
Penurunan berat badan.
Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif).
4. Pemeriksaan diagnostik.
Seri gastro intestinal menunjukkan lubang ulkus tetapi tidak menandakan bila ini benigna atau maligna. Ulkus maligna dan benigna menghasilkan gejala yang sama. Sering ulkus benigna sembuh dengan terapi medis dalam beberapa minggu, sedangkan ulkus maligna tidak sembuh dengan terapi.
Endoskopi dengan apusan sistologi dilakukan dengan tepat membedakan antara ulkus benigna dan maligna bila gejala menetap.
Guaiak feses mungkin positif untuk darah samar bila ulkus aktif.
5. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam pra-perawatan di rumah sakit.
6. Kaji respons emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif.
7. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan stres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri berhubungan dengan faktor penyakit ulkus peptikum aktif. Batasan karakteristik mengungkapkan ketidaknyamanan, merintih, perilaku melindungi, meringis.
Tujuan : Mendemonstrasikan ketidaknyamanan hilang.
Kriteria :
- Menyangkal nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Tak ada merintih
Intervensi :
Berikan obat-obat yang diresepkan (antagonis reseptor histamin, Carafate, antasida atau kolinergik) dan evaluasi keefektifannya.
Beri tahu dokter bila nyeri gaster menetap atau memburuk. Tes guaiak semua fesses bila nyeri menetap. Laporkan fesses guaiak positif.
Pertahankan puasa sesuai program bila perdarahan aktif terjadi.
Anjurkan perawatan oral:
Sikat gigi kit dan mencuci mulut dengan air dingin
Melumasi bibir dengan salep petrohum PRN
Mempertahankan kasa lembab di sisi tempat tidur untuk digunakan pasien membasahi mulut
Bila diare berdarah terjadi, berikan perawatan perineal setelah setiap defekasi - bersihkan dengan air hangat dan sabun ringan. Dengan izin dokter, berikan salep anastesi seperti dibukain HCl (Nupercainal), Pada anus bila pasien mengeluh sakit. Gunakan pengharum ruangan untuk mengontrol bau.
Rasionalisasi :
- Antasida dan carafate menyaluti ulkus. Antagonis reseptor histamin mengurangi asiditas gastrik dengan menyekat sekresi histamin, suatu stimulan sam gastrik. Antikolinergik mengurangi sekresi asam hidroklorida dan memperlambat motilitas saluran gastro intestinal.
- Temuan ini, menandakan kebutuhan perhatian medis segera.
- Menyikat gigi menghilangkan plak. Pembatasan makanan per oral menyebabkan mulut dan bibir kering. Pembasahan sering membantu menghilangkan kekeringan.
- Diare yang sering menyebabkan iritasi pada anus. Fees berdarah dapat menghasilkan bau tak sedap.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor kehilangan darah berlebihan sekunder terhadap penyakit ulkus peptikum. Batasan karakteristik: feses guaiak positif, pasase feses hitam, emesis berwarna kopi, tekanan darah turun disertai dengan takikardi, takipnea, kulit lembab basah, menyatakan haus, penurunan haluaran urine.
Tujuan : Mendemonstrasikan tak ada tanda peradangan akut.
Kriteria : Pasase feses coklat lunak, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau:
Tanda vital setiap 4 jam, bila feses guaiak positif
Warna dan konsistensi feses (guaiak semua feses bila perdarahan tidak tampak)
Warna emesis berwarna kopi
Hasil laporan JDL
Beri tahu dokter tentang emesis berwarna kopi, feses hitam, emesis atau feses merah terang, penurunan TD disertai dengan takikardi dan takipnea, kulit lembab dingin, atau nilai hemoglobin dan hematokrit di bawah rentang normal. Berikan transfusi darah sesuai program dan pantau reaksi merugikan.
Untuk mengontrol perdarahan, berikan obat yang diresepkan yang meliputi :
Vitamin K (aqua MEPHYTON) bila masa protrombin memanjang
Antagonis reseptor histamin seperti simetidine (Targamet), ranitidi (Zantac), femotidin (Pepcid)
Vasopresin (Pitressin Synthetic, Pitressin Tannate)
Evaluasi keefektifan obat. Gunakan pompa infus bila memberikan obat ini dengan drip kontinu.
Pasang selang NG dan sambungkan pada pengisap intermiten sesuai program bila terjadi emesis merah terang. Pertahankan kepatenan selang dengan mengiritasi dengan salin normal dingin, prn.
Berikan lavase gastrik sesuai program:
Masukkan kira-kira 60-100 ml agen yang diresepkan (salin es, antasida, atau vasopresin)
Klem selang selama 10-15 menit, kemudian sambungkan pada penghisap
Ulangi lavase pada interval yang diprogramkan
Inspeksi warna haluaran gastrik bila penghisapan dilakukan
Pertahankan puasa sesuai pesanan bila terjadi muntah. Berikan terapi intravena sesuai program. Gunakan jarum 18-G untuk memulai penginfusan intravena bila transfusi darah diperlukan.
Bila pasien mengalami kelemahan dan pusing, tempatkan pispot di samping tempat tidur dan bantu dalam toileting sesuai kebutuhan. Instruksikan pasien untuk memberi tanda minta bantuan bila turun dari tempat tidur.
Pertahankan tirah baring bila perdarahan aktif terjadi.
Siapkan pasien untuk pembedahan atau sklerosing sesuai pesanan.
Rasionalisasi:
- Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
- Emesis warna kopi menunjukkan darah tercampur dengan getah lambung. Feses hitam (melena) menandakan perdarahan saluran gastro intestinal. Emesis atau feses merah terang menandakan perdarahan aktif. Kehilangan darah berlebihan dapat menimbulkan anemia, dibuktikan oleh hemoglobin dan hematokrit rendah dan gejala syok.
- Vitamin K membantu memperbaiki faktor pembekuan. Antagonis reseptor histamin mengurangi produksi asam gastrik. Vasopresin menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga membantu mengontrol perdarahan.
- Intubasi NG memberi rute untuk lavase gastrik. Larutan dingin dan vasopresin menyebabkan vasokontriksi. Antasida menyaluti lapisan lambung untuk mencegah erosi lanjut dengan pemajanan pada asam hidroklorida.
- Kehilangan darah cepat menimbulkan hipovolemi. Cairan intravena membantu memperbaiki volume intravaskuler sampai perdarahan dapat terkontrol. Transfusi darah harus diberikan melalui jarum berdiameter besar karena viskositasnya tinggi.
- Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan aktivitas saluran gastrointestinal.
- Pembedahan diperlukan bila terapi obat tidak efektif dalam mengontrol perdarahan berat setelah 24 jam.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan dalam penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kondisi, rencana tindakan dan perawatan diri pencegahan. Batasan karakteristik: melaporkan kesulitan dalam koping terhadap penyakit kronis, riwayat ketidakpatuhan, mengungkapkan kurang pemahaman, meminta informasi, mengungkapkan takut perdarahan menyebabkan kematian.
Tujuan : Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi perawatan diri, pencegahan dan tindakan pemeliharaan pada saat pulang.
Kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan tindakan yang direncanakan, mengungkapkan rencana untuk mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko eksaserbasi.
Intervensi :
Evaluasi pemahaman pasien tentang kondisi dan rencana therapeutic. Perbaiki adanya kesalahan konsep. Tekankan bahwa terapi membantu memulihkannya. Biarkan pasien mengetahui bahwa ulkus peptikum dapat kambuh bila rencana tindakan tidak diikuti. Tinjau ulang tujuan tindakan yang diprogramkan.
Berikan instruksi tentang modifikasi diet untuk mencegah kekambuhan. Instruksi harus meliputi menghindari makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan. Beberapa makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah coklat, caffeine, bumbu pedas, alkohol, makanan gorengan, aspirin, dan produk yang mengandung aspirin. Makan tiga makanan seimbang setiap hari, dengan kudapan pada interval reguler sering. Rujuk pasien pada ahli diet untuk bantuan dalam perencanaan diet seimbang bila riwayat diet menunjukkan ketidakadekuatan. Hindari masukan jumlah besar dari produk susu.
Anjurkan pasien yang merokok untuk mengambil langkah untuk berhenti.
Tekankan pentingnya menggunakan obat yang diresepkan. Anjurkan untuk menggunakan antasida atau antagonis reseptor hidramin dengan makan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi stress dan mengembangkan rencana untuk mengubah gaya hidup untuk mengurangi stres. Tekankan pentingnya mengekspresikan perasaan dengan seseorang. Rujuk pasien pada kelas penatalaksanaan stres. Anjurkan pasien untuk mengikuti program latihan reguler dan menggunakan waktu untuk aktivitas menyenangkan.
Berikan instruksi untuk menghilangkan konstipasi. Bila menggunakan antasida aluminium hidroksida, minum sedikitnya delapan gelas cairan setiap hari dan makan makanan tinggi serat.
Anjurkan pasien untuk mencari pertolongan medis bila hal berikut terjadi:
Awitan tiba-tiba dari nyeri gastrik yang tak hilang dengan obat yang diresepkan
Emesis berwarna kopi atau berdarah
Fesses hitam
Rasionalisasi :
- Pemahaman tentang kondisi dan terapi yang diprogramkan meningkatkan kepatuhan.
- Tidak terdapat bukti ilmiah bahwa diet khusus meningkatkan pemulihan. Makanan tertentu merangsang sekresi gastrik dan mencetuskan ketidaknyamanan. Aspirin mencegah adhesi trombosit dan dapat mencetuskan perdarahan. Kelebihan kalsium dan protein dari masukan besar susu dan produk susu merangsang produksi asam lambung. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat membantu pasien dalam perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi setiap hari sesuai dengan status keuangan dan penyakit.
- Nikotin merangsang sekresi asam lambung yang mempengaruhi pemulihan ulkus.
- Makanan memperlambat pengosongan gastrik, sehingga meningkatkan keefektifan obat.
- Stres emosi mengaktifasi respons adrenergik. Sekresi asam hidroklorik meningkat, yang selanjutnya meningkatkan mukosa gastrik yang telah terinflamasi.
- Konstipasi adalah efek samping utama dari antasida aluminium hidroksida.
4. Ansietas berhubungan dengan faktor rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis. Batas karakteristik: mengeluh sulit menerima kondisi, melaporkan perasaan gugup atau cemas, ekspresi wajah tegang.
Tujuan : Mendemonstrasikan ansietas hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah rileks, perasaan cemas atau gugup berkurang.
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana terapeutik
Intervensi :
Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi.
Beri dorongan untuk bertanya.
Jelaskan tujuan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik yang meliputi :
Gambaran singkat tentang tes
Tujuan tes
Persiapan yang diperlukan sebelum tes
Perawatan setelah tes
Rasionalisasi :
- Pemecahan masalah sulit untuk orang yang cemas karena ansietas merusak belajar dan persepsi. Penjelasan yang jelas, sederhana paling baik dipahami. Istilah medis dan keperawatan dapat membingungkan pasien dan meningkatkan ansietas.
- Pengetahuan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
A, Price, Silvya. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit Buku Penerbit Kedokteran. 1994: Jakarta
Soeparman. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. 1990: Jakarta
A. Pengertian
Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastro intestinal yang disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada osofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990).
Ulkus kronis dapat menembus dinding muskular. Pemulihan mengakibatkan pembentukan jaringan fibrosa dan akhirnya jaringan parut permanen. Ulkus dapat pulih atau sembuh beberapa kali sepanjang hidup seseorang.
Komplikasi utama yang berkenaan dengan penyakit ulkus peptikum, pada umumnya adalah:
1. Hemoragi, dibuktikan oleh hematemesis dan guaiak fesses positif.
2. Perporasi, dibuktikan oleh awitan tiba-tiba nyeri hebat disertai dengan abdomen kaku seperti papan dan gejala syok.
3. Obstruksi. Komplikasi ini lebih umum pada ulkus duodenal yang terletak dekat pilorus. Ini disebabkan oleh kontriksi jalan keluar gastrik sebagai akibat dari edema dan jaringan parut dari ulkus yang berulang.
Pasien secara umum dapat rawat jalan. Perawatan di rumah sakit diperlukan untuk mengatasi komplikasi.
B. Etiologi
1. Meningkatnya produksi asam lambung.
2. Stres.
3. Golongan darah.
4. Asap rokok.
5. Daya tahan lambung yang rendah.
C. Patofisiologi
Asam lambung dalam kondisi yang normal akan membantu dalam pencernaan dengan produksi yang sesuai dengan keperluan sehingga akan berfungsi secara fisiologis tapi dalam keadaan sekresi yang berlebihan akan menjadikan lambung teriritasi atau walaupun sekresi asam lambung normal tapi daya tahan mukosa lambung rendah juga akan menyebabkan iritasi.
D. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri yang dirasakan setelah makan.
2. Nyeri tengah malam.
3. Hilang setelah makan.
4. Adanya perdarahan bila ulkus aktif.
E. Penatalaksanaan
Farmakoterapi:
Antagonis reseptor histamin seperti simetidin (Tagamet), ranitidin (Zantac), famotidin (Pepcid), Nizatidin (Axid).
Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida aluminium hidroksida (Amphojel atau Alternangel).
Sukralfat (Carafate).
Antikolinergik seperti propantelin bromida (Pro-Banthinne).
Penurunan atau penghilangan faktor ulserogenik, seperti merokok penghentian obat ulserogenik sementara ulkus masih aktif.
Modifikasi diet.
Penatalaksanaan stres.
Pembedahan bila komplikasi terjadi:
Gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung).
Vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asamhidroklorik) dengan piroloplasti (pembesaran bedah terhadap sphincter pilorik untuk memungkinkan peningkatan pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastrik, yang terjadi setelah vagotomi).
F. Pertimbangan Pembedahan
1. Perfurasi.
2. Obstruksi organis
3. Perdarahan masif.
4. Ulkus yang besar sekali.
G. Pertimbangan Pemulangan
1. Perawatan lanjutan.
2. Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan.
3. Obat-obatan untuk dilanjutkan di rumah.
4. Penatalaksanaan stres.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien.
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status marital, suku, keluarga/orang terdekat, alamat, nomor register.
2. Riwayat Atau Adanya Faktor Resiko.
Riwayat garis pertama keluarga tentang ulkus peptikum.
Penggunaan kronis obat yang mengiritasi mukosa lambung (misal, aspirin, steroid atau indometasin).
Perokok berat.
Stres emosi kronis.
3. Pengkajian Fisik.
Nyeri epigastrik. Ini gejala paling menonjol selama periode eksaserbasi. Pada ulkus duodenal, nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan dan sering disertai dengan mual dan muntah. Pada ulkus gastrik, nyeri terjadi dengan segera setelah makan. Nyeri dapat digambarkan sebagai nangging, tumpul, sakit, atau rasa terbakar. Ini sering hilang dengan makanan dan meningkat dengan merokok dan stres emosi.
Selama remisi pasien asimtomatik
Penurunan berat badan.
Perdarahan sebagai hematemesis atau melena (bila ulkus aktif).
4. Pemeriksaan diagnostik.
Seri gastro intestinal menunjukkan lubang ulkus tetapi tidak menandakan bila ini benigna atau maligna. Ulkus maligna dan benigna menghasilkan gejala yang sama. Sering ulkus benigna sembuh dengan terapi medis dalam beberapa minggu, sedangkan ulkus maligna tidak sembuh dengan terapi.
Endoskopi dengan apusan sistologi dilakukan dengan tepat membedakan antara ulkus benigna dan maligna bila gejala menetap.
Guaiak feses mungkin positif untuk darah samar bila ulkus aktif.
5. Kaji diet khusus dan pola makan selama 72 jam pra-perawatan di rumah sakit.
6. Kaji respons emosi pasien dan pemahaman tentang kondisi, rencana tindakan, pemeriksaan diagnostik, dan tindakan perawatan diri preventif.
7. Kaji metode pasien dalam menerima peristiwa yang menimbulkan stres dan persepsi tentang dampak penyakit pada gaya hidup.
Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri berhubungan dengan faktor penyakit ulkus peptikum aktif. Batasan karakteristik mengungkapkan ketidaknyamanan, merintih, perilaku melindungi, meringis.
Tujuan : Mendemonstrasikan ketidaknyamanan hilang.
Kriteria :
- Menyangkal nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Tak ada merintih
Intervensi :
Berikan obat-obat yang diresepkan (antagonis reseptor histamin, Carafate, antasida atau kolinergik) dan evaluasi keefektifannya.
Beri tahu dokter bila nyeri gaster menetap atau memburuk. Tes guaiak semua fesses bila nyeri menetap. Laporkan fesses guaiak positif.
Pertahankan puasa sesuai program bila perdarahan aktif terjadi.
Anjurkan perawatan oral:
Sikat gigi kit dan mencuci mulut dengan air dingin
Melumasi bibir dengan salep petrohum PRN
Mempertahankan kasa lembab di sisi tempat tidur untuk digunakan pasien membasahi mulut
Bila diare berdarah terjadi, berikan perawatan perineal setelah setiap defekasi - bersihkan dengan air hangat dan sabun ringan. Dengan izin dokter, berikan salep anastesi seperti dibukain HCl (Nupercainal), Pada anus bila pasien mengeluh sakit. Gunakan pengharum ruangan untuk mengontrol bau.
Rasionalisasi :
- Antasida dan carafate menyaluti ulkus. Antagonis reseptor histamin mengurangi asiditas gastrik dengan menyekat sekresi histamin, suatu stimulan sam gastrik. Antikolinergik mengurangi sekresi asam hidroklorida dan memperlambat motilitas saluran gastro intestinal.
- Temuan ini, menandakan kebutuhan perhatian medis segera.
- Menyikat gigi menghilangkan plak. Pembatasan makanan per oral menyebabkan mulut dan bibir kering. Pembasahan sering membantu menghilangkan kekeringan.
- Diare yang sering menyebabkan iritasi pada anus. Fees berdarah dapat menghasilkan bau tak sedap.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor kehilangan darah berlebihan sekunder terhadap penyakit ulkus peptikum. Batasan karakteristik: feses guaiak positif, pasase feses hitam, emesis berwarna kopi, tekanan darah turun disertai dengan takikardi, takipnea, kulit lembab basah, menyatakan haus, penurunan haluaran urine.
Tujuan : Mendemonstrasikan tak ada tanda peradangan akut.
Kriteria : Pasase feses coklat lunak, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal.
Intervensi :
Pantau:
Tanda vital setiap 4 jam, bila feses guaiak positif
Warna dan konsistensi feses (guaiak semua feses bila perdarahan tidak tampak)
Warna emesis berwarna kopi
Hasil laporan JDL
Beri tahu dokter tentang emesis berwarna kopi, feses hitam, emesis atau feses merah terang, penurunan TD disertai dengan takikardi dan takipnea, kulit lembab dingin, atau nilai hemoglobin dan hematokrit di bawah rentang normal. Berikan transfusi darah sesuai program dan pantau reaksi merugikan.
Untuk mengontrol perdarahan, berikan obat yang diresepkan yang meliputi :
Vitamin K (aqua MEPHYTON) bila masa protrombin memanjang
Antagonis reseptor histamin seperti simetidine (Targamet), ranitidi (Zantac), femotidin (Pepcid)
Vasopresin (Pitressin Synthetic, Pitressin Tannate)
Evaluasi keefektifan obat. Gunakan pompa infus bila memberikan obat ini dengan drip kontinu.
Pasang selang NG dan sambungkan pada pengisap intermiten sesuai program bila terjadi emesis merah terang. Pertahankan kepatenan selang dengan mengiritasi dengan salin normal dingin, prn.
Berikan lavase gastrik sesuai program:
Masukkan kira-kira 60-100 ml agen yang diresepkan (salin es, antasida, atau vasopresin)
Klem selang selama 10-15 menit, kemudian sambungkan pada penghisap
Ulangi lavase pada interval yang diprogramkan
Inspeksi warna haluaran gastrik bila penghisapan dilakukan
Pertahankan puasa sesuai pesanan bila terjadi muntah. Berikan terapi intravena sesuai program. Gunakan jarum 18-G untuk memulai penginfusan intravena bila transfusi darah diperlukan.
Bila pasien mengalami kelemahan dan pusing, tempatkan pispot di samping tempat tidur dan bantu dalam toileting sesuai kebutuhan. Instruksikan pasien untuk memberi tanda minta bantuan bila turun dari tempat tidur.
Pertahankan tirah baring bila perdarahan aktif terjadi.
Siapkan pasien untuk pembedahan atau sklerosing sesuai pesanan.
Rasionalisasi:
- Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
- Emesis warna kopi menunjukkan darah tercampur dengan getah lambung. Feses hitam (melena) menandakan perdarahan saluran gastro intestinal. Emesis atau feses merah terang menandakan perdarahan aktif. Kehilangan darah berlebihan dapat menimbulkan anemia, dibuktikan oleh hemoglobin dan hematokrit rendah dan gejala syok.
- Vitamin K membantu memperbaiki faktor pembekuan. Antagonis reseptor histamin mengurangi produksi asam gastrik. Vasopresin menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga membantu mengontrol perdarahan.
- Intubasi NG memberi rute untuk lavase gastrik. Larutan dingin dan vasopresin menyebabkan vasokontriksi. Antasida menyaluti lapisan lambung untuk mencegah erosi lanjut dengan pemajanan pada asam hidroklorida.
- Kehilangan darah cepat menimbulkan hipovolemi. Cairan intravena membantu memperbaiki volume intravaskuler sampai perdarahan dapat terkontrol. Transfusi darah harus diberikan melalui jarum berdiameter besar karena viskositasnya tinggi.
- Tirah baring mengurangi penggunaan energi dan aktivitas saluran gastrointestinal.
- Pembedahan diperlukan bila terapi obat tidak efektif dalam mengontrol perdarahan berat setelah 24 jam.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan dalam penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan faktor kurang pengetahuan tentang kondisi, rencana tindakan dan perawatan diri pencegahan. Batasan karakteristik: melaporkan kesulitan dalam koping terhadap penyakit kronis, riwayat ketidakpatuhan, mengungkapkan kurang pemahaman, meminta informasi, mengungkapkan takut perdarahan menyebabkan kematian.
Tujuan : Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi perawatan diri, pencegahan dan tindakan pemeliharaan pada saat pulang.
Kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan tindakan yang direncanakan, mengungkapkan rencana untuk mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko eksaserbasi.
Intervensi :
Evaluasi pemahaman pasien tentang kondisi dan rencana therapeutic. Perbaiki adanya kesalahan konsep. Tekankan bahwa terapi membantu memulihkannya. Biarkan pasien mengetahui bahwa ulkus peptikum dapat kambuh bila rencana tindakan tidak diikuti. Tinjau ulang tujuan tindakan yang diprogramkan.
Berikan instruksi tentang modifikasi diet untuk mencegah kekambuhan. Instruksi harus meliputi menghindari makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan. Beberapa makanan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah coklat, caffeine, bumbu pedas, alkohol, makanan gorengan, aspirin, dan produk yang mengandung aspirin. Makan tiga makanan seimbang setiap hari, dengan kudapan pada interval reguler sering. Rujuk pasien pada ahli diet untuk bantuan dalam perencanaan diet seimbang bila riwayat diet menunjukkan ketidakadekuatan. Hindari masukan jumlah besar dari produk susu.
Anjurkan pasien yang merokok untuk mengambil langkah untuk berhenti.
Tekankan pentingnya menggunakan obat yang diresepkan. Anjurkan untuk menggunakan antasida atau antagonis reseptor hidramin dengan makan.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi stress dan mengembangkan rencana untuk mengubah gaya hidup untuk mengurangi stres. Tekankan pentingnya mengekspresikan perasaan dengan seseorang. Rujuk pasien pada kelas penatalaksanaan stres. Anjurkan pasien untuk mengikuti program latihan reguler dan menggunakan waktu untuk aktivitas menyenangkan.
Berikan instruksi untuk menghilangkan konstipasi. Bila menggunakan antasida aluminium hidroksida, minum sedikitnya delapan gelas cairan setiap hari dan makan makanan tinggi serat.
Anjurkan pasien untuk mencari pertolongan medis bila hal berikut terjadi:
Awitan tiba-tiba dari nyeri gastrik yang tak hilang dengan obat yang diresepkan
Emesis berwarna kopi atau berdarah
Fesses hitam
Rasionalisasi :
- Pemahaman tentang kondisi dan terapi yang diprogramkan meningkatkan kepatuhan.
- Tidak terdapat bukti ilmiah bahwa diet khusus meningkatkan pemulihan. Makanan tertentu merangsang sekresi gastrik dan mencetuskan ketidaknyamanan. Aspirin mencegah adhesi trombosit dan dapat mencetuskan perdarahan. Kelebihan kalsium dan protein dari masukan besar susu dan produk susu merangsang produksi asam lambung. Ahli diet adalah spesialis nutrisi dan dapat membantu pasien dalam perencanaan makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi setiap hari sesuai dengan status keuangan dan penyakit.
- Nikotin merangsang sekresi asam lambung yang mempengaruhi pemulihan ulkus.
- Makanan memperlambat pengosongan gastrik, sehingga meningkatkan keefektifan obat.
- Stres emosi mengaktifasi respons adrenergik. Sekresi asam hidroklorik meningkat, yang selanjutnya meningkatkan mukosa gastrik yang telah terinflamasi.
- Konstipasi adalah efek samping utama dari antasida aluminium hidroksida.
4. Ansietas berhubungan dengan faktor rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa aspek kemandirian karena penyakit kronis. Batas karakteristik: mengeluh sulit menerima kondisi, melaporkan perasaan gugup atau cemas, ekspresi wajah tegang.
Tujuan : Mendemonstrasikan ansietas hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah rileks, perasaan cemas atau gugup berkurang.
Mengungkapkan pemahaman tentang rencana terapeutik
Intervensi :
Gunakan pendekatan tenang, menenangkan bila memberi informasi.
Beri dorongan untuk bertanya.
Jelaskan tujuan semua tindakan yang diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik yang meliputi :
Gambaran singkat tentang tes
Tujuan tes
Persiapan yang diperlukan sebelum tes
Perawatan setelah tes
Rasionalisasi :
- Pemecahan masalah sulit untuk orang yang cemas karena ansietas merusak belajar dan persepsi. Penjelasan yang jelas, sederhana paling baik dipahami. Istilah medis dan keperawatan dapat membingungkan pasien dan meningkatkan ansietas.
- Pengetahuan tentang apa yang diharapkan membantu mengurangi ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
A, Price, Silvya. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1991: Jakarta.
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Penerbit Buku Penerbit Kedokteran. 1994: Jakarta
Soeparman. Dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. 1990: Jakarta
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H
07:00
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Terkadang cinta, membuat orang berubah total. terkadang cinta juga
membuat orang jadi sakit hati. mungkin terucap kata2 maniz. terkadang berujung pedih
HaRi deMi hari teLah di rasakn,,
mingGu deMi mingGu tLah terlewati,,
buLan dMi buLan tLah d lalui,,
taHun dMi taHun tLah berGanti.
seiring berjalan nY waKtu,,
sGala nY bSa tRjadi.
mungkin d jLn iTu pernah tRjadi ke khilafan / kSalahan.
naMun tak ada sLh nY qT saLing mMaafkan d hari yG fitri ni,,
miNal aidin walfaizin,,moHon maAf lahir bathin.
mEt hari raya iDul fitri 1431 H.
membuat orang jadi sakit hati. mungkin terucap kata2 maniz. terkadang berujung pedih
HaRi deMi hari teLah di rasakn,,
mingGu deMi mingGu tLah terlewati,,
buLan dMi buLan tLah d lalui,,
taHun dMi taHun tLah berGanti.
seiring berjalan nY waKtu,,
sGala nY bSa tRjadi.
mungkin d jLn iTu pernah tRjadi ke khilafan / kSalahan.
naMun tak ada sLh nY qT saLing mMaafkan d hari yG fitri ni,,
miNal aidin walfaizin,,moHon maAf lahir bathin.
mEt hari raya iDul fitri 1431 H.
KUMPULAN SMS LEBARAN
13:01
Lebaran tinggal menghitung hari lagi, jadi pingin bagi bagi ucapan sms lebaran, aku juga sudah lupa dari mana aku dapat, karena sms lebaran ini aku dapat setahun yang lalu dari pada dikoleksi sendiri ada baiknya aku bagikan semoga saja bermanfaat bagi sahabat semua, format awalnya zip jadi tinggal diexstrac dan dalam foldernya formatnya txt jadi tidak susah susah menulis lagi di hp sahabat, tinggal masukan foldernya di hp ya mungkin lewat kabel data atau pakai card reader ya terserahlah pakai apa saja yang penting kalau sudah foldernya masuk hp jadi gampang tinggal di buka dan kirim sms ke keluarga,pacar,sahabat....
Silahkan Download dari Ziddu
Atau Download dari 4shared
Silahkan Download dari Ziddu
Atau Download dari 4shared
Manfaat Buah Semangka
10:47Khaidirmuhaj.blogspot.com - Buah semangka termasuk buah favorit di musim panas. Kandungan airnya yang tinggi serta rasanya yang manis segar membuatnya jadi pilihan penutup mulut. Semangka juga kaya akan kandungan antioksidan, glutathione yang memang banyak terdapat di buah dan sayur berwarna merah. Antioksidan telah terbukti efektif mencegah berbagai jenis penyakit.
Tidak diketahui secara pasti sejak kapan Semangka (Citrullus lanatus) mulai dikembangbiakkan, tapi menurut catatan sejarah, buah ini sudah dikenal ribuan tahun yang lalu oleh bangsa Mesir (terlihat dari gambar-gambar yang ada pada hierogliph di makam pharaoh).
Yang menarik dari buah semangka ini, ternyata bukan hanya daging buahnya saja yang bermanfaat. Bagian putih semangka mengandung senyawa yang berperan menyehatkan ginjal, seperti mencegah dan menghancurkan batu ginjal.
Menyantap potongan-potongan buah ini juga akan meningkatkan pembakaran lemak dan glukosa. Paling tidak hal itu terbukti pada tikus percobaan. Kandungan asam amino arginie dalam semangka efektif mengurangi lemak pada tikus-tikus yang kelebihan berat badan.
Untuk bisa menikmati manfaat secara maksimal, maka pemilihan semangka yang segar patut dilakukan. Untuk memilihnya, tinggal menepuk bagian luar dan dengarkan bunyi yang keluar. Jika suara yang terdengar terasa berisi maka boleh jadi itu adalah semangka yang baik.
Source : kompas.com
ASKEP TYPHUS ABDOMINALIS
09:37
KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
Typhus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus. Sinonim dari typhus abdominalis adalah demam typhoid, typhoid dan para typhoid dan enteric fever.
2. Etiologi
Typhus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratyphi C.
3. Insiden
Di daerah endemic typhoid, insiden tertinggi pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi yang sembuh sendiri dan dapat menjadi kebal. Insiden 70 – 80 % pada usia 12 – 30 tahun, 10 –2- % pada usia 30 – 40 tahun, dan 5 – 10 % pada usia di atas 40 tahun, sedangkan insiden jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang jelas.
4. Gambaran Klinis
Masa tunas typhus abdominalis 10 –14 hari. Gejala-gejala yang timbul bervariasi, dalam minggu pertama penyakit keluhan dan gejala serupa dengan infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada minggu kedua gejala lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau psikis.
5. Patogenesis dan Patofisiologi
Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, kuman kemudian masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikoloendotealial hati, limpa dan organ-organ lain. Diduga proses ini terjadi proses tunas, yang berakhir dengan pelepasan kuman ke peredaran darah dan menimbulkan bakterimia ke–2 kalinya. Kuman kemudian masuk ke organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Semula demam diduga karena gejala toksemia dari typhoid, yang disebabkan indotoksemia tapi dari penelitian ekspremental dapat disimpulkan indotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada typhoid. Indotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis typhoid karena membantu terjadinya proses inflamasi local. Demam typhoid disesbkan karena salmonella typhi dan indotoksin merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
6. Laboratorium
a. Leukosit : Leukopenia dan limfositosis relatif
b. Reaksi widal :
• Agglutinin O : rangsangan oleh antigen O (dari tubuh kuman)
• Agglutinin H : rangsangan oleh antigen H (dari tubuh flagel kuman)
• Agglutinin VI : rangsangan oleh antigen VI (dari tubuh simpai kuman)
7. Komplikasi
1) Komplikasi interstinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2) Komplikasi ekstra-interstinal
a. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (rejatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboplebitis.
b. Komplikasi darah: anemia haemolitik, trombositopenia dan sindrom uremia haemolitik.
c. Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar: hepatitis dan koleksitis.
e. Komplikasi ginjal: glomerolonefritis, pyelonofretis dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang: osteomielitis, periosstitis, spondalitis dan arthritis.
g. Komplikasi syaraf: delerium, meningismus, meningitis.
h. Komplikasi psikiatrik : sindroma katatonia.
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Dirawat di rumah sakit untuk diisolasi, observasi dan pengobatan penderita tirah baring absolut 7 – 14 hari bebas kuman, untuk mencegah komplikasi dan mobilisasi dilakukan secara bertahap, defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan.
b. Diet
Untuk diet awal pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, nasi lembik dan akhirnya nasi biasa sesuai kesembuhan penderita. Hal ini untuk menghindari komplikasi.
c. Pengobatan
1) Kloramfenikol
Dosis 4 x 500 mg/hari sampai 7 hari bebas kuman. Demam dapat turun rata-rata setelah 5 hari.
2) Tiamfenikol
Dosis sama dengan kloramfenikol dan demam turun kurang lebih 5 – 6 hari.
3) Kotrimoksazol
Efektivitas hampir sama dengan kloramfenikol, dosis dewasa 2 x 2 tab/hari sampai bebas kuman, demam turun kurang lebih 5 – 6 hari.
4) Ampicillin dan Amoxillin
Efektivitas lebih kecil dari kloramfenikol, dosis antara 75 – 150 mg/kg/BB, demam turun kurang lebih 7 – 9 hari.
d. Pencegahan
1) Usaha terhadap lingkungan hidup
• Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
• Pembuangan kotoran manusia yang higienis
• Pemberantasan lalat
• Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan
2) Usaha terhadap individu
• Imunisasi
• Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
• Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada umur, keadaan umum, derajat kekebalan penderita, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepat pengobatan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
i) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
j) Pola tatanilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
b) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
c) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
d) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
e) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.
f) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
b. Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990)
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat ditanggulangi. (Lismidar, 1990)
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut.
1) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi
2) Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
3) Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4) Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5) Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
6) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. ( Lismidar, 1990 : 34&44)
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat sebagai berikut :
a. Diagnosa keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
2) Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
b) Klien bebas demam
3) Rencana tindakan
a) Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
b) Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c) Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d) Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
e) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.
4) Rasional
a) Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.
b) Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c) Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
d) Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
e) Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan
f) Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Diagnosa keperawatan II
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
1) Tujuan : kekurangan
2) Kriteria hasil :
a) Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
b) Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam batas normal.
3) Rencana tindakan
a) Monitor intake atau output tiap 6 jam
b) Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.
c) Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus.
d) Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
e) Timbang berat badan secara efektif.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena.
4) Rasional :
a) Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.
b) Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam keseimbangan suhu tubuh.
c) Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk memekatkan urine.
d) Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.
e) Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
f) Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen) sebaik-baiknya.
c. Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
1) Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk istirahat dan tidur.
b) Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.
3) Rencana tindakan
a) Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan nyaman.
b) Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
c) Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
d) Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau kebisingan.
e) Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi (antipiretik).
4) Rasional :
a) Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan dalam masa istirahat klien.
b) Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur.
c) Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang dirasakan.
d) Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat menambah beban atau penderitaannya.
e) Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan tidur klien.
f) Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini dialami akan berkurang.
d. Diagnosa keperawatan IV
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
1) Tujuan : cemas berkurang atau hilang
2) Kriteria hasil :
a) Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau berkurang.
b) Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya
b) Kaji tingkat kecemasan klien
c) Dampingi klien terutama saat-saat cemas.
d) Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.
4) Rasional :
a) Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara kooperatif.
b) Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan.
c) Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.
d) Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi kecemasannya
e. Diagnosa keperawatan V
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
1) Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan infus.
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
b) Infeksi tidak terjadi.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
b) Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.
c) Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.
d) Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.
e) Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di daerah pemasangan infus.
4) Rasional :
a) Klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn melaporkan segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus.
b) Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus yang lama.
c) Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.
d) Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk lagi akibat infeksi.
e) Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien.
f. Diagnosa keperawatan VI
Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh
1) Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit (kemerahan, lecet).
b) Tidak terjadi luka lecet.
3) Rencana tindakan
a) Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan jika mungkin.
b) Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.
c) Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.
d) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.
4) Rasional :
a) Memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan .
b) Merubah posisi tidur dapat memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan di daerah yang menonjol.
c) Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat mengurangi masuknya penyakit yang menyebabkan infeksi.
d) Panas tubuh / demam dengan kelembaban lingkungan yang baik akan turun sesuai keadaan lingkungannya serta dapat mencegah terjadinya infeksi.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA:
Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi Ketiga, Media Aesculapius, FKUI, 1999. Jakarta.
Pemeriksaan Klinis, Pedoman Diagnostik Fisik. Nicholas J. Talley, Simon O’Connor, Binaruoam Akasara, 1994.
Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, 1996. Jakarta.
Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Doenges, Marilynn E, dkk, EGC, Jakarta, 2000.
1. Pengertian
Typhus abdominalis merupakan infeksi akut yang terjadi pada usus halus. Sinonim dari typhus abdominalis adalah demam typhoid, typhoid dan para typhoid dan enteric fever.
2. Etiologi
Typhus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B dan salmonella paratyphi C.
3. Insiden
Di daerah endemic typhoid, insiden tertinggi pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi yang sembuh sendiri dan dapat menjadi kebal. Insiden 70 – 80 % pada usia 12 – 30 tahun, 10 –2- % pada usia 30 – 40 tahun, dan 5 – 10 % pada usia di atas 40 tahun, sedangkan insiden jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang jelas.
4. Gambaran Klinis
Masa tunas typhus abdominalis 10 –14 hari. Gejala-gejala yang timbul bervariasi, dalam minggu pertama penyakit keluhan dan gejala serupa dengan infeksi akut seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada minggu kedua gejala lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium atau psikis.
5. Patogenesis dan Patofisiologi
Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus mencapai jaringan limfoid lalu berkembang biak, kuman kemudian masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikoloendotealial hati, limpa dan organ-organ lain. Diduga proses ini terjadi proses tunas, yang berakhir dengan pelepasan kuman ke peredaran darah dan menimbulkan bakterimia ke–2 kalinya. Kuman kemudian masuk ke organ tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Semula demam diduga karena gejala toksemia dari typhoid, yang disebabkan indotoksemia tapi dari penelitian ekspremental dapat disimpulkan indotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada typhoid. Indotoksin salmonella typhi berperan pada patogenesis typhoid karena membantu terjadinya proses inflamasi local. Demam typhoid disesbkan karena salmonella typhi dan indotoksin merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
6. Laboratorium
a. Leukosit : Leukopenia dan limfositosis relatif
b. Reaksi widal :
• Agglutinin O : rangsangan oleh antigen O (dari tubuh kuman)
• Agglutinin H : rangsangan oleh antigen H (dari tubuh flagel kuman)
• Agglutinin VI : rangsangan oleh antigen VI (dari tubuh simpai kuman)
7. Komplikasi
1) Komplikasi interstinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ileus paralitik
2) Komplikasi ekstra-interstinal
a. Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (rejatan sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboplebitis.
b. Komplikasi darah: anemia haemolitik, trombositopenia dan sindrom uremia haemolitik.
c. Komplikasi paru: pneumonia, empiema dan pleuritis.
d. Komplikasi hepar: hepatitis dan koleksitis.
e. Komplikasi ginjal: glomerolonefritis, pyelonofretis dan perinefritis.
f. Komplikasi tulang: osteomielitis, periosstitis, spondalitis dan arthritis.
g. Komplikasi syaraf: delerium, meningismus, meningitis.
h. Komplikasi psikiatrik : sindroma katatonia.
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan
Dirawat di rumah sakit untuk diisolasi, observasi dan pengobatan penderita tirah baring absolut 7 – 14 hari bebas kuman, untuk mencegah komplikasi dan mobilisasi dilakukan secara bertahap, defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan.
b. Diet
Untuk diet awal pasien diberi bubur saring, kemudian bubur kasar, nasi lembik dan akhirnya nasi biasa sesuai kesembuhan penderita. Hal ini untuk menghindari komplikasi.
c. Pengobatan
1) Kloramfenikol
Dosis 4 x 500 mg/hari sampai 7 hari bebas kuman. Demam dapat turun rata-rata setelah 5 hari.
2) Tiamfenikol
Dosis sama dengan kloramfenikol dan demam turun kurang lebih 5 – 6 hari.
3) Kotrimoksazol
Efektivitas hampir sama dengan kloramfenikol, dosis dewasa 2 x 2 tab/hari sampai bebas kuman, demam turun kurang lebih 5 – 6 hari.
4) Ampicillin dan Amoxillin
Efektivitas lebih kecil dari kloramfenikol, dosis antara 75 – 150 mg/kg/BB, demam turun kurang lebih 7 – 9 hari.
d. Pencegahan
1) Usaha terhadap lingkungan hidup
• Penyediaan air minum yang memenuhi syarat
• Pembuangan kotoran manusia yang higienis
• Pemberantasan lalat
• Pengentasan terhadap rumah-rumah makan dan penjual makanan
2) Usaha terhadap individu
• Imunisasi
• Menemukan dan mengawasi carrier typhoid
• Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
9. Prognosis
Prognosis tergantung pada umur, keadaan umum, derajat kekebalan penderita, jumlah dan virulensi salmonella, serta cepat dan tepat pengobatan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
6) Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
h) Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
i) Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
j) Pola tatanilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
b) Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
d) Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e) Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f) Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
g) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
b) Pemeriksaan urine
Didaparkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
c) Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
d) Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
e) Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.
f) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
b. Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Data tersebut juga bisa diperoleh dari keadaan klien yang tidak sesuai dengan standart kriteria yang sudah ada. Untuk perawat harus jeli dan memahami tentang standart keperawatan sebagai bahan perbandingan apakah keadaan kesehatan klien sesuai tidak dengan standart yang sudah ada. (Lismidar, 1990)
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian data. Demam menggambarkan tentang masalah kesehatan yang nyata atau potensial dan pemecahannya membutuhkan tindakan keperawatan sebagai masalah klien yang dapat ditanggulangi. (Lismidar, 1990)
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus demam tifoid dengan masalah peningkatan suhu tubuh adalah sebagai berikut.
1) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi
2) Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
3) Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4) Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5) Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
6) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, merumuskan rencana tindakan dan mengemukakan rasional dari rencana tindakan. Setelah itu dilakukan pendokumentasian diagnosa aktual atau potensial, kriteria hasil dan rencana tindakan. ( Lismidar, 1990 : 34&44)
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada. Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat sebagai berikut :
a. Diagnosa keperawatan I
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal
2) Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
b) Klien bebas demam
3) Rencana tindakan
a) Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
b) Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
c) Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
d) Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
e) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.
4) Rasional
a) Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.
b) Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
c) Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
d) Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
e) Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan
f) Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.
b. Diagnosa keperawatan II
Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
1) Tujuan : kekurangan
2) Kriteria hasil :
a) Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
b) Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam batas normal.
3) Rencana tindakan
a) Monitor intake atau output tiap 6 jam
b) Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.
c) Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus.
d) Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
e) Timbang berat badan secara efektif.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena.
4) Rasional :
a) Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.
b) Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam keseimbangan suhu tubuh.
c) Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk memekatkan urine.
d) Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.
e) Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
f) Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen) sebaik-baiknya.
c. Diagnosa keperawatan III
Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
1) Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) terpenuhi
2) Kriteria hasil :
a) Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk istirahat dan tidur.
b) Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.
3) Rencana tindakan
a) Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan nyaman.
b) Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
c) Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
d) Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau kebisingan.
e) Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi (antipiretik).
4) Rasional :
a) Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan dalam masa istirahat klien.
b) Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur.
c) Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang dirasakan.
d) Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat menambah beban atau penderitaannya.
e) Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan tidur klien.
f) Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini dialami akan berkurang.
d. Diagnosa keperawatan IV
Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
1) Tujuan : cemas berkurang atau hilang
2) Kriteria hasil :
a) Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau berkurang.
b) Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya
b) Kaji tingkat kecemasan klien
c) Dampingi klien terutama saat-saat cemas.
d) Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.
4) Rasional :
a) Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara kooperatif.
b) Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan.
c) Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.
d) Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi kecemasannya
e. Diagnosa keperawatan V
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
1) Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan infus.
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
b) Infeksi tidak terjadi.
3) Rencana tindakan
a) Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
b) Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.
c) Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.
d) Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.
e) Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di daerah pemasangan infus.
4) Rasional :
a) Klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn melaporkan segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus.
b) Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus yang lama.
c) Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.
d) Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk lagi akibat infeksi.
e) Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien.
f. Diagnosa keperawatan VI
Potensial terjadi gangguan integritas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh
1) Tujuan : tidak terjadi gangguan intregitas kulit.
2) Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda gangguan integritas kulit (kemerahan, lecet).
b) Tidak terjadi luka lecet.
3) Rencana tindakan
a) Tingkatkan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan jika mungkin.
b) Ubah posisi tubuh tiap 2 jam sekali.
c) Anjurkan menjaga kulit tetap bersih dan kering.
d) Jaga suhu dan kelembaban lingkungan yang berlebihan.
4) Rasional :
a) Memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan .
b) Merubah posisi tidur dapat memperbaiki sirkulasi darah dan mengurangi penekanan yang berlebihan di daerah yang menonjol.
c) Menjaga kulit tetap bersih dan kering dapat mengurangi masuknya penyakit yang menyebabkan infeksi.
d) Panas tubuh / demam dengan kelembaban lingkungan yang baik akan turun sesuai keadaan lingkungannya serta dapat mencegah terjadinya infeksi.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperewatan untuk melengkapi proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat dicapai dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA:
Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi Ketiga, Media Aesculapius, FKUI, 1999. Jakarta.
Pemeriksaan Klinis, Pedoman Diagnostik Fisik. Nicholas J. Talley, Simon O’Connor, Binaruoam Akasara, 1994.
Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI, 1996. Jakarta.
Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Doenges, Marilynn E, dkk, EGC, Jakarta, 2000.
ASKEP UVEITIS
09:50
1. GANGGUAN TRAKTUS UVEA
Traktus uvea, yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan khoroid, bisa menderita karena penyakit sistemik maupun infeksi. Diabetes menyebabkan neovaskularisasi pada iris, yang akan tanpa sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok (rubeosis irides). Juga ada kelainan kongenital traktur uvea; tidak mempunyai iris sama sekali (aniridia) atau sebagian (koloboma), tidak ada sebagian lapisan khoroid, dan perbedaan warna merupakan beberapa contoh.
2. DEFINISI
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea. Karena uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi mata dan karena membatasi bagian mata yang lain, maka inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan.
3. ETIOLOGI
Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen, dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme, atau agen lain dari dalam tubuh pasien, misalnya infeksi tuberkulosis, Herpes simpleks, dan sebagainya.
4. PATOFISIOLOGI
Reaksi imunologi terhadap jaringan uvea.
5. KOMPLIKASI
Sinekia posterior dan sinekia anterior perifer dapat mengakibatkan glaukoma sekunder.
6. MANIFESTASI KLINIS & PENATALAKSANAAN
Uveitis anterior kronis (iritis) merupakan jenis yang paling sering, dan ditandai dengan riwayat nyeri, fotofobia, pandangan kabur, dan mata merah. Obat tetes mata dilator harus diberikan segera untuk mencegah pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa (sinekia), yang dapat menyebabkan glaukoma dengan menghambat aliran keluar aqueous. Kortikosteroid lokal dipergunakan untuk mengurangi peradangan, dan kaca mata hitam dan penatalaksanaannyeri dapat memberikan pengurangan gejala.
Uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis) ditandai dengan: floating spot” dalam lapang pandang. Diberikan steroid topikal atau injeksi untuk kasus berat.
Uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid atau retina) biasanya berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik, seperti AIDS, herpes simpleks atau zoster, toksoplasmosis, tuberkulosis, atau sarkoidosis. Klien mengeluh penurunan atau distorsi penglihatan ada kemerahan dan nyeri. Kortikosteroid sistemik diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya.
7. BANTUAN DIAGNOSTIK
Lapang pandang dan ketajaman penglihatan
8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat nyeri,
Fotofobia,
Pandangan kabur, mengeluh penurunan atau distorsi penglihatan,
Mata merah
Floating spot” dalam lapang pandang,
9. LATAR BELAKANG YANG BERHUBUNGAN
Berbagai macam penyakit sistemik, seperti:
Diabetes Mellitus,
AIDS,
Herpes simpleks atau zoster,
Toksoplasmosis,
Tuberkulosis, atau
Sarkoidosis
10. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
DK: Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Perkenalkan klien dengan lingkungan sekitarnya.
a. Tempatkan seluruh peralatan makan dan barang pribadi dalam jangkauan yang mudah di raih dan pertahankan penempatan konsisten.
b. Gunakan indra sentuhan dan pendengaran klien selama orientasi.
c. Jelaskan lokasi pintu, jendela, perabot rumah, kamar mandi dan klien lainnya.
2) Buat komunikasi yang efektif
a. Selalu identifikasi sewaktu mendekati atau menyentuh klien.
b. Panggil nama klien.
c. Jelaskan kunjungan dan kunjungan yang berulang kali, khususnya pada malam hari.
d. Gunakan alat bantu penglihatan.
3) Dorong dan bantu dalam kemandirian
a. Jelaskan posisi tempat makanan dan siapkan makanan jika perlu, gunakan urutan waktu (contoh makan nasi arah jam 6, buah pada jam 10, susu pada jam 1), bantuan hanya jika dibutuhkan
4) Mulai prosedur perawatan jika di toleransi
5) Kurangi bantuan setiap saat
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien melaksanakan perawatan diri dalam batasan kerusakan.
Klien berkomunikasi secara efektif menggunakan keterampilan yang dipelajari.
DK: Potensial cidera, trauma yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Pertahankan keamanan lingkungan.
a. Pertahankan keamanan pada pagar tempat tidur selama klien tidur.
b. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah.
c. Pertahankan pintu benar dalam keadaan terbuka atau tertutup.
2) Dorong klien untuk memanggil perawat sebelum ambulasi, bantu dengan jalan berdiri pada sisi yang dipengaruhi.
3) Instruksikan untuk menghindari penggunaan benda-benda tajam seperti pisau cukur, gunting dan kaca tanpa pengawasan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mendemonstrasikan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dalam cara yang aman.
Klien mengungkapkan pemahaman tentang pembatasan yang dibutuhkan.
DK: Ansietas yang berhubungan dengan tingkat kerusakan penglihatan
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas dan penanganan yang normal.
2) Dorong dan sediakan untuk mengungkapkan perasaan.
3) Jelaskan rencana perawatan dan prosedur setiap hari.
4) Biarkan klien berada dalam kemandirian sebanyak mungkin jika keamanan memungkinkan.
5) Identifikasi dan per kuat penggunaan dari mekanisme penanganan adaptif.
6) Tunjukkan sikap dan perhatian yang tenang.
7) Berikan aktivitas pengalihan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mengidentifikasi faktor penyebab dari ansietas.
Klien menerima pembatasan dan mencari cara-cara untuk menggunakan sisa penglihatan.
Klien mencari bantuan yang sesuai.
DK: Gangguan citra diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Diskusikan dengan klien dan orang terdekat tentang alternatif dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
2) Kaji mekanisme penanganan sebelumnya yang telah berhasil.
3) Sediakan waktu untuk klien mengungkapkan perasaan.
4) Berikan lingkungan yang tenang dan memfasilitasi.
5) Diskusikan tujuan jangka pendek dan nyata.
6) Berikan penghargaan dan dorongan.
7) Tingkatkan dukungan melalui orang terdekat.
8) Bantu klien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
9) Dorong kemandirian jika di toleransi.
10) Dorong penggunaan indera lain: sentuhan, penciuman, pendengaran.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mendemonstrasikan respons adaptif terhadap perubahan citra diri.
Ke mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi Ketiga, jilid 1. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo ... [el al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monika Ester. – Ed. 8 – Jakarta: EGC, 2001
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Traktus uvea, yang terdiri dari iris, badan siliaris, dan khoroid, bisa menderita karena penyakit sistemik maupun infeksi. Diabetes menyebabkan neovaskularisasi pada iris, yang akan tanpa sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok (rubeosis irides). Juga ada kelainan kongenital traktur uvea; tidak mempunyai iris sama sekali (aniridia) atau sebagian (koloboma), tidak ada sebagian lapisan khoroid, dan perbedaan warna merupakan beberapa contoh.
2. DEFINISI
Uveitis adalah inflamasi salah satu struktur traktus uvea. Karena uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi mata dan karena membatasi bagian mata yang lain, maka inflamasi lapisan ini dapat mengancam penglihatan.
3. ETIOLOGI
Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar. Secara endogen, dapat disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan, mikroorganisme, atau agen lain dari dalam tubuh pasien, misalnya infeksi tuberkulosis, Herpes simpleks, dan sebagainya.
4. PATOFISIOLOGI
Reaksi imunologi terhadap jaringan uvea.
5. KOMPLIKASI
Sinekia posterior dan sinekia anterior perifer dapat mengakibatkan glaukoma sekunder.
6. MANIFESTASI KLINIS & PENATALAKSANAAN
Uveitis anterior kronis (iritis) merupakan jenis yang paling sering, dan ditandai dengan riwayat nyeri, fotofobia, pandangan kabur, dan mata merah. Obat tetes mata dilator harus diberikan segera untuk mencegah pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa (sinekia), yang dapat menyebabkan glaukoma dengan menghambat aliran keluar aqueous. Kortikosteroid lokal dipergunakan untuk mengurangi peradangan, dan kaca mata hitam dan penatalaksanaannyeri dapat memberikan pengurangan gejala.
Uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis) ditandai dengan: floating spot” dalam lapang pandang. Diberikan steroid topikal atau injeksi untuk kasus berat.
Uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid atau retina) biasanya berhubungan dengan berbagai macam penyakit sistemik, seperti AIDS, herpes simpleks atau zoster, toksoplasmosis, tuberkulosis, atau sarkoidosis. Klien mengeluh penurunan atau distorsi penglihatan ada kemerahan dan nyeri. Kortikosteroid sistemik diindikasikan untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan sistemik yang mendasarinya.
7. BANTUAN DIAGNOSTIK
Lapang pandang dan ketajaman penglihatan
8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat nyeri,
Fotofobia,
Pandangan kabur, mengeluh penurunan atau distorsi penglihatan,
Mata merah
Floating spot” dalam lapang pandang,
9. LATAR BELAKANG YANG BERHUBUNGAN
Berbagai macam penyakit sistemik, seperti:
Diabetes Mellitus,
AIDS,
Herpes simpleks atau zoster,
Toksoplasmosis,
Tuberkulosis, atau
Sarkoidosis
10. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
DK: Perubahan persepsi sensori yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Perkenalkan klien dengan lingkungan sekitarnya.
a. Tempatkan seluruh peralatan makan dan barang pribadi dalam jangkauan yang mudah di raih dan pertahankan penempatan konsisten.
b. Gunakan indra sentuhan dan pendengaran klien selama orientasi.
c. Jelaskan lokasi pintu, jendela, perabot rumah, kamar mandi dan klien lainnya.
2) Buat komunikasi yang efektif
a. Selalu identifikasi sewaktu mendekati atau menyentuh klien.
b. Panggil nama klien.
c. Jelaskan kunjungan dan kunjungan yang berulang kali, khususnya pada malam hari.
d. Gunakan alat bantu penglihatan.
3) Dorong dan bantu dalam kemandirian
a. Jelaskan posisi tempat makanan dan siapkan makanan jika perlu, gunakan urutan waktu (contoh makan nasi arah jam 6, buah pada jam 10, susu pada jam 1), bantuan hanya jika dibutuhkan
4) Mulai prosedur perawatan jika di toleransi
5) Kurangi bantuan setiap saat
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien melaksanakan perawatan diri dalam batasan kerusakan.
Klien berkomunikasi secara efektif menggunakan keterampilan yang dipelajari.
DK: Potensial cidera, trauma yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Pertahankan keamanan lingkungan.
a. Pertahankan keamanan pada pagar tempat tidur selama klien tidur.
b. Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah.
c. Pertahankan pintu benar dalam keadaan terbuka atau tertutup.
2) Dorong klien untuk memanggil perawat sebelum ambulasi, bantu dengan jalan berdiri pada sisi yang dipengaruhi.
3) Instruksikan untuk menghindari penggunaan benda-benda tajam seperti pisau cukur, gunting dan kaca tanpa pengawasan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mendemonstrasikan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dalam cara yang aman.
Klien mengungkapkan pemahaman tentang pembatasan yang dibutuhkan.
DK: Ansietas yang berhubungan dengan tingkat kerusakan penglihatan
Intervensi:
1) Kaji tingkat ansietas dan penanganan yang normal.
2) Dorong dan sediakan untuk mengungkapkan perasaan.
3) Jelaskan rencana perawatan dan prosedur setiap hari.
4) Biarkan klien berada dalam kemandirian sebanyak mungkin jika keamanan memungkinkan.
5) Identifikasi dan per kuat penggunaan dari mekanisme penanganan adaptif.
6) Tunjukkan sikap dan perhatian yang tenang.
7) Berikan aktivitas pengalihan.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mengidentifikasi faktor penyebab dari ansietas.
Klien menerima pembatasan dan mencari cara-cara untuk menggunakan sisa penglihatan.
Klien mencari bantuan yang sesuai.
DK: Gangguan citra diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Intervensi:
1) Diskusikan dengan klien dan orang terdekat tentang alternatif dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
2) Kaji mekanisme penanganan sebelumnya yang telah berhasil.
3) Sediakan waktu untuk klien mengungkapkan perasaan.
4) Berikan lingkungan yang tenang dan memfasilitasi.
5) Diskusikan tujuan jangka pendek dan nyata.
6) Berikan penghargaan dan dorongan.
7) Tingkatkan dukungan melalui orang terdekat.
8) Bantu klien dalam diskusi dan penerimaan perubahan ketajaman penglihatan.
9) Dorong kemandirian jika di toleransi.
10) Dorong penggunaan indera lain: sentuhan, penciuman, pendengaran.
Hasil yang diharapkan/evaluasi:
Klien mendemonstrasikan respons adaptif terhadap perubahan citra diri.
Ke mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke arah penerimaan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi Ketiga, jilid 1. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth; alih bahasa, Agung Waluyo ... [el al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Monika Ester. – Ed. 8 – Jakarta: EGC, 2001
Tucker, Susan Martin et al.1999, Standar Perawatan Pasien Edisi V Vol 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cegah Stroke dengan Mengenal Faktor Risikonya
10:59
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Stroke merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Di perkirakan 2-3 juta orang di negeri ini menderita stroke. Meski stroke sering diidentikkan dengan usia lanjut, nyatanya makin banyak orang berusia awal 30 tahun yang terserang stroke. Selain dapat menyebabkan kecacatan, stroke juga bisa menimbulkan kematian.
Akan tetapi, jika Anda bersiap diri dari sekarang, Anda bisa memangksa sebagian besar faktor risiko Anda. "Penyakit ini bisa dicegah," demikian menurut dr.Sutarto Prodjo Disastro, Sp.S, ketua bidang humas dan penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia di acara Kontrol Hidup Kontrol Kolesterol yang diadakano leh Pfizer di Jakarta.
Stroke adalah serangan otak yang timbul mendadak akibat terganggunya aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak sehingga sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan sehingga terjadi kematian sel dalam waktu singkat. "Kalau sudah mati, sel-sel otak tidak bisa beregenerasi atau tumbuh kembali, sehingga berhati-hatilah dengan stroke," kata Sutarto.
Pria memang memiliki risiko lebih besar terkena stroke, namun dalam beberapa dasawarsa terakhir peluangnya menjadi sama pada wanita. "Wanita cenderung lebih stres karena memiliki dua peran, yakni wanita karir dan ibu rumah tangga," kata dr. Arieska Ann Soenarto, Sp.JP (K), dari RS.Jantung Harapan Kita Jakarta.
Untuk membantu menurunkan risiko terkena stroke, cobalah lakukan pemeriksaan berikut:
- Cek tekanan darah
Banyak orang yang tidak tahu mereka mengidap hipertensi, karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala dari luar. Periksakan tekanan darah Anda setidaknya sekali setahun karena mengendalikan hipertensi adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam pencegahan stroke.
- Periksakan kolesterol
Banyak alasan mengapa kadar kolesterol dalam darah tinggi, termasuk di antaranya adalah pola makan, kegemukan dan kebiasaan merokok. Menurunkan kadar kolesterol sangat penting, berapa pun usia dan kondisi kesehatan Anda. Batas aman yang disarankan adalah kurang dari 160 mg/dl. Pilihlah jenis makanan dengan kandungan lemak rendah.
- Diabetes melitus
Perhatikan pula kadar gula darah Anda. "Orang yang diabetes biasanya pembuluh darahnya sangat jelek sehingga beresiko terkena penyakit jantung atau stroke," kata dr.Arieska Ann
- Sempatkan diri berolahraga
Tubuh kurang gerak menambah faktor risiko terkena stroke, tetapi olahraga sekurangnya 30 menit sehari, tiga kali seminggu, dapat membantu memangkas risiko tersebut.
- Faktor risiko lain
Yang juga merupakan faktor risiko stroke adalah usia lanjut, stres, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi lemak yang tinggi, dan penyakit jantung, terutama penyakit jantung dengan gejala gangguan irama jantung.
Source: Kompas.com
Akan tetapi, jika Anda bersiap diri dari sekarang, Anda bisa memangksa sebagian besar faktor risiko Anda. "Penyakit ini bisa dicegah," demikian menurut dr.Sutarto Prodjo Disastro, Sp.S, ketua bidang humas dan penyuluhan Yayasan Stroke Indonesia di acara Kontrol Hidup Kontrol Kolesterol yang diadakano leh Pfizer di Jakarta.
Stroke adalah serangan otak yang timbul mendadak akibat terganggunya aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak sehingga sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan sehingga terjadi kematian sel dalam waktu singkat. "Kalau sudah mati, sel-sel otak tidak bisa beregenerasi atau tumbuh kembali, sehingga berhati-hatilah dengan stroke," kata Sutarto.
Pria memang memiliki risiko lebih besar terkena stroke, namun dalam beberapa dasawarsa terakhir peluangnya menjadi sama pada wanita. "Wanita cenderung lebih stres karena memiliki dua peran, yakni wanita karir dan ibu rumah tangga," kata dr. Arieska Ann Soenarto, Sp.JP (K), dari RS.Jantung Harapan Kita Jakarta.
Untuk membantu menurunkan risiko terkena stroke, cobalah lakukan pemeriksaan berikut:
- Cek tekanan darah
Banyak orang yang tidak tahu mereka mengidap hipertensi, karena penyakit ini tidak menunjukkan gejala dari luar. Periksakan tekanan darah Anda setidaknya sekali setahun karena mengendalikan hipertensi adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam pencegahan stroke.
- Periksakan kolesterol
Banyak alasan mengapa kadar kolesterol dalam darah tinggi, termasuk di antaranya adalah pola makan, kegemukan dan kebiasaan merokok. Menurunkan kadar kolesterol sangat penting, berapa pun usia dan kondisi kesehatan Anda. Batas aman yang disarankan adalah kurang dari 160 mg/dl. Pilihlah jenis makanan dengan kandungan lemak rendah.
- Diabetes melitus
Perhatikan pula kadar gula darah Anda. "Orang yang diabetes biasanya pembuluh darahnya sangat jelek sehingga beresiko terkena penyakit jantung atau stroke," kata dr.Arieska Ann
- Sempatkan diri berolahraga
Tubuh kurang gerak menambah faktor risiko terkena stroke, tetapi olahraga sekurangnya 30 menit sehari, tiga kali seminggu, dapat membantu memangkas risiko tersebut.
- Faktor risiko lain
Yang juga merupakan faktor risiko stroke adalah usia lanjut, stres, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi lemak yang tinggi, dan penyakit jantung, terutama penyakit jantung dengan gejala gangguan irama jantung.
Source: Kompas.com
Kenapa Gugup Bisa Bikin Sakit Perut?
21:51
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Sebagian besar orang pasti pernah merasakan sakit perut saat sedang gugup, panik atau stres ketika mau tampil di muka umum atau menjelang wawancara penting. Kenapa kondisi tersebut bisa memicu sakit perut?
Kebanyakan orang yang mengalami stres secara harfiah juga merasakannya di dalam usus. Seperti dijelaskan dalam Harvard Mental Health Letter pada Agustus 2010, bahwa ada sistem saraf informal yang dikenal sebagai 'brain-gut axis' atau sumbu otak-usus diduga sebagai penyebabnya.
Pada dasarnya otak berinteraksi dengan seluruh tubuh melalui sistem saraf yang memiliki beberapa komponen utama. Salah satunya adalah sistem saraf enterik yang membantu mengatur proses pencernaan.
Dikutip dari Health.harvard.edu, Sabtu (21/8/2010) saat tubuh mengalami stres, gugup atau panik, maka proses pencernaan akan melambat atau berhenti sama sekali. Sehingga tubuh dapat memfokuskan seluruh energi internal untuk menghadapi ancaman atau gangguan psikologis tersebut. Gangguan proses pencernaan inilah yang menyebabkan timbulnya sakit perut.
Identifikasi penyebab sakit perut ini akan dikenal dengan nama perut gugup (nervous stomach). Nervous stomach adalah sumber dari adanya gangguan pada perut yang bisa disebabkan oleh stres atau gugup.
Seseorang yang sedang merasa tertekan baik oleh stres, panik atau gugup, maka otak akan melepaskan asam lebih banyak ke dalam perut. Hal inilah yang mempengaruhi adanya gangguan pada perut seperti sakit perut, perut merasa kembung, bersendawa, perut terasa perih, tiba-tiba merasa ingin buang air besar atau kecil, mual dan juga mulas.
Nervous stomach tidak bisa dikategorikan sebagai penyakit tertentu. Karena pada umumnya dokter akan menggunakan istilah ini setelah pemeriksaan diagnostik tidak bisa mengungkap apa penyebabnya dan juga setelah menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain.
Kondisi ini ternyata juga bisa dialami oleh anak-anak, misalnya saat anak merasa adanya tekanan dari teman sebaya atau dalam hal akademisnya seperti ketika ujian sekolah.
Dr Michael Miller selaku editor dari Harvard Mental Health Letter menjelaskan bahwa beberapa intervensi psikologis bisa dilakukan untuk mengurasi sakit perut akibat stres.
Terapi perilaku kognitif untuk mengubah stres dan merangsang pemikiran, teknik relaksasi yang diarahkan untuk menenangkan tubuh dan usus serta pikiran positif.bagai penyebabnya.
Source : HealthDetik
Kebanyakan orang yang mengalami stres secara harfiah juga merasakannya di dalam usus. Seperti dijelaskan dalam Harvard Mental Health Letter pada Agustus 2010, bahwa ada sistem saraf informal yang dikenal sebagai 'brain-gut axis' atau sumbu otak-usus diduga sebagai penyebabnya.
Pada dasarnya otak berinteraksi dengan seluruh tubuh melalui sistem saraf yang memiliki beberapa komponen utama. Salah satunya adalah sistem saraf enterik yang membantu mengatur proses pencernaan.
Dikutip dari Health.harvard.edu, Sabtu (21/8/2010) saat tubuh mengalami stres, gugup atau panik, maka proses pencernaan akan melambat atau berhenti sama sekali. Sehingga tubuh dapat memfokuskan seluruh energi internal untuk menghadapi ancaman atau gangguan psikologis tersebut. Gangguan proses pencernaan inilah yang menyebabkan timbulnya sakit perut.
Identifikasi penyebab sakit perut ini akan dikenal dengan nama perut gugup (nervous stomach). Nervous stomach adalah sumber dari adanya gangguan pada perut yang bisa disebabkan oleh stres atau gugup.
Seseorang yang sedang merasa tertekan baik oleh stres, panik atau gugup, maka otak akan melepaskan asam lebih banyak ke dalam perut. Hal inilah yang mempengaruhi adanya gangguan pada perut seperti sakit perut, perut merasa kembung, bersendawa, perut terasa perih, tiba-tiba merasa ingin buang air besar atau kecil, mual dan juga mulas.
Nervous stomach tidak bisa dikategorikan sebagai penyakit tertentu. Karena pada umumnya dokter akan menggunakan istilah ini setelah pemeriksaan diagnostik tidak bisa mengungkap apa penyebabnya dan juga setelah menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan lain.
Kondisi ini ternyata juga bisa dialami oleh anak-anak, misalnya saat anak merasa adanya tekanan dari teman sebaya atau dalam hal akademisnya seperti ketika ujian sekolah.
Dr Michael Miller selaku editor dari Harvard Mental Health Letter menjelaskan bahwa beberapa intervensi psikologis bisa dilakukan untuk mengurasi sakit perut akibat stres.
Terapi perilaku kognitif untuk mengubah stres dan merangsang pemikiran, teknik relaksasi yang diarahkan untuk menenangkan tubuh dan usus serta pikiran positif.bagai penyebabnya.
Source : HealthDetik
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PEMASANGAN W.S.D
07:39
1. DEFINISI
Adalah suatu tindakan untuk mengalirkan udara, cairan secara bertahap dari rongga pleura, dengan cara memasukkan pipa/ selang WSD.
2. ETIOLOGI
Membuang udara, cairan atau darah dari area pleura.
Mengembalikan tekanan negatif pada area pleura.
Mengembangkan kembali paru yang kolaps/ kolaps sebagian.
Mencegah reflux drainase kembali ke dalam dada.
3. SISTEM DRAINASE SELANG DADA
a. Satu Botol
Keuntungan:
- Penyusunan sederhana.
- Mudah untuk klien yang dapat jalan.
Kerugian:
- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleural untuk keluar dari dada masuk ke botol.
- Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis permukaan drainase.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
b. Dua Botol
Keuntungan:
- Mempertahankan unit water seal pada tingkat konstan.
- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik.
Kerugian:
- Menambah area mati pada sistem drainase yang mempunyai potensial untuk masuk ke dalam area pleura.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran pleura.
c. Tiga Botol
Keuntungan:
- Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan.
Kerugian:
- Lebih kompleks.
- Lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
d. Unit Water Seal Sekali Pakai
Keuntungan:
- Plastik dan tidak mudah pecah seperti botol.
Kerugian:
- Mahal.
- Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase ba unit terbalik.
4. INDIKASI PEMASANGAN SELANG DADA
a) Hemotoraks, yang disebabkan oleh:
• Trauma dada.
• Neoplasma.
• Robekan pleura.
• Kelebihan antikoagulan.
• Pasca bedah toraks.
b) Pnemotoraks
• Spontan: > 20% (klien simtomatik, adanya penyakit paru).
Yang disebabkan oleh:
Ruptur bleb
c) 1. Desakan:
Yang disebabkan oleh
• Ventilasi mekanis.
• Luka tusuk tembus.
• Klem selang dada terlalu dalam.
• Kerusakan segel pada sistem drainase selang dada.
2. Desakan Fistula Bronkopleural
Yang disebabkan oleh
• Kerusakan jaringan.
• Tumor.
• Aspirasi bahan mekanik toksik.
d) Efusi pleura.
1) Perapnemonia terkomplikasi
Pus banyak (empiema)
Pewarnaan gram positif/ kultur bakteri.
Glukosa < 40 mg/dl pH < 7,0 pH 7,0 – 7,2 dan LDH > 1000 i /L
Yang disebabkan oleh
Penyakit kardiopulmoner serius.
Kondisi implamasi.
2) Chilotoraks.
Yang disebabkan oleh
Trauma.
Malignasi.
Abnormalitas kongenital.
5. INDIKASI PENGANGKATAN SELANG DADA
• 1 hari setelah berhentinya kebocoran udara.
• Drainase < 50 – 100 cc cairan /hari.
• 1 – 3 hari pasca bedah jantung.
• 2 – 6 hari pasca bedah toraks.
• Obliterasi rongga empiema.
• Drainase serosanguinosa dari sekitar sisi pemasangan selang dada.
Untuk SELENGKAPNYA sILAHKAN DOWNLOAD DISINI
Adalah suatu tindakan untuk mengalirkan udara, cairan secara bertahap dari rongga pleura, dengan cara memasukkan pipa/ selang WSD.
2. ETIOLOGI
Membuang udara, cairan atau darah dari area pleura.
Mengembalikan tekanan negatif pada area pleura.
Mengembangkan kembali paru yang kolaps/ kolaps sebagian.
Mencegah reflux drainase kembali ke dalam dada.
3. SISTEM DRAINASE SELANG DADA
a. Satu Botol
Keuntungan:
- Penyusunan sederhana.
- Mudah untuk klien yang dapat jalan.
Kerugian:
- Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleural untuk keluar dari dada masuk ke botol.
- Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran busa dalam botol yang membatasi garis permukaan drainase.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
b. Dua Botol
Keuntungan:
- Mempertahankan unit water seal pada tingkat konstan.
- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik.
Kerugian:
- Menambah area mati pada sistem drainase yang mempunyai potensial untuk masuk ke dalam area pleura.
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.
- Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada adanya kebocoran pleura.
c. Tiga Botol
Keuntungan:
- Sistem paling aman untuk mengatur penghisapan.
Kerugian:
- Lebih kompleks.
- Lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
d. Unit Water Seal Sekali Pakai
Keuntungan:
- Plastik dan tidak mudah pecah seperti botol.
Kerugian:
- Mahal.
- Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainase ba unit terbalik.
4. INDIKASI PEMASANGAN SELANG DADA
a) Hemotoraks, yang disebabkan oleh:
• Trauma dada.
• Neoplasma.
• Robekan pleura.
• Kelebihan antikoagulan.
• Pasca bedah toraks.
b) Pnemotoraks
• Spontan: > 20% (klien simtomatik, adanya penyakit paru).
Yang disebabkan oleh:
Ruptur bleb
c) 1. Desakan:
Yang disebabkan oleh
• Ventilasi mekanis.
• Luka tusuk tembus.
• Klem selang dada terlalu dalam.
• Kerusakan segel pada sistem drainase selang dada.
2. Desakan Fistula Bronkopleural
Yang disebabkan oleh
• Kerusakan jaringan.
• Tumor.
• Aspirasi bahan mekanik toksik.
d) Efusi pleura.
1) Perapnemonia terkomplikasi
Pus banyak (empiema)
Pewarnaan gram positif/ kultur bakteri.
Glukosa < 40 mg/dl pH < 7,0 pH 7,0 – 7,2 dan LDH > 1000 i /L
Yang disebabkan oleh
Penyakit kardiopulmoner serius.
Kondisi implamasi.
2) Chilotoraks.
Yang disebabkan oleh
Trauma.
Malignasi.
Abnormalitas kongenital.
5. INDIKASI PENGANGKATAN SELANG DADA
• 1 hari setelah berhentinya kebocoran udara.
• Drainase < 50 – 100 cc cairan /hari.
• 1 – 3 hari pasca bedah jantung.
• 2 – 6 hari pasca bedah toraks.
• Obliterasi rongga empiema.
• Drainase serosanguinosa dari sekitar sisi pemasangan selang dada.
Untuk SELENGKAPNYA sILAHKAN DOWNLOAD DISINI
5 Kalimat Sakti Perusak Hubungan
11:46
Khaidirmuhaj.blogspot.com - Sejumlah kalimat tertentu yang Anda pikir sepele bisa berubah menjadi bumerang yang menghancurkan suatu hubungan. Setiap kali bertengkar, berhati-hatilah bersilat lidah jika tidak ingin kehilangan orang yang sesungguhnya masih Anda sayangi.
Nah, berikut ini adalah sejumlah kalimat yang sebaiknya dihindari, agar tidak merusak hubungan Anda dengan kekasih:
1. ''Kita putus!''
Anda pasti tidak akan mengatakan kepada atasan bahwa Anda berhenti, jika tidak berniat mengundurkan diri. Nah, hal yang sama seharusnya juga berlaku dalam sebuah hubungan kasih. Tapi, kadang orang tergoda mengucapkan kata 'putus', meski pun hanya ditujukan sebagai ancaman.
Simpan kata 'putus' hanya jika Anda benar-benar memaksudkannya, bukan sekadar gertak sambal. Bagaimana jika si dia ternyata mengiyakan ancaman tersebut dan meninggalkan Anda?
2. ''Kenapa sih kamu (tidak) seperti mantanku?''
Anda mungkin memiliki beberapa mantan kekasih dengan sejumlah sifat yang Anda suka dan benci. Namun, jangan pernah membanding-bandingkan kekasih baru Anda dengan lelaki dari masa lalu. Hal itu hanya akan menyakitkan hatinya. Setiap orang ingin dianggap spesial, dan tidak dibanding-bandingkan.
3. ''Kamu memang payah!''
Anda mungkin merasa frustrasi dengan kekasih yang tidak bisa memenuhi semua tuntutan Anda dengan sempurna. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk meledak dan menyebutnya payah. Umpatan tersebut hanya akan melukai harga diri dan hubungan Anda.
4. ''Sudah dari sananya.''
Sebelum Anda dan kekasih bertemu lantas menjalin hubungan, Anda mungkin memiliki sejumlah kebiasaan lama yang ternyata tidak berkenan di hatinya. Misalnya keras kepala, sering terlambat, membatalkan janji tiba-tiba, atau terlalu boros. Jika kekasih mengkritik salah satu kebiasaan buruk Anda, jangan langsung bersikap defensif dan mengatakan itu sudah jadi sifat Anda dari dulu. Setiap orang secara alami berubah seiring bertambahnya usia. Membela diri dengan mengatakan, ''Sudah dari sananya,'' hanya membuktikan betapa piciknya Anda.
5. ''Kamu juga dulu begitu!''
Tidak bijaksana mengungkit-ungkit masa lalu dan menjadikannya pembenaran atas apa yang Anda lakukan sekarang. Jika kekasih marah karena Anda ketahuan jalan dengan lelaki lain, Anda tidak bisa membela diri dengan mengatakan, ''Kamu juga dulu selingkuh!'' Perbuatannya dulu salah, namun Anda menerimanya kembali. Hal itu adalah konsekuensi atas keputusan Anda sendiri, namun tetap tidak dapat dijadikan pembenaran atas apa yang kini dilakukan.
Source : Media Indonesia
Nah, berikut ini adalah sejumlah kalimat yang sebaiknya dihindari, agar tidak merusak hubungan Anda dengan kekasih:
1. ''Kita putus!''
Anda pasti tidak akan mengatakan kepada atasan bahwa Anda berhenti, jika tidak berniat mengundurkan diri. Nah, hal yang sama seharusnya juga berlaku dalam sebuah hubungan kasih. Tapi, kadang orang tergoda mengucapkan kata 'putus', meski pun hanya ditujukan sebagai ancaman.
Simpan kata 'putus' hanya jika Anda benar-benar memaksudkannya, bukan sekadar gertak sambal. Bagaimana jika si dia ternyata mengiyakan ancaman tersebut dan meninggalkan Anda?
2. ''Kenapa sih kamu (tidak) seperti mantanku?''
Anda mungkin memiliki beberapa mantan kekasih dengan sejumlah sifat yang Anda suka dan benci. Namun, jangan pernah membanding-bandingkan kekasih baru Anda dengan lelaki dari masa lalu. Hal itu hanya akan menyakitkan hatinya. Setiap orang ingin dianggap spesial, dan tidak dibanding-bandingkan.
3. ''Kamu memang payah!''
Anda mungkin merasa frustrasi dengan kekasih yang tidak bisa memenuhi semua tuntutan Anda dengan sempurna. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan alasan untuk meledak dan menyebutnya payah. Umpatan tersebut hanya akan melukai harga diri dan hubungan Anda.
4. ''Sudah dari sananya.''
Sebelum Anda dan kekasih bertemu lantas menjalin hubungan, Anda mungkin memiliki sejumlah kebiasaan lama yang ternyata tidak berkenan di hatinya. Misalnya keras kepala, sering terlambat, membatalkan janji tiba-tiba, atau terlalu boros. Jika kekasih mengkritik salah satu kebiasaan buruk Anda, jangan langsung bersikap defensif dan mengatakan itu sudah jadi sifat Anda dari dulu. Setiap orang secara alami berubah seiring bertambahnya usia. Membela diri dengan mengatakan, ''Sudah dari sananya,'' hanya membuktikan betapa piciknya Anda.
5. ''Kamu juga dulu begitu!''
Tidak bijaksana mengungkit-ungkit masa lalu dan menjadikannya pembenaran atas apa yang Anda lakukan sekarang. Jika kekasih marah karena Anda ketahuan jalan dengan lelaki lain, Anda tidak bisa membela diri dengan mengatakan, ''Kamu juga dulu selingkuh!'' Perbuatannya dulu salah, namun Anda menerimanya kembali. Hal itu adalah konsekuensi atas keputusan Anda sendiri, namun tetap tidak dapat dijadikan pembenaran atas apa yang kini dilakukan.
Source : Media Indonesia
Bikin Anak Tahan Stress Dengan Akrab bersama Ayahnya
13:03
Khaidirmuhaj.blogspot.com — Cara seorang pria menghadapi stres rutin, seperti kemacetan dan tengat pekerjaan, ternyata bergantung pada pola hubungannya dengan sang ayah di masa kanak-kanak. Ini merupakan salah satu hasil penelitian yang dipublikasikan dalam pertemuan American Psychological Association.
Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu yang kurang menunjukkan kasih sayang berpengaruh besar pada kestabilan emosi seorang anak. Sementara itu, hanya sedikit studi yang terkait dengan hubungan antara ayah dan anak laki-lakinya.
"Hubungan ayah dan anak laki-lakinya memiliki pengaruh yang luar biasa dalam hidup seseorang. Bila hubungan itu sehat, pengaruhnya akan sangat positif pada si anak," kata Melanie Mallers, peneliti dari California State University, AS.
Dalam risetnya, Mallers dan timnya melakukan survei terhadap 912 pria dan wanita berusia 25-74 tahun mengenai kadar stres mereka selama 8 hari terakhir. Para responden juga ditanya mengenai hubungan mereka dengan orangtuanya pada masa kecil.
Mayoritas responden menjawab bahwa mereka memiliki hubungan yang lebih manis dengan ibu mereka ketimbang dengan ayah. Kebanyakan anak laki-laki mengaku mereka lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan anak perempuan.
"Ibu memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kestabilan emosi seorang anak, baik pada pria maupun wanita. Anak yang punya hubungan buruk dengan ibunya cenderung memiliki emosi yang negatif pada masa dewasa," kata Mallers.
Namun, bagaimana dengan pihak ayah? Tim peneliti menemukan bahwa pria yang memiliki hubungan kurang hangat dengan ayahnya cenderung lebih sulit dalam menghadapi stres sehari-hari. Mereka juga relatif lebih mudah tertekan, mudah marah, dan gampang sakit akibat stres yang mereka hadapi.
Sumber: Kompas.com
Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian menunjukkan bahwa ibu yang kurang menunjukkan kasih sayang berpengaruh besar pada kestabilan emosi seorang anak. Sementara itu, hanya sedikit studi yang terkait dengan hubungan antara ayah dan anak laki-lakinya.
"Hubungan ayah dan anak laki-lakinya memiliki pengaruh yang luar biasa dalam hidup seseorang. Bila hubungan itu sehat, pengaruhnya akan sangat positif pada si anak," kata Melanie Mallers, peneliti dari California State University, AS.
Dalam risetnya, Mallers dan timnya melakukan survei terhadap 912 pria dan wanita berusia 25-74 tahun mengenai kadar stres mereka selama 8 hari terakhir. Para responden juga ditanya mengenai hubungan mereka dengan orangtuanya pada masa kecil.
Mayoritas responden menjawab bahwa mereka memiliki hubungan yang lebih manis dengan ibu mereka ketimbang dengan ayah. Kebanyakan anak laki-laki mengaku mereka lebih dekat dengan ibunya dibandingkan dengan anak perempuan.
"Ibu memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kestabilan emosi seorang anak, baik pada pria maupun wanita. Anak yang punya hubungan buruk dengan ibunya cenderung memiliki emosi yang negatif pada masa dewasa," kata Mallers.
Namun, bagaimana dengan pihak ayah? Tim peneliti menemukan bahwa pria yang memiliki hubungan kurang hangat dengan ayahnya cenderung lebih sulit dalam menghadapi stres sehari-hari. Mereka juga relatif lebih mudah tertekan, mudah marah, dan gampang sakit akibat stres yang mereka hadapi.
Sumber: Kompas.com
ASKEP ARTRITIS PIRAI (GOUT)
11:21
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder.
- Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
- Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
C. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
Pembentukan asam urat yang berlebih.
• Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
• Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
Kurang asam urat melalui ginjal.
• Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui
• Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
D. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
E. Gambaran klinis
Fase akut
Biasanya timbul tiba-tiba, tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi sistemik berupa demam, menggigil, malaise dan sakit kepala. Yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga dapat terserang. Serangan ini cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun tanpa terapi.
Fase kronis
Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku, dan pegal. Akidat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik. Sendi yang bengkak akibai gout kronik sering besar dan berbentuk noduler. Tanda yang mungkin muncul :
- Tampak deformitas dan tofus subkutan.
- Terjadi pemimbunan kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.
- Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
- Mikroskofik tanpak kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosisi.
F. Faktor yang berperan
- Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.
- Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.
- Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non medik.
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik.
a. Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3. Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama.
Nyeri pada daerah persendian.
c. Riwayat kesehatan.
Riwayat adanya faktor resiko :
- Peningkatan kadar asam urat serum.
- Riwayat keluarga positif.
B. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan :
- Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
- Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
- Laporan episode serangan gout.
C. Pemeriksaan diagnostik.
- Kadar asam urat serum meningkat.
- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
- Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.
- Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout ditandai dengan pasien mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih, melindungi sisi yang sakit, meringis.
Kreteria evaluasi : nyeri berkurang
Intervensi :
1. Pantau kadar asam urat serum.
2. Berikan istirahat dengan kaki ditnggikan.
3. Berikan kantung es atau panas basah.
4. Berikan analgesik yang diprogramkan.
5. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya.
6. Instruksikan pasien untuk minim2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan masukn makanan pembuat alkalis seperti susu, buah sitrun dan daging.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, dan rencana tindakan, koping tidak efektif pada kondisi kronis, ditandai dengan pasien mengungkapkan ketidak pahaman dan meminta informasi.
Kreteria evaluasi : mengunkapakan pemahaman tentang instruksi perawatan diri dan rencana perawatan dan pengobatan.
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang kondisi, proses penyakit dan rencana pengobatan.
2. Ajarkan pasien apa yang harus dilakukan selama serangan, instruksi meliputi :
- Mengistirahatkan sendi yang nyeri.
- Tinggikan eksrtemitas dan berikan kantung es atau panas basah.
- Hindarkan aktivitas yang meningkatkan ketidak nyamanan.
3. Ajarkn pasien bagaimana mengontrol serangan gout, instruksi harus meliputi :
- Menghidarkan faktor pencetus.
- Mengunakan obat anti gout sesuai resep.
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul.
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan, sendi benkok, deformitas.
2. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
3. Ganguan aktivitas sehari-hari berhubungandengan terbatasnya gerakan sekunder akibat nyeri pada persendian.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddath. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2001
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998
Long, Barbara C. Keperawatan Medikal Bedah 3. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung. 1996
Price, Sylvia Anderson. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. EGC. 1990
Soeparman. Waspadji, Sarwono. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1998
Staf Pengajar Bagian Patologik Akademik. Patologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 1994
A. Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau sekunder.
- Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
- Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
C. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
Pembentukan asam urat yang berlebih.
• Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
• Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana penyakit lain, seperti leukimia.
Kurang asam urat melalui ginjal.
• Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang sehat. Penyabab tidak diketahui
• Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
D. Patofisiologi
Banyak faktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.
E. Gambaran klinis
Fase akut
Biasanya timbul tiba-tiba, tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi sistemik berupa demam, menggigil, malaise dan sakit kepala. Yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga dapat terserang. Serangan ini cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun tanpa terapi.
Fase kronis
Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku, dan pegal. Akidat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik. Sendi yang bengkak akibai gout kronik sering besar dan berbentuk noduler. Tanda yang mungkin muncul :
- Tampak deformitas dan tofus subkutan.
- Terjadi pemimbunan kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.
- Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
- Mikroskofik tanpak kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosisi.
F. Faktor yang berperan
- Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.
- Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.
- Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non medik.
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik.
a. Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3. Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat dalam serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama.
Nyeri pada daerah persendian.
c. Riwayat kesehatan.
Riwayat adanya faktor resiko :
- Peningkatan kadar asam urat serum.
- Riwayat keluarga positif.
B. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan :
- Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
- Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
- Laporan episode serangan gout.
C. Pemeriksaan diagnostik.
- Kadar asam urat serum meningkat.
- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
- Analisis cairan sinovial dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan kristal urat monosodium yang membuat diagnosis.
- Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi.
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout ditandai dengan pasien mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih, melindungi sisi yang sakit, meringis.
Kreteria evaluasi : nyeri berkurang
Intervensi :
1. Pantau kadar asam urat serum.
2. Berikan istirahat dengan kaki ditnggikan.
3. Berikan kantung es atau panas basah.
4. Berikan analgesik yang diprogramkan.
5. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keefektifannya.
6. Instruksikan pasien untuk minim2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan masukn makanan pembuat alkalis seperti susu, buah sitrun dan daging.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, dan rencana tindakan, koping tidak efektif pada kondisi kronis, ditandai dengan pasien mengungkapkan ketidak pahaman dan meminta informasi.
Kreteria evaluasi : mengunkapakan pemahaman tentang instruksi perawatan diri dan rencana perawatan dan pengobatan.
Intervensi :
1. Berikan informasi tentang kondisi, proses penyakit dan rencana pengobatan.
2. Ajarkan pasien apa yang harus dilakukan selama serangan, instruksi meliputi :
- Mengistirahatkan sendi yang nyeri.
- Tinggikan eksrtemitas dan berikan kantung es atau panas basah.
- Hindarkan aktivitas yang meningkatkan ketidak nyamanan.
3. Ajarkn pasien bagaimana mengontrol serangan gout, instruksi harus meliputi :
- Menghidarkan faktor pencetus.
- Mengunakan obat anti gout sesuai resep.
Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul.
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan, sendi benkok, deformitas.
2. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
3. Ganguan aktivitas sehari-hari berhubungandengan terbatasnya gerakan sekunder akibat nyeri pada persendian.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddath. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2001
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998
Long, Barbara C. Keperawatan Medikal Bedah 3. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung. 1996
Price, Sylvia Anderson. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. EGC. 1990
Soeparman. Waspadji, Sarwono. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1998
Staf Pengajar Bagian Patologik Akademik. Patologi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. 1994